Rabu, April 22, 2009

|Posdaya : Masyarakat Indonesia di Yunani Meluaskan Rentang Sinambung Bergulirnya

0 komentar

Setelah Cimanggis-Depok dan Tlajung Udik-Gunung Putri-Bogor, Kini di Lombok Barat dan Rawalumbu-Bekasi


Rayadi Inak, warga Indonesia yang berdiam di Athena, Yunani, dan menjadi seksi humas Masyarakat Indonesia di Yunani, bulan April 2009 ini, telah mengunjungi beberapa tempat di Indonesia. Di antaranya adalah Jakarta, Bali, Lombok Barat, Bogor dan Bekasi. Di Jakarta untuk pulang kampung, di Bali untuk urusan yoga. Sedangkan di Kabupaten Lombok Barat (Desa Senteluk, Kec Batulayar), Rayadi atas nama Masyarakat Indonesia di Yunani mendrop bantuan untuk pemberdayaan masyarakat. Di Kabupaten Bogor (Desa Tlajung Udik, Kecamatan Gunung Putri), Rayadi juga atas nama Masyarakat Indonesia di Yunani , melihat langsung realisasi bantuan sebagai pancingan untuk pemberdayaan masyarakat yang telah diberikan sejak November 2008. Di Kota Bekasi (Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawalumbu), Rayadi meninjau lokasi yang rencananya akan diikutsertakan dalam program pemberdayaan.

Rayadi, melakukan kegiatan tsb sebagai bagian dari kunjungan pulangnya ke Indonesia setelah hampir 2 tahun bermukim di negeri kelahiran Alexander Agung itu. Selama bermukim di sana, Rayadi bersama Budi Santoso, Kristi Yanti dan beberapa motor penggerak lainnya berhasil mengajak warga Indonesia untuk bersama-sama peduli masyarakat prasejahtera di tanah airnya. Fokusnya adalah peduli kebutuhan gizi ibu hamil, balita dan lansia miskin yang jumlahnya di Indonesia tidak kurang dari 3 juta, hanya untuk balita miskin saja, di mana kemampuan pemerintah untuk menanggulanginya baru 39 ribu balita miskin bergizi kronis. Sebagaimana dikabarkan apa yang dilakukan pemerintah tersebut baru bersifat penanggulangan. Belum mampu mencegah sehingga diperlukan partisipasi masyarakat.

Kepedulian masyarakat Indonesia di negeri yang berpenduduk 11 juta di Jazirah Balkan tersebut adalah sebagai tindak lanjut dari hasil pemahaman mereka setelah mengikuti beberapa sesi pengkajian makna hidup berdasarkan Kitabullah yang dilakukan 2 x per bulan, yang diikuti oleh rata-rata 100 orang dari 500 orang warga Indonesia yang bermukim di negeri itu. Sungguh menarik, silaturahmi mereka tidak hanya berisi saling senasib sepenanggungan di rantau namun mereka juga telah selidah sehati dan setindakan untuk peduli kepada saudara-saudara tidak langsung mereka yang berada di tanah air.

Adapun bantuan Masyarakat Indonesia di Yunani yang telah direalisasikan bagi masyarakat RW-09 dan RW-13 Desa Pasir Gunung, Kecamatan Cimanggis Kota Depok disalurkan lewat posyandu setempat. Bantuan berupa bubur kacang ijo, telur dan buah bagi ibu hamil, balita dan lansia prasejahtera yang hanya berlangsung 1 x saja (Desember 2008). Tidak dilanjutkan lagi karena masyarakat di sini telah peduli warga miskin dengan cara berpatungan Rp 2.500 per bulan per KK melalui RT masing-masing yang sebagiannya dibelikan makanan bergizi untuk disalurkan melalui posyandu.

Bantuan bagi masyarakat RW 19 RT 1, Kampung Kedep, Desa Tlajung Udik, Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor telah berlangsung sejak November 2008 sampai dengan saat ini dengan frekuensi 2 kali per bulan berupa bubur kacang ijo, telur ayam rebus dan buah serta honor bagi guru pengajian anak-anak. Bantuan ini bersifat pancingan dan masih akan diberikan sampai masyarakat setempat mengambil alih kegiatan tersebut sehingga dana bisa dialihkan untuk penyelenggaraan program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) bagi warga miskin. Bisa jadi pula program gizi ini dialihkan ke lokasi sekitar yang juga sedang mengalami situasi rendahnya kepedulian masyarakat. Perlu diketahui bahwa di Desa Tlajung Udik ini terdapat sekitar 4.000 balita (di antaranya 100 balita bergizi buruk) yang diurus oleh 27 posyandu di 31 RW dengan kondisi di mana masyarakat dan pengusaha industri di sekitar tempat itu masih belum peduli masalah ini.

Sementara itu bantuan bagi masyarakat Desa Senteluk, Kecamatan Batulayar, Kabupaten Lombok Barat berupa peralatan audio untuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) warga prasejahtera serta tambahan honor bulanan bagi fasilitator PAUD. Sedangkan bantuan untuk Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi direncanakan berupa bubur kacang ijo, telur ayam rebus dan buah serta honor guru PAUD/ pengajian anak-anak.

Program pemberdayaan (posdaya) yang dilakukan Masyarakat Indonesia di Yunani ini bersifat sinambung bergulir. Artinya untuk periode tertentu, yaitu setelah masyarakat setempat mengambilalihnya, maka dana akan digulirkan ke lokasi lain yang terdekat – untuk memancing partisipasi masyarakat - dan atau ke program selanjutnya. Yang dimaksud dengan program selanjutnya di antaranya adalah pemberian honor dan sarana bermain untuk program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), dana gotong royong siswa sekolah agar rukun, dana beasiswa siswa miskin, dsb.

Masyarakat Indonesia, sebagaimana dinyatakan Rayadi, ingin mengajak masyarakat seluruh Indonesia di RW / desa masing – masing untuk segera peduli nyata menangani balita, ibu hamil dan lansia miskin. Jika tidak segera dilakukan, anak-cucu kaum kaya kelak akan berhadapan dengan sesama mereka yang miskin yang tumbuh besar dalam keadaan kurang gizi. Jika itu terjadi, anak-anak cucu kaum kaya akan bertambah berat tugasnya karena berhadapan dengan jutaan sesamanya yang bodoh yang cenderung kufur sehingga berpotensi susah diatur dan bahkan akan merusak hasil pembangunan yang ada.

