Sabtu, Mei 23, 2009

Posdaya | Bermain Sambil Belajar (BSB) Model Alang-alang |

0 komentar

Ajang pemberdayaan segala umur agar mandiri, kreatif, produktif, berjiwa kasih sayang.


1. Alang-alang, tumbuh kuat mengisi kekosongan untuk mencegah erosi


Mereka tidak mau merambah lahan yang telah berair. Mereka tidak pula mau menjajah lahan yang telah ditakdirkan berbatu. Mereka hanya mau tumbuh di lahan yang dianggurkan, dibiarkan kosong oleh manusia. Agar apa ? Agar tanah tidak langsung kena air hujan sehingga terjadi erosi. Dan begitu tumbuh, menakjubkan sekali karena dengan cepatnya mereka berbiak, merambah ke mana-mana. Mereka mau bersama tanaman apa saja. Namun sayangnya, peran ini banyak disalahartikan. Mereka sering dipojokkan sebagai tanaman pengganggu alias gulma alias hama tanaman. Padahal selain berguna sebagai penutup lahan kosong, ternyata mereka mampu memberi manfaat sebagai obat dan sebagai pakan ternak.


Itulah alang-alang atau alalang atau halalang, dan sejumlah nama lokal lainnya. Sejenis rumput - berdaun tajam dengan tuas panjang runcing bersisik yang berbiak cepat - ini ternyata rimpang atau akarnya mampu melembutkan kulit, meluruhkan air seni, membersihkan darah, menambah nafsu makan, menghentikan perdarahan, mengobati penyakit kelamin (kencing nanah, kencing darah, raja singa), penyakit ginjal, luka, demam, tekanan darah tinggi, penyakit syaraf dan kurap. Sementara itu semua bagian tumbuhannya dapat digunakan sebagai pakan hewan dan bahan kertas.

Perilaku yang tegar, kuat, mau bersama, merambah ke mana-mana menutupi kekosongan untuk mencegah kerusakan (erosi) dan memberi manfaat itulah yang dilihat dan diambil hikmahnya oleh Melati Djunaedi dan suaminya Asiaaf K Oetomo. Dan karena tertarik dengan perilaku itulah maka pasangan suami isteri ini mengabadikan alang-alang ini sebagai nama bagi yayasan di bidang PLS (pendidikan luar sekolah) yang mereka dirikan.

Mengapa tertarik berkiprah di bidang pendidikan luar sekolah ? Melati dan Asiaaf melihat kenyataan bahwa banyak warga masyarakat – karena berbagai sebab, terutama karena kemiskinan dan kebodohan - masih terpinggirkan sehingga tidak dapat menikmati pendidikan yang berkualitas. Padahal mereka punya hak yang sama seperti halnya anak bangsa lainnya. Padahal mereka punya potensi dasar yang sama untuk bisa berkembang yang kalau dibiarkan akan berbalik menjadi destruktif. Atas dasar inilah kedua orang ini terpanggil untuk berkontribusi mengisi kekosongan itu. Namun mereka sadar bahwa tidak mungkin semua cabang kegiatan PLS dapat mereka kerjakan sehingga mereka memilih untuk menyelenggarakan kegiatan BSB (Bermain Sambil Belajar).


2. Falsafah BSB Plus

Pengalaman membuktikan bahwa pelajaran apa pun akan diserap dan dipahami dengan tingkat keberhasilan yang tinggi manakala materi yang sampai kepada penerimanya diperoleh dalam keadaan bebas dari tekanan. Atas dasar inilah kemudian lahir metode pelajaran yang disebut permainan (game)

Walaupun pengertian bermain banyak diartikan sebagai ‘tidak serius’ atau ‘tidak disiplin’ tetapi bermain sesungguhnya bukanlah ’main-main. Mengapa demikian ? Dalam melaksanakan bermain seseorang akan berkonsentrasi penuih – karena ia melakukannya dalam keadaan nyaman dan senang – namun sesuai dengan kemampuan dan kesanggupannya masing-masing. Oleh sebab itu bermain boleh dikatakan jauh dari tekanan dan paksaan, yang akan menghambat diterimanya sesuatu, baik ilmu maupun keterampilan.

Bermain adalah suatu keadaan di mana semua pihak yang terlibat berada dalam suasana yang nyaman, bersahabat dan menyenangkan. Keadaan seperti ini akan tercipta melalui ‘ruang’, ‘waktu’, ‘arahan’, fokus dan konsistensi.

Bermain disajikan dalam bentuk-bentuk permainan yang tetap mengacu kepada tujuan tertentu. Misalnya saja, pengenalan warna-warna melalui gerakan, lagu dan contoh-contoh yang ada di sekitar. Atau bisa pula pengenalan bentuk melalui menggambar bulatan sebagai bentuk dasar.

