Banyak Posyandu Dalam Situasi Buah Simalakama
Kebanyakan nasib posyandu seperti buah simalakama. Diperlukan masyarakat prasejahtera tetapi kurang dipedulikan warga sejahtera yang berada di lokasi di mana posyandu tersebut berada. Apa buktinya? Kita lihat saja banyak posyandu yang hidup dengan biaya disubsidi oleh para pengurusnya. Kalau pengurus posyandu kebetulan termasuk kalangan yang berada, mungkin kondisi pelayanannya masih akan mendekati standar. Namun bagaimana kalau pengurusnya sendiri termasuk kategori miskin dan itu terletak di daerah miskin pula ? Dapat dibayangkan bahwa pelayanannya akan jauh di bawah standar. Artinya PMT (Pemberian Makanan Tambahan) yang diperlukan untuk menjaga kestabilan gizi para pengunjung posyandu dari kalangan prasejahtera akan jauh dari memadai. Boleh jadi karena kekurangpedulian warga sejahtera itulah maka dari 260 ribuan posyandu yang pernah dibentuk di Indonesia, saat ini hanya 50% saja yang dikabarkan hidup.
Memang ada posyandu di beberapa daerah miskin menerapkan tanpa paksaan dari para pengunjungnya untuk menyumbang Rp 1000 sekali datang (umumnya sebulan sekali). Namun tetap saja tidak memadai sebab rata-rata PMT standar bernilai sekitar Rp 3000,- (bubur kacang ijo, susu bantal dan buah). Tentunya kekurangan Rp 2000 harus ditomboki sendiri oleh para pengurusnya. Dan seperti diutarakan di atas, di wilayah miskin di mana pengurusnya juga kekurangan, hal itu sulit dipenuhi.
Dua Alternatif
Menghadapi situasi kekurangan dana seperti itu tentunya para pengurus posyandu perlu mengembangkan berbagai kiat untuk mengatasinya. Alternatif pertama adalah menyadarkan warga yang sejahtera di lokasi di mana posyandu itu berada. Alternatif kedua, kader posyandu mencari sumber dana sendiri.
Nah, sambil menunggu kesadaran warga sejahtera agar turut memberikan kontribusinya, yang tentu saja memerlukan usaha keras dari para tokohnya, salah satu sukarelawan kita dari Semplak Bogor, Heriadi Priyatna, yang didukung oleh timnya, telah membantu beberapa posyandu untuk menggali sumber dana sendiri. Dalam hal ini Heriyadi mengembangkan beberapa jenis usaha kecil yang bisa dikerjakan secara mandiri oleh para kader posyandu. Sementara ini yang telah diperkenalkannya adalah produksi sabun cair untuk cuci piring.
Dengan memproduksi dan menjual sabun cair cuci piring dengan harga yang lebih murah dari umumnya sabun cuci piring cair komersial, posyandu mendapatkan dana tambahan untuk mengongkosi kegiatannya. Cukup lumayan.
Masih ada jenis usaha lain, kata Heriyadi, yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk mendanai posyandu yang warga sejahteranya belum peduli. Di antaranya adalah produksi kue-kue dan keripik.
Heriyadi Siap Membantu
Heriyadi, yang aktif memberdayakan masyarakat sejahtera agar peduli sejahtera di wilayah Bogor dan sekitarnya telah mengadakan beberapa kali pelatihan usaha kecil pendukung posyandu. Beberapa di antaranya dilakukan di :
- Posyandu Mawar II Semplak, Juni 2009
- Posyandu Anggrek II, Desa Bedahan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, 29 Juli 2009
- Posyandu Sleman, 15 Agustus 2009
- Posyandu Anggrek RW 10 Kelurahan Curug Mekar, Kecamatan Semplak Kota Bogor (30 orang peserta), 5 September 2009
- Posyandu di Majalaya, Kabupaten Bandung, 7 Agustus 2009.
- Posyandu sekelurahan Panaragan Bogor, Sabtu 12 September 2009 (diikuti oleh Ibu Lurah, Bidan, Kepala PAUD dan kader Posyandu)
Selanjutnya Heriyadi menyatakan bahwa ia siap melatih kader posyandu lainnya dalam usaha untuk mengatasi kesulitan dana itu. Namun ia baru akan datang bilamana syarat-syarat yang diajukannya dipenuhi. Syarat pertama, posyandu harus mengajukan permintaan untuk pelatihan usaha kecil pendukung posyandu (dengan peserta minimal 10 orang). Syarat kedua, posyandu tersebut harus mendata warga miskin yang ada di wilayah posyandu (ibu hamil, balita dan lansia).
Ditulis oleh Jon Posdaya/Sri Posdayawati/Sastrawan Batangan, September 2009.
Catatan :
- Heriyadi Priyatna dapat dihubungi melalui Tim Teknis Posdaya (0251-8318491)
- Informasi lainnya disajikan di http://www.mariberposdaya.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar