Kamis, April 16, 2009

|Posdaya : Seputar Paket Pancingan Dalam Pemberdayaan Masyarakat Sinambung Bergulir

Kondisi Kemiskinan & Keberdayaan Masyarakat Indonesia Dalam Mengatasinya

Indonesia yang kaya sumber daya alam, memiliki 13.667 pulau, 370 suku bangsa, 67 bahasa induk dengan jumlah penduduk 227 juta jiwa (tahun 2007), di antaranya lebih dari 86% berKTP Muslim. Pada tahun 2007, sekitar 207 ribu muslimin Indonesia (+ 10% dari jemaah haji dunia) beribadah haji dengan biaya resmi paling murah Rp 29 juta. Namun Indonesia juga kaya orang miskin yaitu sekitar 16.6% atau 36,5 juta orang (2007).


Beberapa kasus kemiskinan yang terekam adalah :
  • Februari 2008, di Makassar, Sulsel; seorang ibu (45 th) dan seorang anak balitanya (4 th) meninggal dalam kondisi 3 hari kelaparan dan diare akut. Para tetangga, begitu pula RT/RW-nya, diberitakan tidak ada yang tahu karena mereka tidak pernah meminta-minta.
  • Mei 2008, seorang anak yatim laki2 usia SD di Cibinong terpaksa tidak sekolah karena harus menjaga 2 adiknya yang masih kecil. Ibunya harus mencari nafkah dengan pendapatan yang kecil sehingga tidak mencukupi untuk membayar pembantu rumah tangga.
  • Jatah beras miskin (raskin) yang didrop via ke-tua RT 1 x/ bulan tidak bisa ditebus oleh yang berhak. Saat beras datang, mereka tidak sanggup mengganti biaya transportasi karena sedang tidak punya uang (karena memang benar2 miskin). Akhirnya beras dibeli oleh orang yang lebih mampu.
  • Riba eceran (pinjaman bernilai kecil) banyak terjadi di kalangan orang miskin. Hutang Rp 200.000,- mesti dibayar Rp 8.000 per hari x 30 hari (bunga 20%/bulan)
  • Makassar, Maret 2008, seorang ibu miskin, sehabis bersalin, berniat menjual bayinya agar bisa membayar biaya pesalinan Rp300 ribu.
  • Di Bekasi, Maret 2008, seorang ibu membenamkan 2 anaknya sehingga mati karena kemiskinan.
  • Menurut informasi terakhir, saat ini terdapat antara 3-4 juta balita miskin, di mana 700 ribuan jiwa di antaranya dalam keadaan kritis gizi, Kemampuan pemerintah untuk menangani balita kritis gizi itu hanya 39 ribu orang per tahun.
Dampak miskin adalah kekufuran, di antaranya adalah sbb :
  • Fasilitas umum / produksi (pabrik), yang dibangun dengan waktu yang cukup lama dan biaya besar, dirusak dalam sekejap oleh masyarakat / karyawan sendiri.
  • Berebutan sedekah sehingga ter-injak2 (padahal ada orang yang berhak namun tidak mendapatkan)
  • Tawuran (olahraga, antar pelajar, antar kampung)
  • Membunuh anak sendiri (ibu yang membenamkan 2 anaknya karena miskin)

Akibat kekufuran terjadilah pengrusakan yang merupakan contoh buruk buat generasi mendatang bahwa pemaksaan / kekerasan dianggap sebagai alat ”ampuh” untuk melawan orang sejahtera (kaya) yang ”menulikan telinga”, ”membutakan mata”, dan ”membutakan hati”.

Akibat selanjutnya, banyak investor enggan berinvestasi. Lapangan kerja menjadi berkurang atau tidak bertambah. Kalau tidak segera ditangani diperkirakan bencana sosial akan datang.

Apakah kita cukup hanya terharu menitikkan air mata saja? Ataukah sendirian saja memberi orang miskin lantas semua masalah kemiskinan selesai ? Atau biarkan saja sehingga kita wariskan generasi yang lemah-miskin-bodoh yang akan mengakibatkan kekufuran?