Bogor, April 2009

YonPosdaya/ SriPosdayawati / SastrawanBatangan dalam MariBerposdaya

Catatan :
  • Untuk informasi kepedulian lebih lanjut agar program posdaya dapat berlangsung sinambung dan bergulir dapat menghubungi : a) Wilayah Gunung Putri : Bpk Sueb (Ketua DKM Al Maliki, telp 021-86861076), Ny Ade Siti Hayati (Koordinator Posyandu Teratai Kp Kedep Gunung Putri, telp : 021-8675061); b) Cimanggis/ Depok : Ny Tukijan (0813-18586700), Ny Suliyati Cahyo (021-87716711); c) Kelurahan Pengasinan Kec. Rawalumbu Kota Bekasi : Bp Matsani (021-8222845 / 021-94971338); d) Petunjuk teknis dan metode Posdaya Sinambung Bergulir melalui website/blog ini atau Sdr Eeng Hendarusman (0251-8318491);
  • Paket bantuan untuk Posyandu Teratai Kp Kedep Desa Tlajung Udik Kec Gunung Putri Kab Bogor per 1 kali kegiatan (1 bulan 2 kali kegiatan) : Telor 15 kg; @ Rp 15.000 Kacang ijo untuk burjo 10 kg; @ Rp 10.000; Gula untuk burjo 5 kg; @ Rp 8.000 Susu Indomilk utk burjo 6 kaleng; @ Rp 7.500; Gas untuk masak telur & burjo 1 tabung; @ Rp 18.000; Jeruk 1 paket; @ Rp 200.000 ; Plastik untuk bungkus burjo 6 kantong; @ Rp 5.000 ; Plastik kresek 1 kantong; @ Rp 40.000; Jahe, peniti, pandan 1 paket; @ Rp 25.000; material lain2; 1 paket; @ Rp 2.000; Snack kader tim pelaksana/kader posyadu 1 kali; @ Rp 68.000 ; Fotokopi 1 kali; @ Rp 5.000; Total Rp 798.000,- per kali kegiatan atau Rp 1.596.000,- per bulan
  • Beberapa industri yang berada di sekitar lokasi Kp Kedep / Desa Tlajung Udik Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor yang mudah-mudah sebagian program CSRnya dapat diwujudkan dalam bentuk paket makanan gizi tambahan antara lain adalah : PT Kahaptex (tekstil, Kp Kedep), PT Margreta Sweeta Varia (pabrik roti, Kp.Kedep Rt.01/21), PT Daekan Indar Indonesia ( furniture dari kayu/box speaker, Kp.Kedep Rt.01/23); PT Dian Inti Sejahtera (industri plastik kaminating, Jl Kedep no 2 RT 001/20), PT Eastech Indonesia (Industri refratori, Kp Kedep Rt 02/17), PT Allied Feeds Indonesia (industri makanan ternak, Jl. H. Saitam No. 28 Kp. Kedep), PT Pelangi Perkasa Harapan (industri barang dari kulit, Kp. Kedep), PT Refratech Mandala Perkasa (industri barang elektro, Kp Kedep RT 02/17), PT Cahaya Warna Gemilang (Kp Kedep RT-1/RW19), PT Indorepair Sukses Gemilang (industri reparasi , Jl. H. Saitam No.168A Kp Kedep 001/15); PT Adi Wisesa Mandiri (industri lem perekat, Kp Kedep), PT Duta Sarana Perkasa (industri beton Dusaspun, Kp Kedep RW-19), PT Daitoh Indar Indonesia (Kp Kedep, industri bahan dari kayu) dan PT Dua Sandol (industri garmen, Kp kedep).
  • Untuk kontribusi bagi posyandu di Desa Tlajung Udik Kec Gunung Putri Kabupaten Bogor dapat menghubungi Ibu Carolina Sahri (Pembina Posyandu Kelurahan Tlajung Udik) atau Ny Ade Siti Hayati (Koordinator Posyandu Teratai Kp Kedep Gunung Putri, telp : 021-8675061).
  • Untuk pengalaman pengkajian makna hidup berbasis kitabullah dapat menghubungi Bpk Rayadi Inak di Athena Yunani melalui e-mail : rayadi.inak@gmail.com atau ke blog/website http://mariberposdaya.blogspot.com



Baca selanjutnya.....

Kamis, April 16, 2009

|Posdaya : Seputar Paket Pancingan Dalam Pemberdayaan Masyarakat Sinambung Bergulir

1 komentar

Kondisi Kemiskinan & Keberdayaan Masyarakat Indonesia Dalam Mengatasinya

Indonesia yang kaya sumber daya alam, memiliki 13.667 pulau, 370 suku bangsa, 67 bahasa induk dengan jumlah penduduk 227 juta jiwa (tahun 2007), di antaranya lebih dari 86% berKTP Muslim. Pada tahun 2007, sekitar 207 ribu muslimin Indonesia (+ 10% dari jemaah haji dunia) beribadah haji dengan biaya resmi paling murah Rp 29 juta. Namun Indonesia juga kaya orang miskin yaitu sekitar 16.6% atau 36,5 juta orang (2007).


Beberapa kasus kemiskinan yang terekam adalah :
  • Februari 2008, di Makassar, Sulsel; seorang ibu (45 th) dan seorang anak balitanya (4 th) meninggal dalam kondisi 3 hari kelaparan dan diare akut. Para tetangga, begitu pula RT/RW-nya, diberitakan tidak ada yang tahu karena mereka tidak pernah meminta-minta.
  • Mei 2008, seorang anak yatim laki2 usia SD di Cibinong terpaksa tidak sekolah karena harus menjaga 2 adiknya yang masih kecil. Ibunya harus mencari nafkah dengan pendapatan yang kecil sehingga tidak mencukupi untuk membayar pembantu rumah tangga.
  • Jatah beras miskin (raskin) yang didrop via ke-tua RT 1 x/ bulan tidak bisa ditebus oleh yang berhak. Saat beras datang, mereka tidak sanggup mengganti biaya transportasi karena sedang tidak punya uang (karena memang benar2 miskin). Akhirnya beras dibeli oleh orang yang lebih mampu.
  • Riba eceran (pinjaman bernilai kecil) banyak terjadi di kalangan orang miskin. Hutang Rp 200.000,- mesti dibayar Rp 8.000 per hari x 30 hari (bunga 20%/bulan)
  • Makassar, Maret 2008, seorang ibu miskin, sehabis bersalin, berniat menjual bayinya agar bisa membayar biaya pesalinan Rp300 ribu.
  • Di Bekasi, Maret 2008, seorang ibu membenamkan 2 anaknya sehingga mati karena kemiskinan.
  • Menurut informasi terakhir, saat ini terdapat antara 3-4 juta balita miskin, di mana 700 ribuan jiwa di antaranya dalam keadaan kritis gizi, Kemampuan pemerintah untuk menangani balita kritis gizi itu hanya 39 ribu orang per tahun.
Dampak miskin adalah kekufuran, di antaranya adalah sbb :
  • Fasilitas umum / produksi (pabrik), yang dibangun dengan waktu yang cukup lama dan biaya besar, dirusak dalam sekejap oleh masyarakat / karyawan sendiri.
  • Berebutan sedekah sehingga ter-injak2 (padahal ada orang yang berhak namun tidak mendapatkan)
  • Tawuran (olahraga, antar pelajar, antar kampung)
  • Membunuh anak sendiri (ibu yang membenamkan 2 anaknya karena miskin)

