Selasa, Juli 14, 2009

Posdaya | Kiat Menambah Erat Silaturahmi Teman Dan Kerabat

0 komentar

Kisah Susi dan Cokrodikumpo



Suatu hari, Susi, setelah hampir 25 tahun lulus dari sebuah SMA di suatu kota di Jawa Timur, membaca berita di koran bahwa Rio, teman sekelas saat kelas 3 SMA menjadi bupati di suatu daerah. Susi pun lalu mengabarkan hal ini kepada Bambang, temannya yang lain. Bambang lalu menginformasikan kepada Tetty, temannya yang juga teman Susi. Terus bersambung sehingga hubungan yang selama ini terputus pasca lulus sekolah sedikit demi sedikit bersambung kembali. Dari yang hanya 2 orang berhubungan yaitu Susi dan Bambang, lalu bersambung kepada Tetty, Ditya, Hamid, Lidya, dan kawan-kawannya yang lain. Dan entah siapa yang memulai, akhirnya mereka sepakat untuk mengadakan reuni di rumah Susi. Di situ mereka, 20 orang sesama teman, sepakat membentuk semacam komunitas kecil yang dilengkapi dengan pengurus kecil-kecilan, milis, fizbuk dan websaet. Pertemuan demi pertemuan berlangsung. Ketemu, makan-makan, arisan, piknik bareng. Makin lama makin seru. Namun hanya bertahan 4 tahun karena kemudian semua itu hanya menjadi cerita. Apa sebab ?

Lain lagi yang terjadi pada keluarga besar Rumeksa Cokrodikumpo. Rumeksa adalah lurah sebuah desa di Jawa Tengah tahun 1925-an. Rumekso dan isterinya yang sudah meninggal menurunkan 9 orang anak yang semuanya berkeluarga dan kemudian beranak. Kini kalau ditotal, jumlah keturunannya (sudah termasuk generasi 5) yang hidup sekitar 300 orang. Mereka kompak sebab di kala generasi pertama (anak pertama) Rumeksa masih hidup, terbentuk ikatan kekeluargaan sebagai perwujudan dari keinginan agar keturunannya tak bercerai berai. Sudah hampir 30 tahun ikatan itu terbentuk namun sampai sekarang kegiatan anak cucu Rumeksa tersebut masih berlangsung semarak. Apa sebab ?


Mengapa Dibentuk ?


Kasus Susi dan kawan-kawan membentuk komunitas sebagaimana diceritakan di atas awalnya timbul karena beberapa orang sesama teman kangen bernostalgia masa SMA setelah sekian lama tak jumpa. Sedangkan kasus pak Rumeksa dan keluarga adalah komunitas yang dibentuk karena awalnya beberapa generasi pertama khawatir kalau anak turunnya tidak saling kenal lagi.

Jadi komunitas silaturahmi yang dibentuk di atas terjadi karena ada sejumlah orang merasa mempunyai kepentingan yang sama yaitu ingin lebih mempererat dan atau merawat hubungan pertemanan atau kekerabatan. Dalam komunitas silaturahmi lainnya seperti keprofesian, kebudayaan, keagamaan, sesama tetangga, sesama asal daerah atau etnis, biasanya ada keinginan tambahan seperti misalnya memperjuangkan hajad atau kepentingan bersama di bidang agama, budaya, kesejahteraan, persamaan hak dan sebagainya.

Karena adanya kepentingan bersama yang bukan hanya sekadar pertemuan saja, maka tidaklah mengherankan jika kemudian dalam komunitas itu kita jumpai adanya usaha pemberian beasiswa kepada anak anggota yang kesulitan ekonomi, pendirian usaha bersama semacam koperasi untuk menyejahterakan anggota dan usaha-usaha lain untuk mendapatkan dana abadi bagi kepentingan komunitas.

Saat ini kecepatan untuk bertemu kembali setelah berpisah menjadi meningkat karena peran teknologi komputer dan internet. Kalau dulu reuni terjadi setelah 20 tahunan berpisah, maka kini 5 tahun setelah pisah pun tidak lagi menjadi masalah. Fasilitas semacam FaceBook, Frenster, website, e-mail dsb amat sangat membantu komunikasi antar manusia itu.


Mengapa Menjadi Surut bahkan Pecah ?


Pertemuan demi pertemuan biasanya berlangsung dengan acara yang makin lama makin seru. Seperti pengantin baru, keinginan untuk sering berjumpa amat besar. Apalagi bila ada satu atau beberapa anggota komunitas yang diberi kelebihan rezeki sehingga tempat, konsumsi dan beberapa kebutuhan berkumpul lainnya tidak lagi menjadi masalah.

Untuk menarik anggota komunitas agar mau berkumpul, ada saja yang diusahakan agar tampil. Ada yang mengawalinya dengan sekadar ngobrol bareng sambil berkaraoke, dan dilanjutkan dengan bareng-baerng mendengarkan musik di kafe, ngobrol bareng di vila di pegunungan milik salah satu anggota atau sengaja memang disewa, duduk-duduk di pantai sembari menikmati matahari terbenam. Ada pula yang mengadakan arisan, mengundang guru, mengundang penceramah. Macam-macam, tergantung kreativitas, kemampuan dan kesepakatan kelompok.

Semua kegiatan itu sering membawa dampak positip. Ada yang sudah lama menjanda karena ditinggal mati suaminya kemudian ketemu jodoh dan kawin dengan temannya yang duda. Ada yang belum kawin-kawin namun akhirnya kawin karena ketemu jodoh. gara-gara reuni komunitas itu. Banyak pula anak mereka kemudian berjodoh sehingga bisa disebut meneruskan persahabatan orang tuanya secara langsung. Tetapi negatifnya juga ada ketika cinta lama bertemu kembali menjadi cinta terlarang karena masing-masing atau salah satu di antaranya masih terikat perkawinan resmi dengan pasangannya. Dan kasus yang terakhir ini seringkali dianggap”mengganggu” keharmonisan komunitas.