Apa kita tidak berpikir bahwa anak-cucu kita (yang terdidik-pandai karena kita mampu membiayainya dan kemudian menjadi bos di masa depan) akan repot karena harus menghadapi generasi seumurnya yang bodoh-beringas akibat kurang gizi dan pendidikan? Atau apa kita tunggu saja mukjizat Allah? Tentunya akan tidak demikian kalau kita sebagai bangsa Indonesia melaksanakan perintah Tuhan YME sesuai dengan agama/ kepercayaannya masing-masing.

Apa Yang Disebut Posdaya ?

Posdaya - kependekan dari Pos Pemberdayaan Keluarga - adalah suatu gerakan masyarakat untuk memberdayakan setiap individu baik mandiri maupun berkelompok untuk mengamalkan 8 (delapan) fungsi keluarga yaitu : (1) agama, (2) budaya, (3) cinta dan kasih sayang, (4) perlindungan keluarga, (5) kesehatan dan reproduksi, (6) pendidikan, (7) ekonomi dan (8) lingkungan

Posdaya pada awalnya digagas oleh Prof Dr Haryono Suyono yang melihat bahwa usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baru akan berhasil kalau setiap individu dalam keluarga dan keluarga itu sendiri yang memberdayakan dirinya. Dalam kaitan ini dengan mempertimbangkan banyak hal, maka posyandu sebagai kelembagaan layanan masyarakat yang telah lama setia berkontribusi diharapkan mampu secara bertahap meningkatkan fungsinya sebagai operator lapangan pelaksanaan pemberdayaan keluarga ini. Lebih dari sekadar melayani kesehatan ibu dan anak balita yang selama ini telah dilakukan.

Mengapa Perlu Berposdaya ?

Sebagaimana telah dipahami bahwa kesejahteraan hanya dapat terjadi kalau terjadi sinergi antar setiap individu dalam keluarga dan sinergi antara individu / keluarga dengan masyarkat yang lebih luas. Dengan kata lain, kesejahteraan masyarakat tidak dapat terjadi dengan sendirinya.

Karena kesejahteraan tidak dapat terjadi dengan sendirinya sementara itu tingkat kesejahteraan setiap keluarga juga berbeda-beda di mana kaum prasejahtera (kaum miskin) memiliki kendala keterbatasan yang sangat besar dibandingkan kaum sejahtera, maka diperlukan usaha dari semua pihak. Dalam hal ini kaum sejahtera memberdayakan dirinya untuk selain meningkatkan kualitas hidupnya juga ikut memberikan kontribusi dalam memberdayakan kaum prasejahtera.

Sebaliknya dengan fasilitas yang dikontribusikan oleh kaum sejahtera, kaum prasejahtera memberdayakan dirinya untuk bangkit menuju tingkat kesejahteraan yang lebih baik.
Hubungan yang harmonis di mana kaum sejahtera membantu kaum prasejahtera untuk memberdayakan dirinya dan sebaliknya di mana kaum prasejahtera mau memberdayakan dirinya dengan difasilitasi oleh kaum sejahtera akan menciptakan kesejahteraan masyarakat.

Dengan kata lain tanpa ada upaya dari masing-masing kaum, baik yang sejahtera maupun yang prasejahtera untuk memberdayakan dirinya secara sinergi, tidak mungkin kesejahteraan masyarakat akan tercapai. Atau dengan kata lain setiap individu dalam keluarga perlu memberdayakan diri dan keluarganya agar kesejahteraan keluarga dan masyarakat tercapai

Faktor Moral Apa Saja Yang Menjadikan Seseorang Perlu /Harus Melakukan Posdaya ?

Faktor-faktor moral yang mendasari seseorang melakukan posdaya adalah :
  • Sebagai bukti/perwujudan cinta negeri dan syukur kepada para pendahulu, pahlawan kemerdekaan, pahlawan pembangunan fisik dan agama yang telah menjadi lantaran Indonesia menjadi negeri yang merdeka dan terus membangun berdasarkan keseimbangan jasmani dan rohani
  • Sebagai bukti/perwujudan pemahaman terhadap Kitabullah bahwa pada diri kita– baik di waktu lapang maupun sempit – terdapat hak orang miskin baik yang meminta maupun yang tidak mendapat bagian.
  • Sebagai bukti / perwujudan pemahaman terhadap Kitabullah bahwa pada diri kita terdapat tugas untuk mendorong/mengajak/menganjurkan /memberdayakan orang lain (yang sejahtera) agar juga memberikan sebagian hartanya kepada orang tidak mampu (prasejahtera/miskin) sehingga kegiatan kepedulian berlangsung sinambung.
  • Sebagai bukti / perwujudan pemahaman terhadap Kitabullah bahwa masalah kemiskinan hanya bisa diselesaikan sendiri oleh yang menderita kemiskinan dengan cara berupaya mengubah nasibnya sementara kontribusi kaum sejahtera berfokus pada usaha untuk memfasilitasi kaum prasejahtera agar mau dan mampu bangkit dari keterpurukannya
Apa Target Utama Posdaya?