Akibat kekufuran terjadilah pengrusakan yang merupakan contoh buruk buat generasi mendatang bahwa pemaksaan / kekerasan dianggap sebagai alat ”ampuh” untuk melawan orang sejahtera (kaya) yang ”menulikan telinga”, ”membutakan mata”, dan ”membutakan hati”.

Akibat selanjutnya, banyak investor enggan berinvestasi. Lapangan kerja menjadi berkurang atau tidak bertambah. Kalau tidak segera ditangani diperkirakan bencana sosial akan datang.

Apakah kita cukup hanya terharu menitikkan air mata saja? Ataukah sendirian saja memberi orang miskin lantas semua masalah kemiskinan selesai ? Atau biarkan saja sehingga kita wariskan generasi yang lemah-miskin-bodoh yang akan mengakibatkan kekufuran?

Apa kita tidak berpikir bahwa anak-cucu kita (yang terdidik-pandai karena kita mampu membiayainya dan kemudian menjadi bos di masa depan) akan repot karena harus menghadapi generasi seumurnya yang bodoh-beringas akibat kurang gizi dan pendidikan? Atau apa kita tunggu saja mukjizat Allah? Tentunya akan tidak demikian kalau kita sebagai bangsa Indonesia melaksanakan perintah Tuhan YME sesuai dengan agama/ kepercayaannya masing-masing.

Apa Yang Disebut Posdaya ?

Posdaya - kependekan dari Pos Pemberdayaan Keluarga - adalah suatu gerakan masyarakat untuk memberdayakan setiap individu baik mandiri maupun berkelompok untuk mengamalkan 8 (delapan) fungsi keluarga yaitu : (1) agama, (2) budaya, (3) cinta dan kasih sayang, (4) perlindungan keluarga, (5) kesehatan dan reproduksi, (6) pendidikan, (7) ekonomi dan (8) lingkungan

Posdaya pada awalnya digagas oleh Prof Dr Haryono Suyono yang melihat bahwa usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baru akan berhasil kalau setiap individu dalam keluarga dan keluarga itu sendiri yang memberdayakan dirinya. Dalam kaitan ini dengan mempertimbangkan banyak hal, maka posyandu sebagai kelembagaan layanan masyarakat yang telah lama setia berkontribusi diharapkan mampu secara bertahap meningkatkan fungsinya sebagai operator lapangan pelaksanaan pemberdayaan keluarga ini. Lebih dari sekadar melayani kesehatan ibu dan anak balita yang selama ini telah dilakukan.

Mengapa Perlu Berposdaya ?

Sebagaimana telah dipahami bahwa kesejahteraan hanya dapat terjadi kalau terjadi sinergi antar setiap individu dalam keluarga dan sinergi antara individu / keluarga dengan masyarkat yang lebih luas. Dengan kata lain, kesejahteraan masyarakat tidak dapat terjadi dengan sendirinya.

Karena kesejahteraan tidak dapat terjadi dengan sendirinya sementara itu tingkat kesejahteraan setiap keluarga juga berbeda-beda di mana kaum prasejahtera (kaum miskin) memiliki kendala keterbatasan yang sangat besar dibandingkan kaum sejahtera, maka diperlukan usaha dari semua pihak. Dalam hal ini kaum sejahtera memberdayakan dirinya untuk selain meningkatkan kualitas hidupnya juga ikut memberikan kontribusi dalam memberdayakan kaum prasejahtera.

Sebaliknya dengan fasilitas yang dikontribusikan oleh kaum sejahtera, kaum prasejahtera memberdayakan dirinya untuk bangkit menuju tingkat kesejahteraan yang lebih baik.
Hubungan yang harmonis di mana kaum sejahtera membantu kaum prasejahtera untuk memberdayakan dirinya dan sebaliknya di mana kaum prasejahtera mau memberdayakan dirinya dengan difasilitasi oleh kaum sejahtera akan menciptakan kesejahteraan masyarakat.

Dengan kata lain tanpa ada upaya dari masing-masing kaum, baik yang sejahtera maupun yang prasejahtera untuk memberdayakan dirinya secara sinergi, tidak mungkin kesejahteraan masyarakat akan tercapai. Atau dengan kata lain setiap individu dalam keluarga perlu memberdayakan diri dan keluarganya agar kesejahteraan keluarga dan masyarakat tercapai

Faktor Moral Apa Saja Yang Menjadikan Seseorang Perlu /Harus Melakukan Posdaya ?

Faktor-faktor moral yang mendasari seseorang melakukan posdaya adalah :
  • Sebagai bukti/perwujudan cinta negeri dan syukur kepada para pendahulu, pahlawan kemerdekaan, pahlawan pembangunan fisik dan agama yang telah menjadi lantaran Indonesia menjadi negeri yang merdeka dan terus membangun berdasarkan keseimbangan jasmani dan rohani
  • Sebagai bukti/perwujudan pemahaman terhadap Kitabullah bahwa pada diri kita– baik di waktu lapang maupun sempit – terdapat hak orang miskin baik yang meminta maupun yang tidak mendapat bagian.
  • Sebagai bukti / perwujudan pemahaman terhadap Kitabullah bahwa pada diri kita terdapat tugas untuk mendorong/mengajak/menganjurkan /memberdayakan orang lain (yang sejahtera) agar juga memberikan sebagian hartanya kepada orang tidak mampu (prasejahtera/miskin) sehingga kegiatan kepedulian berlangsung sinambung.
  • Sebagai bukti / perwujudan pemahaman terhadap Kitabullah bahwa masalah kemiskinan hanya bisa diselesaikan sendiri oleh yang menderita kemiskinan dengan cara berupaya mengubah nasibnya sementara kontribusi kaum sejahtera berfokus pada usaha untuk memfasilitasi kaum prasejahtera agar mau dan mampu bangkit dari keterpurukannya
Apa Target Utama Posdaya?

Target utama Posdaya adalah berdayanya masyarakat sejahtera di suatu lokasi secara kontinyu untuk memberdayakan (bukan memanjakan) masyarakat prasejahtera yang berada di lingkungan sekitar masyarakat sejahtera itu sendiri.

Kelembagaan Apa Saja Yang Dapat Diberdayakan Sebagai Basis Posdaya

Subyek Posdaya adalah masyarakat di suatu wilayah. Sedangkan kelembagaan yang suda ada dan relatif siap untuk mengoperasionalkan posdaya adalah posyandu.

Dalam hal ini posyandu sebagai operator posdaya tidak akan dapat berfungsi kalau tidak didukung oleh berbagai komunitas masyarakat sebagai basisnya. Komunitas masyarakat yang dimaksudkan ini adalah suatu kumpulan warga masyarakat baik informal maupun formal yang memiliki kepentingan relatif sama, misalnya komunitas sekolah, komunitas majelis taklim, komunitas RT atau RW dan sebagainya.

Komunitas masyarakat yang saat ini ada dan diharapkan dapat berfungsi sebagai basis untuk menggerakkan anggotanya untuk memfasilitasi posyandu dalam melaksanakan posdaya di antaranya adalah :
  • Sekolah
  • Rumah ibadah
  • RT/RW
  • Kelompok pengajian / majelis taklim
  • Kleompok alumni/arisan
  • Perusahaan Dan sejenisnya

Dengan demikian pada saat pelaksanaan posdaya akan terdapat beberapa basis posdaya yang di antaranya adalah :
  • Posdaya berbasis SLTA A, Univeritas B, pesantren Z, dll
  • Posdaya berbasis masjid A, gereja B, dll
  • Posdaya berbasis majelis taklim C, dst
  • Posdaya berbasis alumni SMA-X atau Universitas-Z
Melalui basis-basis tersebut, warga masyarakat yang menjadi anggotanya bersinergi membantu posyandu yang diharapkan dapat meningkatkan fungsinya sebagai posdaya untuk menangani perrmasalahan masyarakat.

Apa dan Mengapa Perlu Melakukan Posdaya Sinambung Bergulir (Posdaya-SB)

Walaupun kemauan ada namun gerakan nyata dari masyarakat untuk memberdayakan dirinya, boleh dikatakan masih relatif rendah. Beberapa indikasinya adalah :
  • BLT (Bantuan Langsung Tunai) masih sering menjadi rebutan
  • Jatah beras untuk keluarga miskin masih sering tidak bisa dinikmati oleh keluarga yang berhak.
  • Banyak orang sakit parah ditolak RS karena ketiadaan jaminan
  • Setiap kali ada pembagian sedekah atau sejenisnya seringkali rebutan
  • Data kaum prasejahtera tidak selalu ada dan kalaupun ada seringkalo dalam keadaan tidak mutakhir.
Sesungguhnya kasus-kasus tersebut tidak perlu terjadi seandainya di setiap lokasi, masyarakat secara bergotong royong telah menangani masalah-masalah mereka sendiri. Dalam hal ini banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Di antaranya adalah :
  • masih rendahnya kualitas unsur pemerintah untuk secara ikhlas dalam melakukan pembinaan,
  • tidak adanya warga yang militan untuk tampil membenahi dan merawat sistem pendataan dan distribusi fasilitas yang diberikan kepada orang miskin,
  • belum sadarnya warga mampu bahwa dalam hartanya (baik dana, waktu dan pemikiran) ada hak orang miskin
  • belum sadarnya warga miskin bahwa budaya ”meminta/ mengemis” tidak akan bisa membuat sejahtera yang seharusnya diubah menjadi budaya ”memberdayakan diri”,
  • posyandu belum menjadi milik masyarakat sehingga posyandu dibiayai sendiri oleh kader-kader posyandu dan seringkali juga mengandalkan urunan warga miskin yang jumlahnya relatif terbatas.
Karena masalah-masalah itulah maka dalam pelaksanaan posdaya diperlukan adanya stimulan atau ”pancingan”. Yang disebut pancingan adalah pemberian contoh selama beberapa waktu (1 bulan atau lebih) oleh seorang atau lebih yang peduli untuk kemudian dilanjutkan (diambil-alih) dan diperluas oleh warga yang diberi contoh. Dengan adanya pancingan tersebut, diharapkan pula data yang valid dan merupakan keputusan bersama yang selalu mutakhir dapat dikelola pula dengan baik

Jika sudah terpancing, dalam hal ini setelah diberi contoh berdasarkan data yang valid dan selalu mutakhir tsb, masyarakat kemudian mmelanjutkan, maka pancingan dapat dirupakan berupa paket lain di mana masyarakat masih belum menyentuhnya.

Memancing dan kemudian menarik pancingan untuk memancing di bidang lain inilah yang disebut ’sinambung bergulir’. Diharapkan dengan adanya pancingan ini, terjadi percepatan keberdayaan masyarakat. Kesimpulannya Posdaya-SB memang diperlukan sebagai upaya untuk mempercepat ”bangun-nya” masyarakat.

Siapa Yang Dapat Berfungsi Sebagai Pemancing Posdaya-SB ?

Siapa saja yang diberi kelebihan oleh Tuhan Semesta Alam dalam hal harta, pemikiran, relasi, dan sejenisnya, yang sadar bahwa pada hartanya terdapat hak orang miskin baik yang meminta maupun yang tidak mendapat bagian.

Beberapa potensi masyarakat yang dapat berfungsi sebagai pemancing adalah : calon haji/haji, pejabat/mantan pejabat, dokter, pengusaha

Paket Apa Saja Yang Digunakan Sebagai ’Pancingan’ Dalam Posdaya-SB ?