Melalui pendekatan bermain ini , subyek yang bisa dilibatkan dalam proses belajar akan meliputi semua usia. Mulai dari anak-anak sampai dengan usia lanjut (lansia)


3. Riwayat BSB+ Alang-alang

Melati dan Asiaf mengawali kiprah mereka di Condet Jakarta Timur sembilan tahun yang lalu. Tak lama berada di sana karena atas berbagai pertimbangan, mereka kemudian pindah ke sebuah villa – milik kawan baik mereka - di lokasi yang sejuk di Desa Cilember Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Di sana banyak sekali villa yang pemiliknya kebanyakan tinggal di Jakarta namun di sekitarnya banyak masyarakat kampung yang relatif termarjinalkan. Cukup lama Alang-alang beroperasi di tempat itu sampai akhirnya mereka harus pindah ke villa lain di Desa Jogjogan di kecamatan yang sama.

Baik selama bermarkas di Cilember maupun saat berpusat di Jogjogan, kegiatan BSB Yayasan Alang-alang makin tumbuh dan berkembang. Dari kedua tempat ini lahir lah banyak BSB+ milik sendiri dan BSB+ binaan. Dan pada tahun 2009 ini, Yayasan Alang-alang, yang sudah memiliki gedung sendiri seluas 300 m2 (2 tingkat) di Desa Bendungan, Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, mempunyai 13 lokasi kerja baik milik sendiri maupun binaan (dengan pola kerjasama). Ketigabelas lokasi tersebut adalah :
  1. BSB+ Serambi Utama (Cipayung, Bogor),
  2. BSB+ di Megamendung,
  3. BSB+ Saung Gunung (Jogjogan, Cisarua),
  4. BSB+ Lebah Madu (Cigombong, Bogor),
  5. BSB+ Yayasan Tunas Bangsa (Cipanas),
  6. BSB+ Matahri (Depok),
  7. Astuti Center (Cinangka Depok),
  8. BSB+ Kelinci (Ciawi, Bogor),
  9. Perpustakaan+ (Ciawi, Bogor)
  10. Rumah Kait (Ciawi, Bogor),
  11. BSB+ di Lahat
  12. BSB+ di Palembang.
  13. Rumah Pintar Stasiun Ilmu (Stasiun KA Tanjung Priok Jakarta yang diresmikan Ibu Negara Ny Hj Ani SBY tanggal 28 April 2009),
Menurut laporan yang ada, jumlah peserta yang masih aktif di BSB+ Alang-alang dan binaannya pada saat ini adalah 672 orang anak-anak, 103 orang tua dan 202 orang jompo (tidak termasuk binaan di Palembang dan Lahat). Menurut Melati, 45 orang di antara mereka yang telah lulus SLTA.

Jenis kegiatan apa saja yang diberikan kepada masyarakat oleh Yayasan Alang-alang pada saat ini? Paling tidak saat ini terdapat 11 dari 12 jenis kegiatan BSB+ yang sudah dikerjakan oleh yayasan tsb yaitu :
  1. BSB+ anak-anak
  2. Perpustakaan BSB+
  3. BSB+ - kelompok remaja produktif (repro):
  4. BSB+ - orang tua peserta (orta):
  5. BSB+ - taman pendidikan al Qur’an (TPA):
  6. BSB+ - silaturahmi:
  7. BSB+ - peduli pendidikan:
  8. BSB+ - berzakat:
  9. BSB+ - peduli kesehatan:
  10. BSB+ - Rumah Keluarga Akrab Imam-Takwa (Rumah K.A.I.T.):
  11. BSB+ - Pelatihan Calon Pembimbing (PCB):
  12. BSB+ - Pelatihan Home-Service Provider (PHSP) (baru rencana)

4. BSB+ Anak-anak


Kemampuan motorik akan berkembang menjadi suatu keterampilan motorik tertentu tergantung sejauh mana seseorang mendapat berbagai pengalaman gerak dari lingkungan di sekitarnya. “Tubuh yang selalu aktif bergerak, tidak hanya berpengaruh pada kondisi fisik, tapi juga pada kondisi psikologis, intelektual dan sosialnya. Anak-anak pun bakal mempelajari segala sesuatu yang ada di dunia melalui aktivitas motorik sesuai dengan tahapan perkembangan psikomotoriknya.” Kata Melati sebagaimana dilaporkan Rahmawati dalam majalah KBI Gemari, 21 October 2005