Target utama Posdaya adalah berdayanya masyarakat sejahtera di suatu lokasi secara kontinyu untuk memberdayakan (bukan memanjakan) masyarakat prasejahtera yang berada di lingkungan sekitar masyarakat sejahtera itu sendiri.

Kelembagaan Apa Saja Yang Dapat Diberdayakan Sebagai Basis Posdaya

Subyek Posdaya adalah masyarakat di suatu wilayah. Sedangkan kelembagaan yang suda ada dan relatif siap untuk mengoperasionalkan posdaya adalah posyandu.

Dalam hal ini posyandu sebagai operator posdaya tidak akan dapat berfungsi kalau tidak didukung oleh berbagai komunitas masyarakat sebagai basisnya. Komunitas masyarakat yang dimaksudkan ini adalah suatu kumpulan warga masyarakat baik informal maupun formal yang memiliki kepentingan relatif sama, misalnya komunitas sekolah, komunitas majelis taklim, komunitas RT atau RW dan sebagainya.

Komunitas masyarakat yang saat ini ada dan diharapkan dapat berfungsi sebagai basis untuk menggerakkan anggotanya untuk memfasilitasi posyandu dalam melaksanakan posdaya di antaranya adalah :
  • Sekolah
  • Rumah ibadah
  • RT/RW
  • Kelompok pengajian / majelis taklim
  • Kleompok alumni/arisan
  • Perusahaan Dan sejenisnya

Dengan demikian pada saat pelaksanaan posdaya akan terdapat beberapa basis posdaya yang di antaranya adalah :
  • Posdaya berbasis SLTA A, Univeritas B, pesantren Z, dll
  • Posdaya berbasis masjid A, gereja B, dll
  • Posdaya berbasis majelis taklim C, dst
  • Posdaya berbasis alumni SMA-X atau Universitas-Z
Melalui basis-basis tersebut, warga masyarakat yang menjadi anggotanya bersinergi membantu posyandu yang diharapkan dapat meningkatkan fungsinya sebagai posdaya untuk menangani perrmasalahan masyarakat.

Apa dan Mengapa Perlu Melakukan Posdaya Sinambung Bergulir (Posdaya-SB)

Walaupun kemauan ada namun gerakan nyata dari masyarakat untuk memberdayakan dirinya, boleh dikatakan masih relatif rendah. Beberapa indikasinya adalah :
  • BLT (Bantuan Langsung Tunai) masih sering menjadi rebutan
  • Jatah beras untuk keluarga miskin masih sering tidak bisa dinikmati oleh keluarga yang berhak.
  • Banyak orang sakit parah ditolak RS karena ketiadaan jaminan
  • Setiap kali ada pembagian sedekah atau sejenisnya seringkali rebutan
  • Data kaum prasejahtera tidak selalu ada dan kalaupun ada seringkalo dalam keadaan tidak mutakhir.
Sesungguhnya kasus-kasus tersebut tidak perlu terjadi seandainya di setiap lokasi, masyarakat secara bergotong royong telah menangani masalah-masalah mereka sendiri. Dalam hal ini banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Di antaranya adalah :
  • masih rendahnya kualitas unsur pemerintah untuk secara ikhlas dalam melakukan pembinaan,
  • tidak adanya warga yang militan untuk tampil membenahi dan merawat sistem pendataan dan distribusi fasilitas yang diberikan kepada orang miskin,
  • belum sadarnya warga mampu bahwa dalam hartanya (baik dana, waktu dan pemikiran) ada hak orang miskin
  • belum sadarnya warga miskin bahwa budaya ”meminta/ mengemis” tidak akan bisa membuat sejahtera yang seharusnya diubah menjadi budaya ”memberdayakan diri”,
  • posyandu belum menjadi milik masyarakat sehingga posyandu dibiayai sendiri oleh kader-kader posyandu dan seringkali juga mengandalkan urunan warga miskin yang jumlahnya relatif terbatas.
Karena masalah-masalah itulah maka dalam pelaksanaan posdaya diperlukan adanya stimulan atau ”pancingan”. Yang disebut pancingan adalah pemberian contoh selama beberapa waktu (1 bulan atau lebih) oleh seorang atau lebih yang peduli untuk kemudian dilanjutkan (diambil-alih) dan diperluas oleh warga yang diberi contoh. Dengan adanya pancingan tersebut, diharapkan pula data yang valid dan merupakan keputusan bersama yang selalu mutakhir dapat dikelola pula dengan baik