Apapun kegiatan, kalau tidak pandai merawatnya apalagi jika ’energi’ banyak dihabiskan di awal, akan menjadi surut setelah sempat mencapai titik puncaknya. Mengapa demikian ? Dari berbagai pengamatan ada beberapa hal yang menjadi alasannya :

  • Pertemuan demi pertemuan menjadi suatu yang hal yang rutin sehingga membosankan, artinya pertemuan hanya berisi makan-makan, guyon masa lalu dan sejenisnya.
  • Ada perseteruan antar anggota yang tak dapat diselesaikan oleh komunitas tersebut
  • Pertemuan menjadi ajang pamer sehingga menjadikan yang lain yang tak terbiasa malas untuk hadir
  • Ada kelompok dalam kelompok sehingga menimbulkan kecemburuan anggota kelompok yang tidak ikut dengan kelompok itu.
  • Ada yang memanfaatkan pertemuan untuk politik sehingga pembicaraan santai sering menjadi cacian terhadap kelompok politik lainnya.
  • Ada anggota kelompok yang ”arogan” atau ada anggota yang perilakunya anomali merepotkan anggota kelompok lainnya.
  • Ada urusan saling menuntut hak
  • Tidak ada motor penggerak

Khusus yang terakhir, yaitu motor penggerak, boleh dikatakan yang paling banyak andilnya. Bagaimanapun jeleknya kondisi silaturahmi, selama ada motor penggerak yang tidak pernah mengeluh dan putus asa, komunitas akan tetap bergerak menuju stabilitas. Namun boleh dikatakan orang semacam ini sulit ditemukan alias langka.


Bagaimana Agar Lebih Erat ?


Belajar dari beberapa komunitas yang berhasil merawat dan bahkan mengembangkan kegiatan rekan sealumni sehingga menjadi kegiatan sebagaimana diharapkan pada awalnya, maka ada beberapa

  • Sambil guyon, bersama-sama selalu mengantisipasi faktor-faktor penyebab perpecahan dan bagaimana mencegahtangkalnya.
  • Setelah dua tiga kali bertemu, upayakan ada kegiatan sosial bersama terutama yang murah meriah dan tidak sulit
  • Tidak emosional membesarkan organisasi yang seringkali susah merawatnya
  • Tidak mendahulukan formalitas, misalnya dengan menjadikan komunitas berbadan hukum yayasan.
  • Kalaupun bikin bisnis bareng, jangan ada yang jadi pelaksana. Biarkan semua jadi ’komisaris’ atau pemilik bisnis dengan saham yang diusahakan sama sehingga dalam komunitas tak ada perbedaan perasaan.
  • Ada sponsor walaupun diusahakan semuanya memberikan kontribusi
  • Ada lebih dari 1 orang sukarelawan yang menjadi motor penggerak
Seni merawat silaturahmi komunitas ini perlu dipahami oleh semua anggota. Terutama oleh motor penggeraknya.


Mengapa Kegiatan Sosial Bersama Dapat Mengakrabkan ?


Kegiatan sosial berintikan kegiatan ’memberi’. Melalui kegiatan memberi ini, apalagi dilakukan secara ikhlas, kegembiraan akan terjadi. Sebuah kitab suci menyatakan bahwa kalau orang berbuat baik, maka malaikat akan datang menggembirakannya. Jadi Kalau banyak yang berbuat demikian maka akan banyak malaikat yang datang menggembirakan. Karena gembira meliputi banyak orang maka suasana menjadi cerah dan akrab.

Kondisi di atas berbeda dengan kalau komunitas diarahkan ke bisnis. Apalagi di antara mereka ada yang menjadi pelaksana sehingga terbentuk organisasi yang umum ada di perusahaan. Resiko yang mungkin terjadi adalah kalau si pelaksana curang atau tidak mencapai sesuai target yang diharapkan. Tentu akan timbul pergunjingan yang akan melemahkan tali persahabatan.

Bukannya bareng-bareng berbisnis dihindari. Tetapi yang dihindari adalah dampaknya – kalau bisnis tidak memuaskan – terhadap persahabatan. Jadi kalaupun berbisnis, yang sama-sama berminat sebaiknya membuat acara di luar itu.

Di sisi lain adakah kegiatan sosial yang justru merenggangkan hubungan ? Tentu saja selalu ada perkecualian dalam hal apapun. Contoh kegiatan sosial yang sering justru merenggangkan persahabatan sebagaimana dimaksud adalah kegiatan sosial yang didasari oleh tugas bawahan atau kegiatan sosial yang dipaksakan. Dengan kata lain kegiatan sosial, agar tidak menimbulkan ekses seperti itu, perlu dikerjakan secara sukarela dan semua pelaksananya bekerja atas dasar kemitraan.


Murah Meriah Berkegiatan Sosial Bersama Melalui Posyandu


Posyandu, yang di Indonesia jumlahnya sekitar 267 rbu, adalah tempat warga kelas menengah-ke bawah datang untuk mendapatkan pengetahuan dan fasilitas kesehatan dasar sementara golongan mampu jarang datang ke tempat ini. Kader atau pengurus posyandu umumnya banyak tahu siapa saja pengunjung yang termasuk kategori miskin karena yang datang itu adalah tetangga mereka sendiri. Data tahun 2008 menunjukkan bahwa jumlah warga miskin di Indonesia sekitar 33 jutaan, di mana 4 juta di antaranya adalah balita.

Anggota komunitas tentu berasal dari banyak lokasi. Kalaupun dia tidak tinggal di lokasi yang di sekitarnya banyak orang miskin, tidak jauh dari rumah atau komplek perumahan di mana ia tinggal, selalu akan dijumpai kampung yang penduduknya kebanyakan miskin. Di situlah kegiatan sosial bisa dikerjakan melalui posyandu yang biasanya ada.

Dengan mengalokasikan kegiatan sosial bersama melalui posyandu sesungguhnya banyak hal bisa didapat oleh komunitas. Di antaranya adalah :

  • Mengikuti anjuran agama agar tidak bicara saja tetapi berpraktek langsung sesuai kemampuan untuk menangani kemiskinan.
  • Tidak usah repot-repot membentuk seksi sosial yang membuat berat para pengurusnya
  • Belajar mulai dari yang murah karena kalau dihitung paket gizi sehatnya umumnya terdiri dari bubur kacang hijau atau susu dan buah (Ditaksir sekitar Rp 2.500 per orang sehingga kalau jumlah peserta posyandu 150 orang, maka nilai bantuan sekitar Rp 375.000,- per kali kegiatan atau per bulan)
  • Meningkatkan kelembutan hati, kegembiraan dan kerukunan kelompok sesuai dengan teori ’malaikat datang kepada orang yang berbuat baik’
  • Dapat mengikutkan anak-anak anggota komunitas untuk berpartisipasi yang secara langsung berdampak pada kelembutan hati

Secara teknis urutan kegiatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

  • Pilih satu atau lebih daerah termiskin yang dekat dengan tempat ringgal anggota komunitas.
  • Jika wilayah sudah terpilih, datangi pengurus posyandu untuk mencari tahu kondisi kemiskinan di wilayah itu sekaligus meminta data pengunjung posyandu (ibu hamil, balita dan lansia miskin). Jangan berjanji apa-apa. Katakan hanya sekadar ingin mengetahui betapa besar peran posyandu.
  • Bahas data posyandu bersama anggota komunitas.
  • Tentukan sumbangan gizi (bubur kacang hijau, buah, susu dll) sesuai kemampuan terutama untuk yang miskin. Bukan besar sumbangannya yang penting tapi diupayakan rutin.
  • Serahkan bantuan kepada kader posyandu dan pantau realisasinya.
Jika sudah terbiasa dengan kegiatan gizi tersebut, maka kegiatan bisa ditingkatkan kepada penanganan kebodohan anak miskin dengan cara memberikan honor tambahan kepada guru yang menangani PAUD (pendidikan anak usia dini) anak miskin tersebut.

Kegiatan tersebut di atas merupakan salah satu bentuk kegiatan Posdaya atau pos pemberdayaan keluarga yang awalnya digagas oleh Prof Haryono Suyono. Dalam kegiatan ini warga sejahtera memberdayakan dirinya untuk memberdayakan warga prasejatera. Ada 8 fungsi keluarga yang dalam hal ini dijadikan sebagai ajang pemberdayaan yakni agama, budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi dan kesehatan, pendidikan, ekonomi atau kewirausahaan dan lingkungan.

Dengan cara menggiring komunitas sahabat dan kerabat agar tidak hanya sekadar ketemu muka dan bergembira tetapi juga berpartisipasi dengan cara yang gampang dan murah meriah melalui posyandu ini, diharapkan hubungan persahabatan dan kekerabatan akan bertambah erat. Mengapa ? Orang bijak mengatakan bahwa setan akan pergi menjauh jika kita ikut memerangi kemiskinan dan kebodohan. Semoga.


Sastrawan Batangan, 15 Juli 2009
http://www.mariberposdaya.blogspot.com



Baca selanjutnya.....

Sabtu, Juli 11, 2009

Posdaya | Tak Usah Cemas : Cegah Flu Babi Dengan Tidak Khawatir Dan Tidak Sedih Hati.

0 komentar

Beberapa bulan terakhir ini pemerintah dan masyarakat seluruh dunia disibukkan oleh “hantu” flu babi. “Hantu” atau sesuatu yang tak terlihat yang semula muncul di Mexico ini kini menerobos Indonesia walaupun pemerintah telah dengan sekuat tenaga mengawasi seluruh pintu masuk ke negeri yang lagi sibuk-sibuknya berpesta demokrasi ini. Seleksi alam sedang berlangsung dan akan terus berlangsung tidak hanya oleh flu babi saja, tetapi oleh banyak kejadian yang dapat mematikan manusia. Siapa yang akan selamat ?

Cemas Akan Menurunkan Kemampuan Cegah


Sang Pencipta & Pemelihara Alam telah menorehkan kalimatnya bahwa bencana telah tertulis sejak sebelum dunia ini dicipta dan tetap akan berlaku sepanjang masa 1). Sementara itu berlaku pula bahwa semua manusia cenderung menuju ke neraka namun Sang Maha Pengasih Penyayang akan menyelamatkan orang yang bertakwa dan membiarkan orang zalim dalam neraka 2).

Bencana bisa datang dengan beragam rupa. Selain bisa berwujud gempa bumi, banjir, tsunami dan gunung meletus, juga bisa berupa penyakit. Penyakit sesungguhnya sudah hadir di sekeliling manusia, namun ia masih sekadar ’mengintip’ calon konsumennya. Begitu kondisi bodi manusia lemah, maka datanglah ia menghampiri.

Kelemahan bodi tidak lepas dari kelemahan kejiwaan. Bodi akan menjadi lemah manakala kecemasan menghinggapi jiwa. Jadi kalau tidak mau dihinggapi penyakit, kecemasan mestinya harus dihilangkan

Mengubah Cemas Menjadi Tidak Khawatir dan Tidak Sedih Hati


Dari berbagai dogma yang kemudian diamati dan diteliti dan ternyata benar, hiburan atau permainan ’pembunuh waktu’ bukanlah penghilang kecemasan yang berjangka panjang. Kecemasan baru akan berganti menjadi ketenteraman dan gembira hati jika badan dan jiwa sedang bersinergi melakukan proses perikemanusiaan.

Melalui proses perikemanusiaan yang dilakukan, apalagi dilakukan sukarela tanpa paksaan, jiwa seakan disuapi dengan ketenteraman dan kegembiraan. Jiwa yang tenteram dan gembira akan mengaktifkan DNA (gen) yang bermanfaat dan menonaktifkan DNA yang mempunyai potensi menimbulkan penyakit sebagaimana diberitakan oleh Dr Kazuo Murakami berdasarkan hasil risetnya 3).

Proses perikemanusiaan – yang setiap agama dan kepercayaan menyuruh para pemeluknya untuk melakukannya 4) – pada intinya adalah memfasilitasi manusia tanpa membedakan latar belakangnya yang membutuhkan pertolongan karena kondisinya yang serba terbatas sehingga miskin dan bodoh. Di antaranya dengan memberikan tambahan gizi kepada balita dan ibu hamil yang miskin (yang terancam kurang gizi sehingga akan bermasalah di masa depan), memberikan honor tambahan kepada guru-guru pada level pendidikan anak usia dini yang miskin, memberikan pelatihan kemandirian yang berketerampilan kepada para kaum miskin, membangun usaha mikro-kecil untuk rakyat miskin, mengaktifkan posyandu agar melaksanakan program posdaya (pos pemberdayaan keluarga), merukunkan para pihak yang sedang bertikai dan sejenisnya. Paling tidak kalau tidak punya uang adalah mendorong orang lain yang mampu agar mau melaksanakannya.

Alhasil, dengan melaksanakan fungsi perikemanusiaan yang sejak lahir sudah inheren dalam tubuh dan jiwa manusia maka cemas akan ancaman sakit, termasuk flu babi, akan sirna. Diganti dengan sesuatu yang menyehatkan, sesuatu yang menjadi modal saat dipanggil pulang olehNya. Itulah jiwa yang tenang 5).

Sastrawan Batangan, 11 Juli 2009
http://www.mariberposdaya.co.cc

Catatan : Tulisan ini sengaja disajikan untuk meningkatkan spirit untuk memberdayakan yang sejahtera dan yang prasejahtera agar menuju kehidupan yang lebih sejahtera melalui berbagai kegiatan yang salah satu di antaranya adalah program posdaya.

Referensi :

  1. QS 57:22
  2. QS 19:71-71
  3. The Divine Code of Life: Awaken Your Genes & Discover Hidden Talents (2006), Penulis: Kazuo Murakami, Ph.D. Penerjemah: Winny Prasetyowati, Penyunting: Andityas Prabantoro, Proofreader: Eti Rohaeti, Penerbit terjemahan Indonesia: Mizan, Cetakan V: April 2008 (Cetakan I: Maret 2007)
  4. Injil : Lukas: 6:46; Yakobus 1:22, Yakobus 2:17; Yakobus 2:24, Johanes 15: 12, Amsal 14:31, Markus 12 : 30-31, Roma 15 : 1 -5, Roma 14 : 17 – 19, Matius 5 : 7, 16, Filipi 2 : 1- 11; Weda, S. Mucaya 139; Sabda Budha dalam Dhammapada, 19, 20; Sabda Khong Fu Cu dalam Kitab Suci Susi, Tengah Sempurna Bab Utama; Sabda Lao Ze, 604 SM dalam Kitab Suci Taoisme, Too Tik Keng
  5. QS 89:27-30.


Baca selanjutnya.....

Selasa, Juli 07, 2009

Posdaya | Berlomba Meng’on-off’kan DNA

0 komentar

DNA atau gen yang umumnya terdapat dalam inti sel tubuh kita, tidak saja membawa informasi genetik. Ternyata mereka dapat di-on-off-kan (dinyalamatikan) oleh pikiran kita. Pikiran yang positif akan meng-on-kan gen yang bermanfaat dan meng-off-kan gen yang tak bermanfaat. Sebaliknya pikiran negatif akan meng-on-kan gen yang tak bermanfaat dan meng-off-kan gen yang bermanfaat. Apa dampaknya buat kita ?



DNA (Deoxyribo Nucleid Acid atau Asam Deoksiribonukleat), yang jumlahnya puluhan trilyun dalam tubuh manusia, menjadi banyak dikenal di kalangan awam Indonesia karena beberapa tahun terakhir ini media sering mengabarkan bahwa polisi -dalam berbagai kasus - menggunakannya sebagai alat identifikasi tersangka atau korban tindak kriminalitas. Melalui analisa DNA yang materialnya berasal dari rambut, ludah, serpihan kulit, kuku dan bagian-bagian tubuh lainnya, polisi dapat melacak siapa jati diri tubuh tersebut.

Sungguh suatu kemajuan yang sangat luar biasa dalam kehidupan. Namun demikian apakah manfaat DNA, yang jumlahnya puluhan trilyun dalam tubuh manusia, hanya sebatas itu?

Ternyata tidak hanya itu. Dari temuan Dr Kazuo Murakami, ahli genetika ternama dunia yang memperoleh penghargaan Max Planck Researh Award (1990) dan Japan Academy Award (1996) dan kini menjadi professor sebuah universitas ternama di Amerika dan guru besar tamu di universitas di Jepang, disimpulkan bahwa selain menunjukkan kode-kode mengenai adanya kemiripan antara orang tua dan anaknya, penyakit turunan, tingkat IQ dan apa saja yang ada sebagai potensi manusia, DNA juga dapat diperintah oleh pikiran kita sehingga DNA yang sedang off bisa di-on-kan sedangkan yang on bisa diubah menjadi off. Dengan kemampuan pikiran untuk mengonoffkan DNA itu maka penyakit bisa ditekan sementara potensi yang luar biasa bisa ditampilkan.