Dari berbagai pengalaman yang ada, saat ini terdapat 8 paket pancingan yang disarankan untuk dilakukan secara berurutan (dari yang paling mudah sampai tersulit) mengingat bahwa masyarakat baru akan mau melaksanakannya jika mulai dari yang murah dan tidak sulit dikerjakannya. Kedelapan paket tersebut diuraikan berikut ini.
  • Paket Pancingan I : Paket makanan gizi tambahan untuk ibu hamil, balita dan lansia miskin (bubur kacang ijo, telur rebus dan buah-buahan) seharga saat ini sekitar Rp 3.500 per orang yang dapat dilakukan 1 kali atau lebih per bulan via posyandu yang logistiknya dibeli dari warung-warung yang sepakat untuk berposdaya.
  • Paket Pancingan II : Paket Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bagi anak-anak balita miskin berupa inisiasi, pengadaan modul belajar-mengajar, dan honor bagi fasilitator/ guru PAUD
  • Paket Pancingan III : Paket Belajar Sambil Bermain / Bekerja (BSB) bagi anak dan remaja miskin berupa inisiasi, pengadaan modul belajar-mengajar, dan honor bagi fasilitator/ guru BSB
  • Paket Pancingan IV : Paket kegiatan gotong royong kesetiakawanan sosial bagi siswa/ anak-remaja berupa dana gratis untuk konsumsi dan peralatan gotong royong
  • Paket Pancingan V : Paket beasiswa kepada keluarga pra sejahtera tingkat Balita, SD, SLTP dan SLTA
  • Paket Pancingan VI : Paket pelatihan gratis kepada para pengusaha kecil (Warung Posdaya) di bidang administrasi pergudangan, kebersihan, keuangan, pemasaran dan kemitraan agar bertambah sejahtera.
  • Paket Pancingan VII : Paket modal kerja kepada serikat dagang warung warga Posdaya untuk mensejahterakan para anggota dan para masyarakat pra sejahtera.
  • Paket Pancingan VIII : Paket pengobatan dan perawatan gratis kepada masyarakat pra sejahtera melalui kemitraan dengan rumah sakit, apotik dan para dokter yang TAKWA
Kedelapan paket tersebut di atas merupakan paket-paket yang relatif mudah dikerjakan sebagai awal untuk mengerjakan kegiatan pemberdayaan lainnya terutama di bidang ekonomi.

Bagaimana Paket Pancingan I Posdaya-SB Digulirkan ?

Tahap pertama ini dimulai dari adanya kesadaran satu atau lebih orang dari kalangan sejahtera yang ada di suatu wilayah atau kalau belum ada dapat berasal dari luar wilayah bahwa pada diri mereka terdapat hak orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tak mendapat bagian.

Oleh karena kesadaran itu, mereka menyisihkan sebagian hartanya untuk melakukan pancingan dalam usaha untuk mendorong / mengajak orang lain untuk memberi. Mengapa ? Karena selain memberi, pada diri setiap orang (baik kaya maupun miskin) terdapat tugas dari Yang Maha Kuasa untuk mendorong/menganjurkan memberi orang miskin.

Pancingan berupa makanan tambahan bergizi diberikan kepada kaum prasejahtera (ibu hamil, balita, lansia) yang berada di suatu wilayah melalui posyandu sesuai dengan standar yang telah ada. Pelayanan posyandu yang biasanya 1 x sebulan dapat ditingkatkan frekuensi dan kualitas kontennya sesuai dengan kemampuan, misalnya saja, 1 kali menjadi 2 kali atau lebih per bulan dengan memberikan tambahan makanan sehat yang lebih bergizi daripada sebelumnya. Logistik untuk ini diutamakan dibeli dari warung yang berada di wilayah tsb yang nantinya akan berfungsi sebagai warung posdaya.

Dalam program ini juga dilakukan kontrak kemitraan antara pihak ’yang memberi pancingan dengan warga masyarakat di mana kaum prasejahtera itu berada. Isi kontrak adalah bahwa setelah masa kontrak selesai, warga masyarakat (dalam hal ini tokoh dan kaum yang sejahtera) mau melanjutkan pemberian paket. Dalam hal ini wakil prasejahtera juga dilibatkan sebagai penandatangan kontrak.

Dengan adanya kegiatan ini, ada kesempatan yang baik untuk mengumpulkan dan memutakhirkan serta sekaligus melegalisasikan data. Tokoh-tokoh masyarakat diajak untuk melakukan verifikasi.

Selanjutnya pararel dengan pemberian makanan bergizi ini, kaum prasejahtera – melalui juru dakwah – diajak untuk menyadari bahwa yang dapat mengeluarkan diri dari kemiskinan dan kebodohan itu adalah dirinya sendiri. Orang lain tidak bisa dan hanya berfungsi sebagai fasilitator. Dengan demikian budaya mengemis/ meminta perlu diubah menjadi budaya memberi sesuai kemampuan. Memberi apa saja di saat lapang maupun sempit.

Kegiatan awal ini boleh dikatakan sebagai kegiatan yang murah-meriah namun relatif jitu sebagai starter awal (sosialisasi) kegiatan pemberdayaan masyarakat sejahtera maupun prasejahtera.

Bagaimana Paket Pancingan II Posdaya-SB Digulirkan ?

Dalam tahap kedua ini – setelah masyarakat secara mandiri melaksanakan / mengambil alih program tahap pertama – pancingan dapat diarahkan oleh para ’pemancing’ kepada penyelenggaraan PAUD (pendidikan anak usia dini) kaum miskin yang selain sebagai pengisi waktu agar produktif juga sebagai persiapan bagi mereka nantinya untuk masuk SD yang dewasa ini telah digratiskan oleh pemerintah.

Kebanyakan anak usia dini kaum fakir miskin ini tidak tersentuh oleh ’play group atau TK yang karena dikelola swasta, menjadi beban bagi kaum miskin. Kalaupun tersentuh oleh pengajian anak (yang dilakukan oleh guru ngaji), materinya pun baru terbatas kepada cara membaca, belum banyak mengarah kepada bagaimana mengimplementasikan ayat-ayat yang dibacanya melalui ’game’ dan tindakan nyata yang dapat membekas dalam diri anak-anak kecil itu.