Jika sudah terpancing, dalam hal ini setelah diberi contoh berdasarkan data yang valid dan selalu mutakhir tsb, masyarakat kemudian mmelanjutkan, maka pancingan dapat dirupakan berupa paket lain di mana masyarakat masih belum menyentuhnya.

Memancing dan kemudian menarik pancingan untuk memancing di bidang lain inilah yang disebut ’sinambung bergulir’. Diharapkan dengan adanya pancingan ini, terjadi percepatan keberdayaan masyarakat. Kesimpulannya Posdaya-SB memang diperlukan sebagai upaya untuk mempercepat ”bangun-nya” masyarakat.

Siapa Yang Dapat Berfungsi Sebagai Pemancing Posdaya-SB ?

Siapa saja yang diberi kelebihan oleh Tuhan Semesta Alam dalam hal harta, pemikiran, relasi, dan sejenisnya, yang sadar bahwa pada hartanya terdapat hak orang miskin baik yang meminta maupun yang tidak mendapat bagian.

Beberapa potensi masyarakat yang dapat berfungsi sebagai pemancing adalah : calon haji/haji, pejabat/mantan pejabat, dokter, pengusaha

Paket Apa Saja Yang Digunakan Sebagai ’Pancingan’ Dalam Posdaya-SB ?

Dari berbagai pengalaman yang ada, saat ini terdapat 8 paket pancingan yang disarankan untuk dilakukan secara berurutan (dari yang paling mudah sampai tersulit) mengingat bahwa masyarakat baru akan mau melaksanakannya jika mulai dari yang murah dan tidak sulit dikerjakannya. Kedelapan paket tersebut diuraikan berikut ini.
  • Paket Pancingan I : Paket makanan gizi tambahan untuk ibu hamil, balita dan lansia miskin (bubur kacang ijo, telur rebus dan buah-buahan) seharga saat ini sekitar Rp 3.500 per orang yang dapat dilakukan 1 kali atau lebih per bulan via posyandu yang logistiknya dibeli dari warung-warung yang sepakat untuk berposdaya.
  • Paket Pancingan II : Paket Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bagi anak-anak balita miskin berupa inisiasi, pengadaan modul belajar-mengajar, dan honor bagi fasilitator/ guru PAUD
  • Paket Pancingan III : Paket Belajar Sambil Bermain / Bekerja (BSB) bagi anak dan remaja miskin berupa inisiasi, pengadaan modul belajar-mengajar, dan honor bagi fasilitator/ guru BSB
  • Paket Pancingan IV : Paket kegiatan gotong royong kesetiakawanan sosial bagi siswa/ anak-remaja berupa dana gratis untuk konsumsi dan peralatan gotong royong
  • Paket Pancingan V : Paket beasiswa kepada keluarga pra sejahtera tingkat Balita, SD, SLTP dan SLTA
  • Paket Pancingan VI : Paket pelatihan gratis kepada para pengusaha kecil (Warung Posdaya) di bidang administrasi pergudangan, kebersihan, keuangan, pemasaran dan kemitraan agar bertambah sejahtera.
  • Paket Pancingan VII : Paket modal kerja kepada serikat dagang warung warga Posdaya untuk mensejahterakan para anggota dan para masyarakat pra sejahtera.
  • Paket Pancingan VIII : Paket pengobatan dan perawatan gratis kepada masyarakat pra sejahtera melalui kemitraan dengan rumah sakit, apotik dan para dokter yang TAKWA
Kedelapan paket tersebut di atas merupakan paket-paket yang relatif mudah dikerjakan sebagai awal untuk mengerjakan kegiatan pemberdayaan lainnya terutama di bidang ekonomi.