Dari hasil penelitiannya Kazuo Murakami menyimpulkan bahwa faktor-faktor positif seperti kegembiraan, kebahagiaan, kepercayaan dan doa, dapat mengaktifkan gen-gen yang bermanfaat. Sedangkan faktor-faktor negatif, seperti gelisah, depresi, kesedihan, rasa takut dan sakit, dapat menonaktifkan gen-gen yang bermanfaat. Sesuatu yang membuat kita bahagia dapat mengaktifkan gen-gen positif, contohnya menolong orang lain yang kesusahan atau bersilaturahmi. Sebaliknya, trauma psikologis atau pun kesedihan yang mendalam dapat mengaktifkan gen-gen yang merugikan dan mematikan gen-gen positif.

Salah satu eksperimen untuk mempelajari pengaruh dari tawa (sebuah indikasi dari emosi positif) pada gen telah dilakukan tahun 2003 oleh Kazuo Murakami di sebuah perusahaan raksasa Jepang, Yashimoto Kogyo Co. Ternyata tertawa sangat menguntungkan orang-orang yang mengidap diabetes stadium dua karena dapat mempengaruhi tingkat glukosa darah pada. Penelitian tersebut menunjukan bahwa dua puluh tiga gen dapat diaktifkan berkat tertawa. Hasil riset ini membuktikan untuk pertama kalinya bahwa emosi positif dapat memicu tombol ”on” genetik.

Ada tiga faktor yang terlibat dalam pengaktifan gen, yaitu gen itu sendiri, lingkungan, dan pikiran. Banyak orang percaya bahwa ciri-ciri yang diwariskan tidak pernah berubah. Sesuatu kemampuan, misalnya saja kecerdasan atau atletik, memang berkaitan dengan gen. Namun tidak berarti bahwa seseorang sama sekali tidak memiliki kemampuan tersebut. Kemampuan itu telah ada tetapi belum dinyalakan atau belum diaktifkan. Jika semua hambatan dihilangkan dan lingkungan yang sesuai disediakan, maka potensi kita untuk berkembang menjadi tidak terbatas. Berpikir positif– terutama ketika mengalami kesulitan atau mengalami saat-saat buruk– dapat menyalakan gen, merangsang otak dan tubuh untuk memproduksi hormon yang bermanfaat.

Dengan mempelajari hasil riset di atas maka terjawablah alasan mengapa Tuhan Semesta Alam berkali-kali menyuruh manusia untuk berbuat baik. Tak salah lagi dan tak diragukan lagi bahwa semua itu sesungguhnya untuk kebaikan manusia itu sendiri. Sehat dan bahagia selama di dunia dan penuh dengan DNA bermanfaat yang sedang "on" saat dipanggil pulang ke hadiratNya.

Sastrawan Batangan, Bogor, 8 Juli 2009 (http://www.mariberposdaya.blogspot.com)

Catatan :

Tulisan ini disajikan untuk membuka wawasan bahwa melakukan kegiatan pemberdayaan yang di antaranya melalui program posdaya bukanlah pekerjaan yang sia-sia karena mempunyai nilai guna yang tinggi bagi kebahagiaan dan pada akhirnya kesehatan .

Referensi :
  • The Divine Message of DNA, Arif R / http://www.wahanakebangsaan.org, Juli 2009
  • The Divine Message of DNA, http://izmiya.multiply.com, Juli 2009
  • The Divine Message of DNA, http://youngmujahidah.multiply.com, Juli 2009
  • The Divine Code of Life: Awaken Your Genes & Discover Hidden Talents (2006), Penulis: Kazuo Murakami, Ph.D. Penerjemah: Winny Prasetyowati, Penyunting: Andityas Prabantoro, Proofreader: Eti Rohaeti, Penerbit terjemahan Indonesia: Mizan, Cetakan V: April 2008 (Cetakan I: Maret 2007)


Baca selanjutnya.....

Jumat, Juli 03, 2009

Posdaya | Mengapa Ada Hak Orang Miskin Pada Apa Saja Yang Kita Punyai ?

1 komentar

Berulangkali Yang Maha Kuasa menghimbau - atau kalau mau dipertegas memerintahkan - manusia agar memberikan sebagian harta apa saja yang dimilikinya - di kala lapang dan sempit - kepada orang lain yang miskin. Mengapa mesti memberi ? Tentu ada alasannya sebagaimana diutarakan olehNya yaitu bahwa pada harta siapa saja terdapat hak orang miskin sehingga perlu diberikan kepada yang berhak. Lantas mengapa berulangkali manusia dihimbau ? Tentunya ada alasannya pula. Dua di antaranya adalah karena (*) kebanyakan manusia bersifat pelupa sebagai konsekuensi lebih peduli kepada dirinya sendiri dan (*) kebanyakan manusia cenderung pelit.


Bagi manusia yang tidak mau hanya berdogma tentu akan timbul pertanyaan susulan yaitu mengapa ada hak orang miskin pada harta kita (baik di saat lapang maupun sempit) padahal bukankah harta kita itu adalah hasil usaha kita atau paling tidak diperoleh sebagai warisan dari orang tua atau hibah dari orang lain, bukan dari orang miskin tsb ? Pertanyaan ini menarik untuk dijawab mengingat Yang Maha Kuasa tidak pernah main-main dalam menciptakan alam semesta termasuk di dalamnya mengeluarkan himbauan tersebut.


Sama Modal Awal Dan Kesempatannya


Menurut kepercayaan manusia pada umumnya sebagaimana juga tertulis dalam beberapa Kitab Suci, manusia yang pertama hidup di muka bumi adalah Adam yang kemudian diikuti oleh Hawa. Keduanya – yang menjadi suami isteri - mempunyai beberapa anak yang sebut saja generasi (keturunan) pertama.