Modul PAUD yang dipadukan dengan pengajian anak-anak didesain sebagai pendidikan luar sekolah yang materi-materinya mengarah kepada motivasi hidup, kemandirian yang sinergi, kesantunan, kereligiusan, kegotongroyongan dan keterampilan-keterampilan dasar yang cocok untuk anak usia dini

Karena jarang ada orang yang dengan sukarela (padahal di setiap lokasi selalu ada potensinya) mau menyelenggarakan kegiatan ini maka pancingan diarahkan pada :
  • Pemberian honor kepada fasilitator PAUD dan guru ngaji
  • Pelatihan fasilitator PAUD dan guru ngaji
  • Pemberian modul-modul yang diperlukan.
Sama seperti paket I, dalam pengguliran paket II ini juga dilakukan kontrak antara pihak pemancing dengan tokoh/warga sejahtera yang juga ditandatangani oleh wakil prasejahtera. Isi kontrak adalah kesepakatan tokoh masyarakat/warga sejahtera untuk melanjutkan kegiatan ini apabila jangka waktu kontrak bantuan telah selesai.

Bagaimana Paket Pancingan III Posdaya-SB Digulirkan ?

Jika paket I telah diambil alih oleh masyarakat, maka paket III bisa digulirkan baik secara serial maupun pararel dengan paket II. Dalam hal ini paket III difoluskan untuk menyelenggarakan pendidikan luar sekolah bagi anak-anak, remaja, dewasa dan lansia.

Pendidikan luar sekolah tersebut dapat dirinci sbb :
  • Pendidikan luar sekolah bagi anak-anak yang disebut BSB (Belajar Sambil Bermain) berisi materi-materi :motivasi hidup, kemandirian yang sinergi, kesantunan, kereligiusan, kegotongroyongan dan keterampilan-keterampilan yang cocok untuk anak-anak.
  • Pendidikan luar sekolah bagi remaja yang disebut BSK (belajar Sambil Bekerja), lebih diarahkan kepada visualisasi dunia kerja yang akan mereka masuk di kemudian hari. Dalam kegiatan BSK ini remaja diajak untuk berlatih bekerja di beberapa jenis pekerjaan yang ada di wilayah tsb.
  • Pendidikan bagi kaum dewasa lebih diarahkan pada bagaimana bersikap sebagai orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam rumah tangga dan sebagai warga masyarakat, bagaimana mengembangkan hobi-hobi yang dapat diproduktifkan bilamana terjadi PHK dan beberapa materi lain yang berkaitan.
  • Pendidikan bagi lansia lebih diarahkan pada bagaimana mengisi kehidupan sebelum mati sebagai manusia mulia. Dalam hal ini materi yang lebih banyak disajikan adalah yang berkaitan dengan masalah sosial-religius
Pancingan yang Digulirkan antara lain berupa :
  • Pelatihan dan pemberian honor bagi fasilitator / guru yang mengajar
  • Pengadaan materi-materi (bukan bangunan) yang menjadi alat dalam penyelenggaraan kegiatan

Bagaimana Paket Pancingan IV Posdaya-SB Digulirkan ?

Paket IV – berupa bantuan fasilitas untuk melakukan kegiatan gotong royong - dapat diberikan pada saat paket III baru dimulai dengan tujuan memupuk kerukunan dan rasa kebersamaan warga dalam mengatasi masalah masyarakat.

Sebagai contoh dapat digambarkan skenarionya sebagai berikut :
  • Jika dari 5 sekolah (SD/SLTP/SLA) yang ada di suatu wilayah mengirimkan masing-masing 10 siswanya setiap minggu secara bergantian untuk bekerja bakti di salah satu sekolah, maka selama 5 minggu lima sekolah tsb telah pernah dikunjungi (untuk kerjabakti) oleh siswa-siswa yang sekolahnya berlainan tsb.
  • Dengan cara seperti ini kemungkinan tawuran antar siswa dapat ditekan menjadi seminimal mungkin.
Paket yang diberikan berupa alat kerja dan konsumsi selama kerjabakti / gotong royong, yang diharapkan dapat dilanjutkan / diambilalih oleh masyarakat setelah periode pancingan selesai.

Bagaimana Paket Pancingan V Posdaya-SB Digulirkan ?

Paket V (beasiswa kepada keluarga pra sejahtera tingkat Balita, SD, SLTP dan SLTA) digulirkan setelah paket gotong royong (Pakaet IV) dan paket pendidikan luar sekolah (paket III) diambil alih oleh masyarakat

Paket ini diberikan dalam bentuk seragam, uang transportasi, uang buku dan keperluan lain yang berkaitan dengan sekolah (dengan asumsi bahwa sekolah gratis).

Agar lepas dari budaya ’mengemis/meminta / menerima ’ yang dewasa ini sering menjadi trademark kaum miskin, maka kepada para siswa yang dapat beasiswa diwajibkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan sbb :
  • Siswa kelas 1 s/d 5 SD diwajibkan untuk membersihkan ruang kelasnya masing-masing
  • Siswa kelas 6 SD s/d SLTA diwajibkan membersihkan halaman sekolah.
Dalam pelaksanaan paket ini, beberapa orang guru akan dilibatkan dalam memantau kinerja / prestasi para siswa miskin yang mendapatkan beasiswa tersebut.

Bagaimana Paket Pancingan VI Posdaya-SB Digulirkan ?

Sebagaimana diketahui bahwa pada saat awal pelaksanaan program pancingan, beberapa warung yang ada di lokasi posdaya telah dilibatkan sebagai pemasok material posyandu. Mereka inilah yang kemudian diupayakan untuk berhimpun dalam kegiatan yang disebut forum warung posdaya.

Untuk meningkatkan kualitas layanan dan manajemen warung-warung tsb maka digulirkanlah paket VI, yaitu pelatihan gratis bagi mereka, Bidang-bidang pelatihan meliputi administrasi pergudangan, kebersihan, keuangan, pemasaran dan kemitraan agar bertambah sejahtera)
Paket VI (pelatihan gratis kepada para pengusaha kecil /Warung Posdaya) ini digulirkan pararel dengan atau setelah paket V (pemberian beasiswa anak miskin) diambil alih oleh masyarakat.

Bagaimana Paket Pancingan VII Posdaya-SB Digulirkan ?

Bilamana masyarakat suatu lokasi telah bangkit melakukan posdaya melalui tahap demi tahap, maka suatu saat akan tercetus pemikiran mengenai bagaimanakah mendapatkan dana abadi untuk membiayai kegiatan posdaya yang sudah, sedang dan akan berlangsung. Dalam hal ini tentu ada yang berpikiran bahwa dana tersebut dapat diperoleh dari unit-unit usaha produktif yang dikelola masyarakat.

Menyikapi hal ini, ada potensi yang bisa dikembangkan untuk memenuhi maksud tersebut yaitu adanya beberapa warung yang telah membantu posdaya dan telah dilatih untuk menerapkan manajemen yang profesional sebagaimana dilakukan pada paket sebelumnya.

Atas dasar inilah maka digulirkanlah paket VII berupa pemberian modal kerja kepada serikat dagang warung Posdaya. Serikat dagang - yang diusahakan berbadan hukum koperasi - ini dibentuk dengan tujuan untuk mensejahterakan para anggota (warung posdaya) dan sekaligus para masyarakat prasejahtera. Mengapa demikian ? Karena sebagian dari keuntungan serikat dagang tersebut dialokasikan untuk memberdayakan prasejahtera.

Bagaimana Paket Pancingan VIII Posdaya-SB Digulirkan ?

Potensi masyarakat utntuk menanganai kemiskinan sesungguhnya amat besar hanya saja belum dibangkitkan untuk memberikan kontribusi. Di antara potensi-potensi tersebut ada yang berkaitan dengan bidang kesehatan, yakni : RS, apotik, dokter, tabib, perawat, dan sejenisnya.

Mengingat keberadaan potensi tersebut maka diluncurkanlah paket VIII berupa pengobatan dan perawatan gratis bagi masyarakat prasejahtera melalui kemitraan dengan rumah sakit, apotik dan para dokter takwa. Potensi ini amat mendukung Jamkesmas yang akan diberlakukan menyeluruh di Indonesia. Hal ini untuk mengantisipasi bilamana Jamkesmas tidak berlangsung lancar (karena sistem birokrasi), posdaya siap berperan menangani kekurangannya.

Dalam paket ini, para dokter, tabib dan perawat yang peduli bergabung untuk bergiliran berpraktek gratis setiap minggu 2 jam, Jika Jamkesmas lebih berfokus kepada tindakan kuratif, maka kegiatan praktek bergiliran ini banyak mengarah kepada tindakan pencegahan menangani penyakit yang mungkin timbul di kalangan laum miskin. Dalam hal ini pemilik apotik dan pemilik RS dilibatkan untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan yang timbul saat kegiatan berlangsung,

Beberapa Ciri Khas Posdaya Sinambungbergulir Yang Sepatutnya Dipertahankan

Beberapa Ciri Khas Posdaya Sinambungbergulir Yang Sepatutnya Dipertahankan adalah :
  • Kelembagaan yang telah ada, yang sudah dibentuk oleh pemerintah (Posyandu, dll) maupun masyarakat (majelis taklim, pesantren, sekolah, dll) berfungsi sebagai ”kendaraan” untuk melaksanakan kegiatan pemberdayaan (dengan kata lain seminimal mungkin melakukan pembentukan kelembagaan baru)
  • Memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada (masjid, sekolah, posyandu dsb) untuk menyelenggarakan kegiatan posdaya (pelayanan kesehatan, PAUD, BSB, dll) dan diusahakan tidak membangun fasilitas yang baru.
  • Menjadikan pemberian makanan tambahan bergizi sebagai tahap awal pembiasaan peduli
  • Menjadikan kegiatan pemberdayaan berupa pemahaman (pelatihan) yang selalu diikuti dengan aksi nyata
  • Menjadikan gotong royong sebagai wahana merukunkan warga dimulai dengan gotong royong menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan
  • Menjaga akurasi, kemutakhiran dan validitas data kaum miskin di mana kader posyandu/PKK dan ketua RT/RW amat berperan besar di dalamnya
  • Menjadikan sistem pelaporan berbasis data mustahik yang dilegalisir oleh pejabat/tokoh setempat sebagai alat untuk merencanakan, mengevaluasi / mengaudit dan menyampaikan himbauan untuk mengajak/mendorong peduli mustahik.


Bogor, April 2009
SastrawanBatangan / JonPosdaya / SriPosdayawati / MariBerposdaya / Posdaya,

Baca selanjutnya.....

Rabu, April 15, 2009

Posdaya | Resep Caleg Tidak Gila 2014 : Murah-Meriah-Gampang-Ridho

1 komentar

Hasil Pemilu 9 April 2009 yang lalu bagi masing-masing caleg relatif dengan cepat sudah bisa diterka, terutama di level kabupaten atau kota, apakah ia terpilih ataukah tidak untuk duduk di parlemen. Yang menang, sebagaimana ditayangkan tivi, kebanyakan ”sumringah-bungah”. Demikian pula pendukungnya juga ikut senang yang kemudian ada yang menggunduli kepalanya, ada pula yang memanggul dan mengarak si caleg keliling kampung dan sebagainya. Wajarlah dalam pesta demokrasi ada perilaku seperti itu.

Lantas bagaimana yang gagal ? Bermacam-macam pula responnya. Kebanyakan sedih, pilu, cenderung menyendiri bahkan depresi. Malahan ada yang gantung diri, mengusir orang yang telah puluhan tahun menumpang di rumah miliknya hanya karena tidak mencontreng dia, tidak pulang ke rumah karena takut dikejar penagih hutang dan ada pula yang lari ke padepokan tim spiritual alias dukun.

Mengapa gagal ? Seorang pemerhati masalah sosial religius menyimpulkan bahwa penyebab kegagalan seorang caleg terpilih menjadi legislator dapat dikelompokkan menjadi 5 faktor : (1) tidak dikenal rakyat; (2) tidak disuka rakyat; (3) tidak dipercaya rakyat.; (4) tidak dikehendaki parpol; dan (5) tidak dikehendaki Sang Maha Pencipta Rakyat. Karena itulah bagi yang gagal tinggal pilih termasuk kategori manakah dia. Apakah belum dikenal rakyat ? Apakah dikenal cuma oleh sedikit rakyat? Kalau sudah dikenal apakah sudah disuka / disenangi rakyat. Apakah yang suka kepadanya sedikit ataukah banyak ? Lalu kalau sudah dikenal dan disuka, apakah dia dipercaya rakyat ? Apakah yang percaya kepadanya banyak ataukah sedikit ?. Kalau sudah dikenal, disuka dan dipercaya apakah parpol di mana sang caleg berinduk sudah menghendakinya ataukah tidak ?. Dan terakhir kalau semuanya sudah oke, apakah Sang Maha Pencipta Rakyat berkehendak ataukah tidak?