Bagaimana Paket Pancingan I Posdaya-SB Digulirkan ?

Tahap pertama ini dimulai dari adanya kesadaran satu atau lebih orang dari kalangan sejahtera yang ada di suatu wilayah atau kalau belum ada dapat berasal dari luar wilayah bahwa pada diri mereka terdapat hak orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tak mendapat bagian.

Oleh karena kesadaran itu, mereka menyisihkan sebagian hartanya untuk melakukan pancingan dalam usaha untuk mendorong / mengajak orang lain untuk memberi. Mengapa ? Karena selain memberi, pada diri setiap orang (baik kaya maupun miskin) terdapat tugas dari Yang Maha Kuasa untuk mendorong/menganjurkan memberi orang miskin.

Pancingan berupa makanan tambahan bergizi diberikan kepada kaum prasejahtera (ibu hamil, balita, lansia) yang berada di suatu wilayah melalui posyandu sesuai dengan standar yang telah ada. Pelayanan posyandu yang biasanya 1 x sebulan dapat ditingkatkan frekuensi dan kualitas kontennya sesuai dengan kemampuan, misalnya saja, 1 kali menjadi 2 kali atau lebih per bulan dengan memberikan tambahan makanan sehat yang lebih bergizi daripada sebelumnya. Logistik untuk ini diutamakan dibeli dari warung yang berada di wilayah tsb yang nantinya akan berfungsi sebagai warung posdaya.

Dalam program ini juga dilakukan kontrak kemitraan antara pihak ’yang memberi pancingan dengan warga masyarakat di mana kaum prasejahtera itu berada. Isi kontrak adalah bahwa setelah masa kontrak selesai, warga masyarakat (dalam hal ini tokoh dan kaum yang sejahtera) mau melanjutkan pemberian paket. Dalam hal ini wakil prasejahtera juga dilibatkan sebagai penandatangan kontrak.

Dengan adanya kegiatan ini, ada kesempatan yang baik untuk mengumpulkan dan memutakhirkan serta sekaligus melegalisasikan data. Tokoh-tokoh masyarakat diajak untuk melakukan verifikasi.

Selanjutnya pararel dengan pemberian makanan bergizi ini, kaum prasejahtera – melalui juru dakwah – diajak untuk menyadari bahwa yang dapat mengeluarkan diri dari kemiskinan dan kebodohan itu adalah dirinya sendiri. Orang lain tidak bisa dan hanya berfungsi sebagai fasilitator. Dengan demikian budaya mengemis/ meminta perlu diubah menjadi budaya memberi sesuai kemampuan. Memberi apa saja di saat lapang maupun sempit.

Kegiatan awal ini boleh dikatakan sebagai kegiatan yang murah-meriah namun relatif jitu sebagai starter awal (sosialisasi) kegiatan pemberdayaan masyarakat sejahtera maupun prasejahtera.

Bagaimana Paket Pancingan II Posdaya-SB Digulirkan ?

Dalam tahap kedua ini – setelah masyarakat secara mandiri melaksanakan / mengambil alih program tahap pertama – pancingan dapat diarahkan oleh para ’pemancing’ kepada penyelenggaraan PAUD (pendidikan anak usia dini) kaum miskin yang selain sebagai pengisi waktu agar produktif juga sebagai persiapan bagi mereka nantinya untuk masuk SD yang dewasa ini telah digratiskan oleh pemerintah.

Kebanyakan anak usia dini kaum fakir miskin ini tidak tersentuh oleh ’play group atau TK yang karena dikelola swasta, menjadi beban bagi kaum miskin. Kalaupun tersentuh oleh pengajian anak (yang dilakukan oleh guru ngaji), materinya pun baru terbatas kepada cara membaca, belum banyak mengarah kepada bagaimana mengimplementasikan ayat-ayat yang dibacanya melalui ’game’ dan tindakan nyata yang dapat membekas dalam diri anak-anak kecil itu.