Sebagai manusia, mereka perlu makan, berpakaian, bertempat tanggal dan perlu yang lainnya di mana apa yang diperlukan itu tidak secara otomatis siap dipakai atau dikonsumsi tetapi bahan-bahannya telah tersedia di sekeliling mereka. Itulah yang disebut sebagai sumber daya alam, yang baru dapat dimanfaatkan kalau ada usaha melalui proses yang disebut ‘bekerja’. Karena itulah manusia perlu bekerja agar diri dan keluarganya dapat hidup sejahtera.

Pada saat generasi pertama manusia memulai kegiatan kerjanya, modal awal yang mereka miliki relatif sama, yakni berupa kaki, tangan, waktu, tenaga dan akal-pikiran. Kesempatan (peluang) yang mereka mereka untuk mengeksploitasi sumberdaya alam pun juga sama. Jadi relatif tidak ada perbedaan pada mereka saat awal untuk bisa sama-sama memenuhi kebutuhan mereka.


Kemiskinan Terbentuk Dengan Sendirinya


Namun dalam prakteknya, hasil yang diperoleh generasi pertama melalui kerja mereka masing-masing adalah berbeda. Hal ini terjadi karena ada perbedaan produktivitas yang disebabkan oleh faktor malas, tidak disiplin dalam menggunakan waktu atau sebab lainnya misalnya kecelakaan.

Atas dasar itulah di akhir hidup generasi pertama, kepemilikan atas sumberdaya alam - sebagai hasil mereka bekerja – akan berbeda. Yang dinikmati dan kemudian diwariskan kepada generasi kedua tentu juga berbeda.

Dalam kondisi seperti itulah generasi kedua tampil meneruskan aktivitas generasi pertama. Mereka juga harus bekerja tetapi berbeda dengan generasi pertama, modal awal generasi kedua ini relatif tidak lagi sama antara orang yang satu dengan yang lainnya. Modal awal tersebut juga akan semakin berbeda jika yang satu cacat tubuhnya sedangkan yang lain tidak. Sebab dengan kondisi fisik semacam itu kemampuan untuk mengeksploitasi sumberdaya alam menjadi berkurang jika dibandingkan dengan kondisi normal.

Boleh jadi pada generasi kedua ini, ada satu atau lebih keluarga yang harus hidup menghambakan dirinya pada orang atau keluarga lain karena cacat atau sebab lainnya. Dan pada kondisi menghambakan diri kepada orang lain ini, kesempatan untuk bisa mengeksploitasi sumberdaya alam menjadi relatif terbatas. Padahal secara normatif hak mereka dalam mengeksploitasi sumber daya alam adalah sama dengan mereka yang menjadi induk semangnya.

Dengan modal awal yang berbeda itu, maka hasil yang diperoleh generasi kedua akan makin memperlihatkan perbedaan yang lebih tajam dibandingkan generasi pertama. Dengan kata lain jurang kaya miskin makin terlihat lebih nyata.

Kondisi tersebut di atas berlangsung terus menerus dari generasi ke generasi. Kesenjangan antara kaya-miskin makin lama makin melebar. Lihat saja pada akhir kehidupan setiap umat terdahulu, senjang (gap) antara kehidupan penguasa dan elitenya (sebagai pemilik kapling sumberdaya) dan rakyat yang paling miskin umumnya sangat lebar. Senjang tersebut baru menyempit kembali mendekati titik nol kalau terjadi musibah massal. Jika masih ada manusia yang hidup pasca musibah massal itu, mereka harus bangkit dengan modal awal yang relatif sama.


Kemiskinan Justru Menambah Kekayaan


Hasil yang diperoleh akan menjadi jauh meningkat bilamana seseorang dibantu oleh orang lain. Tidak demikian kalau pekerjaan itu dikerjakan sendirian oleh seorang saja.

Dalam kaitan itu, umumnya orang yang lebih miskinlah yang bekerja membantu orang yang lebih kaya dan bukan sebaliknya. Jika hubungan kerja semacam ini berlangsung maka terbentuklah fungsi yang disebut tuan dan hamba. Yang berfungsi sebagai hamba harus bekerja keras dengan upah yang rata-rata pas-pasan sedangkan yang berfungsi sebagai tuan umumnya duduk ”ongkang-ongkang” namun dengan hasil yang jauh lebih banyak. Situasi semacam inilah yang pada umumnya terjadi kecuali dalam kehidupan suku Badui di mana kepala sukunya harus ikut bekerja dengan hasil yang relatif sama dengan para anggota suku.

Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum tanpa ada orang (miskin) yang mau bekerja, tidak mungkin orang (kaya) akan menjadi lebih kaya lagi. Istilah lainnya jika dipertegas adalah karena kemiskinanlah maka timbul kekayaan.


Ada Hak Orang Yang Dititipkan


Sumberdaya alam adalah milik Sang Maha Pencipta. Karena itulah siapa saja mempunyai kebebasan atau hak yang sama untuk mengeksploitasinya.

Namun dalam kenyataannnya, sumberdaya alam itu seolah-olah terkapling-kapling menjadi hak atas perseorangan. Bisa jadi karena warisan atau bisa jadi pula karena kekuasaan atau karena kemampuannya untuk membeli kapling tersebut. Sementara itu orang yang miskin tidak bisa berbuat apa-apa kecuali terpinggirkan.