Dari logika itu pula kita dapat memahami mengapa ada seorang caleg yang tidak dikenal, tidak disuka dan tidak dipercaya oleh banyak warga masyarakat dapat terpilih menjadi legislator. Rupanya dia dikehendaki oleh parpol pendukungnya dan dikehendaki pula oleh Sang Maha Pencipta Rakyat. Demikian pula ada orang yang sangat dikenal, disukai dan dipercaya rakyat namun karena ”emoh” jadi wakil rakyat formal, maka tidak ada satupun parpol yang men-caleg-kannya. Dengan kata lain agar jadi wakil rakyat formal, parpol harus ”menghendakinya” terlebih dulu sebelum dikehendaki oleh Sang Maha Pencipta Rakyat.

Tentunya banyak caleg yang gagal pada pemilu 2009 ini yang masih berkeinginan untuk maju lagi pada pemilu 2014. Demikian pula tentu banyak muka-muka baru (new comer) yang ingin menjadi caleg 5 tahun di depan. Mereka tentunya tidak ingin gagal kan ?. Mereka juga tidak ingin gila kan ?. Namun bagaimana resepnya ?

Dari hasil ”tengok sana tengok sini”, ada sebuah paket dari seorang pengamat amatir - bermukim tidak jauh dari Jakarta- yang berisi kiat agar caleg dikenal-disuka-dipercaya rakyat, dikehendaki parpol dan dikehendaki Sang Maha Pencipta Rakyat Bunyi kiatnya adalah sbb :

(1) Sosialisasikan pemberdayaan masyarakat dengan cara murah-meriah
  • Minta dan periksa data balita/ibu hamil dan lansia dari posyandu di kampung miskin-kumuh terdekat. Beli rutin kacang ijo (jangan lupa gula) dan berikan kepada posyandu untuk dimasak menjadi bubur kacang ijo dan kemudian dibagikan kepada balita/ibu hamil / lansia miskin. Murah, meriah, sekitar 5 kg per 200 orang miskin (+/- Rp 200.000, termasuk gula, dll).
  • Jika sudah dilakukan secara rutin 3 bulan, ajak 3 lansia yang kehidupannya mapan alias mampu untuk bergantian memberi makan pagi-siang-malam kepada 1 lansia yang miskin (anda tidak perlu keluar uang).
  • Bagaimana kalau hal itu sudah dilakukan ? Lanjutkan lagi dengan memberikan honor tambahan buat guru PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) balita miskin. Dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan baik secara serial maupun pararel, baik berskala RT maupun berskala lebih besar lainnya.
  • Siapa pelaksananya ? Tidak usah repot-repot. Ada posyandu yang bisa diminta sebagai pelaksananya karena relatif sudah tahunan terpecaya dan ikhlas mengurusi orang miskin.
  • Yang penting dalam hal ini adalah : 1) Ajak keluarga, tetangga dan kawan pengajian/ alumni / arisan / dll agar biaya murah dan ada unsur ”bersama”, 2) Tidak perlu ’bawa-bawa’ nama partai tertentu, partailah yang nanti ”nglamar” anda karena anda dekat rakyat. Ingat seorang ’salesman’ seringkali lebih dikenal namanya daripada perusahaannya, 3) Jangan pedulikan omongan orang yang umumnya suka ’ngomong’ tapi tidak peduli kepada tetangga dekat /jauhnya sendiri. Dalam hal ini anda boleh sedikit ”sombong’ karena telah langsung berbuat nyata bukan berwacana dan ’omdo’ saja. Dalam hal ini sebagai media latihan bagi anda, ajak orang-orang seperti itu agar mau ikut peduli.

(2) Banyak dan rajin bersilaturahmi

  • Silaturahmi yang dilakukan bersifat memberi (tidak selalu uang/harta/material fisik) dan kalau bisa tanpa upah (pamrih).
  • Kalaupun tidak bisa bersilaturahmi dengan cara tatap muka, saat ini bisa dilakukan dengan ”tatap monitor” yakni memanfaatkan media internet (e-mail, facebook)

(3) Banyak baca berita

  • Banyak baca koran dan media lainnya dan kalau bisa, tuliskan buah pikiran anda berdasarkan pengalaman nyata anda di atas untuk menangani masalah kemiskinan dan kebodohan. Dimuat di mana ? Media untuk itu sekarang ini amat banyak. Tidak usah langsung lewat koran juga tidak apa-apa. Manfaatkan saja web-site/ blog yang ada di internet dan kirim tulisan dalam blog anda itu kepada orang lain. Dengan cara ini anda telah memberi dan mendorong orang lain untuk peduli kemiskinan (sebagai perintah dari Sang Maha Pencipta Rakyat)

(4) Lakukan usaha ekonomi apa saja -walau kecil - tapi sinambung

  • Tujuannya adalah untuk mendukung kehidupan rumah tangga yang bisa berlangsung berdasarkan sistem walaupun anda tidak selalu bisa menunggui usaha itu.

(5) Rajin berpuasa & berolahraga

  • Banyak berpuasa sebagai usaha ”pengedalian diri”
  • Berolah raga agar tidak capek saat berkampanye atau duduk sidang berlama-lama sebagai legislator.

(6) Pengendalian bicara

  • Bicara tidak terburu-buru,
  • Bicara tidak ”nylekit”
  • Bicara sambil senyum dan sambil menoleh para pendengar yang ada di kiri dan kanannya.

(7) Berniat lurus & minta lindungan Sang Maha Pencipta Rakyat

  • Berniat benar-benar menjadi wakil rakyat yang memakelari kepentingan rakyat.
  • Berniat tidak gila bilamana kalah dan tidak gila kekuasaan jika menang.
  • Banyak minta lindungan Sang Maha Pencipta Rakyat agar terhindar dari syaitan dan iblis yang sering menipu lewat atau atas nama kepentingan rakyat.

Sang pengamat yang memberikan kiat di atas menambahkan : ”Empat tahun ke depan cukuplah bermodal tujuh butir itu untuk menjadi caleg yang dikenal, disuka dan dipercaya rakyat, dikehendaki partai dan semoga juga dikehendaki Sang Maha Pencipta Rakyat. Dan perlu anda ketahui bahwa sebagian besar legislator yang gila kekuasaan dan caleg yang gila sungguhan karena tidak terpilih dipastikan tidak melakukan kiat-kiat itu...Mengapa ? He....he....he.......kita semuanya entah kenapa ya, maunya by-pass lewat jalan tol ....”.

SastrawanBatangan, Bogor, 2009-04-15

Baca selanjutnya.....