Modul PAUD yang dipadukan dengan pengajian anak-anak didesain sebagai pendidikan luar sekolah yang materi-materinya mengarah kepada motivasi hidup, kemandirian yang sinergi, kesantunan, kereligiusan, kegotongroyongan dan keterampilan-keterampilan dasar yang cocok untuk anak usia dini

Karena jarang ada orang yang dengan sukarela (padahal di setiap lokasi selalu ada potensinya) mau menyelenggarakan kegiatan ini maka pancingan diarahkan pada :
  • Pemberian honor kepada fasilitator PAUD dan guru ngaji
  • Pelatihan fasilitator PAUD dan guru ngaji
  • Pemberian modul-modul yang diperlukan.
Sama seperti paket I, dalam pengguliran paket II ini juga dilakukan kontrak antara pihak pemancing dengan tokoh/warga sejahtera yang juga ditandatangani oleh wakil prasejahtera. Isi kontrak adalah kesepakatan tokoh masyarakat/warga sejahtera untuk melanjutkan kegiatan ini apabila jangka waktu kontrak bantuan telah selesai.

Bagaimana Paket Pancingan III Posdaya-SB Digulirkan ?

Jika paket I telah diambil alih oleh masyarakat, maka paket III bisa digulirkan baik secara serial maupun pararel dengan paket II. Dalam hal ini paket III difoluskan untuk menyelenggarakan pendidikan luar sekolah bagi anak-anak, remaja, dewasa dan lansia.

Pendidikan luar sekolah tersebut dapat dirinci sbb :
  • Pendidikan luar sekolah bagi anak-anak yang disebut BSB (Belajar Sambil Bermain) berisi materi-materi :motivasi hidup, kemandirian yang sinergi, kesantunan, kereligiusan, kegotongroyongan dan keterampilan-keterampilan yang cocok untuk anak-anak.
  • Pendidikan luar sekolah bagi remaja yang disebut BSK (belajar Sambil Bekerja), lebih diarahkan kepada visualisasi dunia kerja yang akan mereka masuk di kemudian hari. Dalam kegiatan BSK ini remaja diajak untuk berlatih bekerja di beberapa jenis pekerjaan yang ada di wilayah tsb.
  • Pendidikan bagi kaum dewasa lebih diarahkan pada bagaimana bersikap sebagai orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam rumah tangga dan sebagai warga masyarakat, bagaimana mengembangkan hobi-hobi yang dapat diproduktifkan bilamana terjadi PHK dan beberapa materi lain yang berkaitan.
  • Pendidikan bagi lansia lebih diarahkan pada bagaimana mengisi kehidupan sebelum mati sebagai manusia mulia. Dalam hal ini materi yang lebih banyak disajikan adalah yang berkaitan dengan masalah sosial-religius
Pancingan yang Digulirkan antara lain berupa :
  • Pelatihan dan pemberian honor bagi fasilitator / guru yang mengajar
  • Pengadaan materi-materi (bukan bangunan) yang menjadi alat dalam penyelenggaraan kegiatan

Bagaimana Paket Pancingan IV Posdaya-SB Digulirkan ?

Paket IV – berupa bantuan fasilitas untuk melakukan kegiatan gotong royong - dapat diberikan pada saat paket III baru dimulai dengan tujuan memupuk kerukunan dan rasa kebersamaan warga dalam mengatasi masalah masyarakat.

Sebagai contoh dapat digambarkan skenarionya sebagai berikut :
  • Jika dari 5 sekolah (SD/SLTP/SLA) yang ada di suatu wilayah mengirimkan masing-masing 10 siswanya setiap minggu secara bergantian untuk bekerja bakti di salah satu sekolah, maka selama 5 minggu lima sekolah tsb telah pernah dikunjungi (untuk kerjabakti) oleh siswa-siswa yang sekolahnya berlainan tsb.
  • Dengan cara seperti ini kemungkinan tawuran antar siswa dapat ditekan menjadi seminimal mungkin.
Paket yang diberikan berupa alat kerja dan konsumsi selama kerjabakti / gotong royong, yang diharapkan dapat dilanjutkan / diambilalih oleh masyarakat setelah periode pancingan selesai.