Dengan dasar bahwa semua adalah saudara (semuanya turunan Adam) sehingga mempunyai hak yang sama atas sumberdaya alam. Namun karena yang menguasai sumberdaya alam dan mengkaplingnya adalah orang yang lebih mampu (kaya/kuasa) sehingga meminggirkan orang yang tidak mampu (miskin) maka sesungguhnya dalam harta yang dimiliki orang yang mampu itu terdapat bagian untuk orang yang tidak mampu. Atau dengan kata lain ada hak orang miskin yang dititipkan pada orang kaya.

Salah satu bukti bahwa sebagian harta itu adalah titipan adalah bahwa akan terjadi keributan atau desintegrasi kalau sebagian harta itu tak dialirkan kepada orang yang miskin yang akan menyebabkan kemusnahan kekayaan. Salah satu bentuk ekstrimnya antara lain timbulnya perampokan / penjarahan massal pada kondisi di mana ’gap’ kaya-miskin sudah sedemikian besar.

Bukti bahwa hanya sebagian saja harta itu titipan adalah bahwa orang miskin cukup puas dengan sedikit pemberian yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Mereka tidak butuh keseluruhan kekayaan yang dimiliki orang yang mampu. Hanya saja orang yang mampu seringkali merasa gamang melihat banyaknya orang miskin. Ia sering mengira orang miskin akan manja jika diberi. Ia mengira dengan banyaknya orang miskin yang diberi maka akan habis hartanya.


Jika Hak Tidak Disampaikan Maka Akan Terjadi Kemandegan Bahkan KeMusnahan


Harta titipan perlu dikembalikan kepada yang berhak. Pengembalian itu berwujud kepedulian untuk menangani fakir miskin. Di antaranya adalah : yang benar-benar kelaparan diberi sembako, yang masih belum berpendidikan / berketerampilan diberi pendidikan / pelatihan dan yang belum bekerja diberi kesempatan bekerja.

Dalam realisasinya pengembalian hak orang miskin umumnya tidak seperti yang diharapkan. Indikasinya yang paling sederhana adalah banyaknya orang berada atau setengah berada tapi mereka masih belum bergotongroyong menangani orang miskin di sekelingnya agar tidak terjadi kasus kelaparan dan kebodohan.

Mengapa harta titipan tidak diberikan kepada yang berhak, baik sebagian maupun seluruhnya ? Ada banyak penyebab yang di antaranya adalah :

  • Belum menyadari bahwa kekayaan yang diperolehnya adalah hasil kerja banyak orang yang lebih miskin daripadanya.
  • Belum menyadari bahwa kalau mereka memberikan sebagian hartanya kepada orang miskin maka diri sendirilah yang akan memetik keuntungannya.
  • Menganggap bahwa semua orang harus seperti dirinya yaitu harus ’fight’ dalam hidup sehingga tabu untuk selalu menengadahkan tangan.
  • Masih ada perasaan malas padahal sebagian waktu dan tenagapun termasuk harta yang harus disisihkan untuk kaum miskin.
  • Belum menyadari bahwa orang miskin adalah saudara sendiri, sama-sama keturunan Adam-Hawa.
  • Belum menyadari bahwa akibat kemiskinan akan timbul kekufuran yang dampaknya juga akan menimpa dirinya sendiri.
  • Belum menyadari bahwa anak cucunya akan menghadapi persoalan berat jika tidak ikut memberikan kontribusi untuk memecahkan masalah kemiskinan dan kebodohan anak-anak yang kelak akan menjadi mitra anak cucunya.

Apa akibat yang akan timbul jika terjadi kemandegan atau ketidaklancaran dalam pengembalian hak orang miskin? Beberapa di antaranya adalah :

  • Kalau orang yang mampu hanya menyimpan duitnya di bank maka lapangan kerja sektor riil tidak bertambah padahal jumlah penduduk yang memerlukan pekerjaan selalu bertambah. Akibat selanjutnya adalah langkanya pekerjaan sehingga banyak orang yang tak berpenghasilan. Karena tak berpenghasilan, maka kemiskinan akan meningkat dan daya beli akan menurun. Jika daya beli menurun, maka pendapatan dan keuntungan usaha orang-orang yang mampu menjadi berkurang bahkan bisa bangkrut.
  • Kalau orang yang mampu tidak memberikan sebagian hartanya untuk memberi makan kepada orang-orang yang kelaparan maka kriminalitas akan meningkat
  • Kalau orang yang diberi kelebihan beriptek pelit mentransfer ipteknya (dalam bentuk pendidikan dan pelatihan) maka kemajuan iptek akan mandeg dan produktivitas tidak tumbuh sementara jumlah manusia dan tentunya kebutuhannya akan terus meningkat.
  • Kalau orang yang diberi kelebihan mampu menulis atau mampu berbicara tidak meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk menulis dan berbicara agar orang yang mampu terdorong memfasilitasi yang tidak mampu maka orang yang mampu akan lalai mentransfer sebagian hartanya kepada orang miskin.
  • Kalau orang yang diberi kelebihan kekuasaan tidak memanfaatkan kekuasaannya untuk mendorong rakyatnya agar peduli kemiskinan maka gap kaya-miskin yang makin melebar pada suatu titik akan menyebabkan ledakan kebrutalan berupa penjarahan massal.
  • Kalau kasih sayang tidak mengalir kepada orang miskin yang biasanya cenderung ’sangar’ maka kesangaran akan meningkat dan akan menimbulkan kekerasan dan akhirnya keributan jika sedikit saja ada yang tersinggung

Bahkan yang lebih hebat, sebagaimana Sang Maha Pencipta mengutarakannya, adalah datangnya bencana yang didahului dengan kedatangan utusanNya yang mengingatkan kaum yang hidup mewah -yang biasanya lupa - untuk peduli yang miskin. Kaum Aad dan Tsamud, misalnya, termasuk kaum yang dimusnahkan oleh sebab penumpukan kekayaan secara tidak wajar tanpa peduli kemiskinan sehingga memiskinkan / merugikan orang lain.