Bagaimana Paket Pancingan V Posdaya-SB Digulirkan ?

Paket V (beasiswa kepada keluarga pra sejahtera tingkat Balita, SD, SLTP dan SLTA) digulirkan setelah paket gotong royong (Pakaet IV) dan paket pendidikan luar sekolah (paket III) diambil alih oleh masyarakat

Paket ini diberikan dalam bentuk seragam, uang transportasi, uang buku dan keperluan lain yang berkaitan dengan sekolah (dengan asumsi bahwa sekolah gratis).

Agar lepas dari budaya ’mengemis/meminta / menerima ’ yang dewasa ini sering menjadi trademark kaum miskin, maka kepada para siswa yang dapat beasiswa diwajibkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan sbb :
  • Siswa kelas 1 s/d 5 SD diwajibkan untuk membersihkan ruang kelasnya masing-masing
  • Siswa kelas 6 SD s/d SLTA diwajibkan membersihkan halaman sekolah.
Dalam pelaksanaan paket ini, beberapa orang guru akan dilibatkan dalam memantau kinerja / prestasi para siswa miskin yang mendapatkan beasiswa tersebut.

Bagaimana Paket Pancingan VI Posdaya-SB Digulirkan ?

Sebagaimana diketahui bahwa pada saat awal pelaksanaan program pancingan, beberapa warung yang ada di lokasi posdaya telah dilibatkan sebagai pemasok material posyandu. Mereka inilah yang kemudian diupayakan untuk berhimpun dalam kegiatan yang disebut forum warung posdaya.

Untuk meningkatkan kualitas layanan dan manajemen warung-warung tsb maka digulirkanlah paket VI, yaitu pelatihan gratis bagi mereka, Bidang-bidang pelatihan meliputi administrasi pergudangan, kebersihan, keuangan, pemasaran dan kemitraan agar bertambah sejahtera)
Paket VI (pelatihan gratis kepada para pengusaha kecil /Warung Posdaya) ini digulirkan pararel dengan atau setelah paket V (pemberian beasiswa anak miskin) diambil alih oleh masyarakat.

Bagaimana Paket Pancingan VII Posdaya-SB Digulirkan ?

Bilamana masyarakat suatu lokasi telah bangkit melakukan posdaya melalui tahap demi tahap, maka suatu saat akan tercetus pemikiran mengenai bagaimanakah mendapatkan dana abadi untuk membiayai kegiatan posdaya yang sudah, sedang dan akan berlangsung. Dalam hal ini tentu ada yang berpikiran bahwa dana tersebut dapat diperoleh dari unit-unit usaha produktif yang dikelola masyarakat.

Menyikapi hal ini, ada potensi yang bisa dikembangkan untuk memenuhi maksud tersebut yaitu adanya beberapa warung yang telah membantu posdaya dan telah dilatih untuk menerapkan manajemen yang profesional sebagaimana dilakukan pada paket sebelumnya.

Atas dasar inilah maka digulirkanlah paket VII berupa pemberian modal kerja kepada serikat dagang warung Posdaya. Serikat dagang - yang diusahakan berbadan hukum koperasi - ini dibentuk dengan tujuan untuk mensejahterakan para anggota (warung posdaya) dan sekaligus para masyarakat prasejahtera. Mengapa demikian ? Karena sebagian dari keuntungan serikat dagang tersebut dialokasikan untuk memberdayakan prasejahtera.

Bagaimana Paket Pancingan VIII Posdaya-SB Digulirkan ?

Potensi masyarakat utntuk menanganai kemiskinan sesungguhnya amat besar hanya saja belum dibangkitkan untuk memberikan kontribusi. Di antara potensi-potensi tersebut ada yang berkaitan dengan bidang kesehatan, yakni : RS, apotik, dokter, tabib, perawat, dan sejenisnya.

Mengingat keberadaan potensi tersebut maka diluncurkanlah paket VIII berupa pengobatan dan perawatan gratis bagi masyarakat prasejahtera melalui kemitraan dengan rumah sakit, apotik dan para dokter takwa. Potensi ini amat mendukung Jamkesmas yang akan diberlakukan menyeluruh di Indonesia. Hal ini untuk mengantisipasi bilamana Jamkesmas tidak berlangsung lancar (karena sistem birokrasi), posdaya siap berperan menangani kekurangannya.

Dalam paket ini, para dokter, tabib dan perawat yang peduli bergabung untuk bergiliran berpraktek gratis setiap minggu 2 jam, Jika Jamkesmas lebih berfokus kepada tindakan kuratif, maka kegiatan praktek bergiliran ini banyak mengarah kepada tindakan pencegahan menangani penyakit yang mungkin timbul di kalangan laum miskin. Dalam hal ini pemilik apotik dan pemilik RS dilibatkan untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan yang timbul saat kegiatan berlangsung,

Beberapa Ciri Khas Posdaya Sinambungbergulir Yang Sepatutnya Dipertahankan

Beberapa Ciri Khas Posdaya Sinambungbergulir Yang Sepatutnya Dipertahankan adalah :
  • Kelembagaan yang telah ada, yang sudah dibentuk oleh pemerintah (Posyandu, dll) maupun masyarakat (majelis taklim, pesantren, sekolah, dll) berfungsi sebagai ”kendaraan” untuk melaksanakan kegiatan pemberdayaan (dengan kata lain seminimal mungkin melakukan pembentukan kelembagaan baru)
  • Memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada (masjid, sekolah, posyandu dsb) untuk menyelenggarakan kegiatan posdaya (pelayanan kesehatan, PAUD, BSB, dll) dan diusahakan tidak membangun fasilitas yang baru.
  • Menjadikan pemberian makanan tambahan bergizi sebagai tahap awal pembiasaan peduli
  • Menjadikan kegiatan pemberdayaan berupa pemahaman (pelatihan) yang selalu diikuti dengan aksi nyata
  • Menjadikan gotong royong sebagai wahana merukunkan warga dimulai dengan gotong royong menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan
  • Menjaga akurasi, kemutakhiran dan validitas data kaum miskin di mana kader posyandu/PKK dan ketua RT/RW amat berperan besar di dalamnya
  • Menjadikan sistem pelaporan berbasis data mustahik yang dilegalisir oleh pejabat/tokoh setempat sebagai alat untuk merencanakan, mengevaluasi / mengaudit dan menyampaikan himbauan untuk mengajak/mendorong peduli mustahik.


Bogor, April 2009
SastrawanBatangan / JonPosdaya / SriPosdayawati / MariBerposdaya / Posdaya,

1 komentar:

  1. Bagus pak, saya mendukung Posdaya. Semoga program ini bisa mensejahterakan masyarakat yang kurang beruntung.
    hanya sayangnya kita sadar masih banyak masyarakat kita yang belum sadar,bahwa mereka mempunyai hak dan kewajiban untuk membantu orang lain yang belum sejahtera.
    dan di lapangan kebetulan bersamaan dengan Program yang lain seperti Posyandu Plus, pos obat desa, GSI (Gerakan sayang Ibu, Gemas (Gerakan remaja Sayang Ibu), poskokesdes, desa siaga,dll. yang pada kenyataannya yang melaksanakan itu itu semua orangnya ya sama orang itu itu saja.
    Kadang mereka jadi bingung yang mana ni mau dilaksanakan lebih dulu. secara teori sih ini satu kegiatan yang bisa dilaksanakan secara sinergis bersamaan dengan tujuan semuanya untuk mensejahterakan masyarakat/mereka sendiri.
    Di Bantul Posdaya sudah dilaksankaan dan dicanangkan beberapa bulan lalu, kepengurusan sudah terbentuk di setiap dusun (di kec Bambanglipuro). Sudah diberikan bantuan modal dari Yayasan Damandiri (Rp 1.000.000 perdusun)dan rencana akan dilombakan bulan Juli 2009 dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Bantul. semoga aja Posdaya sudah jalan seperti yang diharapkan.
    Demikian infarmasi. moohon dukungan doa semoga kami bisa berhasil mensejahterakan masarakat menuju masyarakat yang mandiri. Tidak selalu menunggu bantuan BLT, Raskin, dll. Tidak terjadi lagi keributan saat bantuan tersebut dibagikan, tidak terjadi lagi korban saat para dermawan membagikan zakat dll. Amien. salam. dr Dwija Supriyana, Puskesmas Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta.

    BalasHapus