Kaki, Tangan, Akal/Pikiran, Tenaga, Waktu Juga Harta Kita. Lantas bagaimana ?


Jadi jika orang mau menggunakan akal (bukan akal pendek) – sebagaimana berkali-kali Sang Maha Pencipta mengingatkan agar manusia menggunakannya- maka memberikan sebgaian harta adalah suatu hal yang bukan saja perlu tetapi harus dilakukan. Jika hal itu dilakukan maka yang memetik keuntungan sesungguhnya bukan orang lain tapi justru dirinya sendiri. Keuntungan yang diperoleh dirinya adalah kesejahteraan yang tidak hanya stabil namun justru makin meningkat dalam kehidupan di mana dia berada dalam pengertian tidak terjadi kemandegan apalagi kemusnahan.

Harta yang dimiliki tidak hanya uang atau emas atau material sejenisnya. Harta yang dimaksud bisa berupa tenaga, pikiran (ide) atau waktu. Di sinilah adilnya Sang Maha Kuasa sehingga orang miskinpun – sesuai dengan kemampuan - juga harus menyisihkan sebagian dari hartanya untuk diberikan kepada orang yang lebih miskin

Lantas apa saja yang bisa dilakukan ? Dengan modal ’harta’ sebagaimana dimaksudkan di atas maka beberapa hal yang perlu segera dilakukan di antaranya adalah :

  • Memberikan sebagian dari harta yang dimiliki di kala lapang dan sempit kepada orang miskin dalam bentuk makanan bergizi untuk balita miskin, makanan untuk yang kelaparan, beasiswa untuk siswa miskin, modal kerja dan sejenisnya
  • Tidak lupa membagi keberuntungan kepada hamba sahaya bagi siapa saja yang mempunyai hamba sahaya.
  • Meluangkan waktu tenaga dan pikiran untuk mendorong orang lain melalui tulisan, gambar atau pemotivasian secara verbal agar peduli kemiskinan dan kebodohan
  • Berdoa agar kemiskinan dan kebodohan ada yang menanganinya.


Sastrawan Batangan, Bogor 4 Juli 2009
http://www.mariberposdaya.blogspot.com

Catatan : Tulisan ini juga disajikan sebagai jawaban atas pertanyaan mengapa kita perlu melaksanakan program POSDAYA






Baca selanjutnya.....

Rabu, Juli 01, 2009

Posdaya | ”Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi…...” (Cinta Terlarang, The Virgin)

0 komentar

“Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi, hanya untuk bersamanya, kusungguh mencintainya... sungguh mencintainya …..” , demikian lirik lagu Lagu The Virgin - Cinta Terlarang yang di hari-hari sepanjang bulan Juni 2009 hampir tiap saat terdengar di banyak penjuru. Di box penjual kaset / CD baik di toko maupun di kaki lima, di televisi, di radio , tukang amen di beberapa tempat dan di saat remaja bergitar bersama kawan-kawannya.

Memang enak didengar dan didendangkan
terutama bagi remaja atau bisa pula orang dewasa yang cintanya tak terselesaikan alias bertepuk sebelah tangan karena berbagai sebab. Inti isi lagu itu itu sendiri adalah harapan untuk bisa hidup kembali bersama orang yang dicintainya karena pada saat hidup yang sekarang ini yang dicinta bukan diciptakan untuknya tapi untuk orang lain sehingga terlarang baginya untuk bersama orang yang dicintainya itu. Liriknya sebagai berikut :

Kau kan slalu tersimpan di hatiku
Meski ragamu tak dapat ku miliki
Jiwaku kan slalu bersamamu
Meski kau tercipta bukan untukku

Tuhan berikan aku cinta satu kali lagi
Hanya untuk barsamanya
Ku mencintainya sungguh mencintainya
Rasa ini sungguh tak wajar
Namun ku ingin tetap bersama dia
Untuk selamanya

Mengapa cinta ini terlarang
Saat ku yakini kaulah milikku
Mengapa cinta kita tak bisa bersatu
Saat ku yakin tak ada cinta selain dirimu

Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi
Hanya untuk barsamanya
Ku mencintainya sungguh mencintainya
Rasa ini sungguh tak wajar
Namun ku ingin tetap bersama dia
Untuk selamanya


Bagi manusia yang telah meninggalkan masa remaja yang penuh mimpi dan kemudian melalui perjalanan hidup yang berliku penuh ujian, kalimat ”ingin hidup satu kali lagi itu” mengingatkan pada sekumpulan kalimat dari Sang Maha Pencipta pada berbagai kitabNya (Al Quran, Injil, Taurat, dll). Kalimat itu menyatakan bahwa kebanyakan orang memang ingin hidup lagi untuk berbuat lebih baik daripada sebelumnya. Mengapa ? Karena dia menyesal belum banyak berbuat baik sampai dengan saat sakaratul maut mendatanginya.

Dari berbagai kitabNya itu, beberapa di antaranya dapat dijumpai dalam Al Quran yang terjemahannya sebagai berikut :
  • Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Tuhanmu atau kedatangan sebagian tanda-tanda Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu sesungguhnya kami pun menunggu (pula)." (6:158)
  • Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (63:10)
  • (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan (23:99-100)
  • maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman". (26:102)
  • Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin". (32:12)
  • Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang lalim seorang penolongpun. (35:37)

Itulah sederet kalimat dari Sang Maha Pencipta yang memberitakan penyesalan orang yang saat hidupnya belum melakukan perintahNya sehingga mohon untuk bisa kembali lagi hidup. Tetapi terlambat.

Ditulis untuk meningkatkan spirit Posdaya (Sastrawan Batangan, Bogor 1 Juli 2009).
http://www.mariberposdaya.blogspot.com

Baca selanjutnya.....