Dwi, seorang pembimbing di Yayasan pada kesempatan yang sama menyatakan kepada Rahmawati bahwa atas dasar perlunya aktivitas motorik itu maka materi yang disajikan di Yayasan Alang-Alang berbeda dengan pendidikan dasar pada umumnya. Delapan puluh persen berupa permainan dan duapuluh persen berupa pengetahuan di mana dalam setiap permainan selalu ditanamkan maksud dari permainan itu kepada anak-anak

Dalam hal ini pengetahuan anak-anak dalam menangkap beragam jenis permainan dan lagu pun dikaitkan dengan ajaran agama. Melalui lagu ’Satu Nusa Satu Bangsa’ misalnya, kepada anak dikenalkan budaya Nusantara sehingga mereka tidak merasa aneh dengan adanya perbedaan antara peserta yang satu dengan yang lain. Oleh sebab itulah mereka akan terhindar dari saling mengolok-olok karena adanya perbedaan suku, agama, budaya dan kelompok. Mereka memahami hal ini setelah membaca firman Allah (surat 49/ Al Hujuraat ayat 11).

Masih banyak permainan lainnya yang dikaitkan dengan ajaran Illahiah. Beberapa di antaranya adalah :
  • Aku harus banyak teman (QS 4:1, 39:13, Hadits Bukhari & Muslim )(7-12 thn)
  • Aku harus peduli kepada orang lain (QS 49:13) (7-12 thn)
  • Aku harus berpikir kreatif (QS 49:13) (7-12 thn)
  • Aku harus waspada (QS 49:6)(7-12 thn)
Selain diberikan berbagai materi untuk pembentukan moral dan mental anak, dalam setiap kegiatan bermain sambil belajar plus juga disajikan berbagai aktifitas yang disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan peserta serta lingkungan. Aktivitas yang dimaksud antara lain :
  • Merawat dan menjaga kebersihan, kesehatan serta kerapihan penampilan diri;
  • Memperhatikan, membersihkan, merawat, menjaga kebersihan lingkungan di dalam dan di luar tempat aktifitas;
  • Membantu persiapan aktivitas harian ataupun kegiatan khusus di tempat maupun di luar lingkungan tempat Bermain Sambil Belajar Plus;
  • Memimpin doa awal dan akhir setiap kegiatan rutin secara bergilir diantara peserta;
  • Menjaga, merawat, serta mengembalikan peralatan usai setiap kegiatan;
  • Melaksanakan kegiatan dengan sikap yang tidak mengurangi kegembiraan, kenyamanan, keamanan bersama maupun individu;
  • Menerima tugas supervisi dan kepala kelompok secara bergilir, dan calon petugas dipilih oleh kelompoknya masing masing;
  • Mengikuti acara silaturahmi, dan berbagai kegiatan kebersihan dan pemeliharaan lingkungan tempat tinggal, khususnya dimulai dengan rumah teman sesama peserta;
  • Membuat /mengisi buku kegiatan pelaksanaan sembahyang;
  • Menzakatkan harta yang dimiliki dan dikaruniakan Allah Maha Pemurah, setiap saat;
  • Melaksanakan janji tertulis dalam buku berbuat baik;
  • Mengumpulkan data yang diperlukan untuk bantuan kesehatan, pendidikan, pangan dari tetangga terdekat;
  • Mengurangi sampai dengan tidak jajan, khususnya jajanan yang tidak dapat dipastikan mutu pengolahan maupun nilai gizi;
  • Memiliki pedoman – “hari ini lebih baik daripada kemarin - besok lebih baik daripada hari ini”.

5. Perpustakaan BSB+


Banyak perpustakaan atau taman bacaan masyarakat tidak bertahan lama. Setelah ditelusuri ternyata yang menjadi penyebabnya adalah kurang kenanya konsep dasar yang selama ini mereka jadikan patokan yaitu “Gemar Membaca”. Konsep ini didasari oleh asumsi bahwa jika seseorang telah terbiasa membaca maka ia akan mau belajar lagi. Padahal kenyataannya tidak demikian. Mengapa ? Ternyata kebanyakan buku atau risalah yang ada tidak cukup efektif untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu kebanyakan perpustakaan “dijaga” oleh orang yang hanya bertugas mengawasi dan merawat materi bacaan saja. Tidak secara aktif membimbing para pengunjung untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.

Sebagai salah satu solusi, Perpustakaan BSB+ menawarkan konsep ‘gemar informasi’ yang diharapkan akan memotivasi para pengguna untuk tidak sekadar gemar membaca, namun membangun kebiasaan yang menjadikan dirinya produktif dan aktif dalam memperoleh pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupannya sehari-hari. Dan setelah seseorang mengetahui bahwa informasi banyak dapat diperoleh melalui bacaan, maka membaca baginya akan menjadi kebutuhan pokok.

Berangkat dari konsep ini, Perpustakaan BSB+ menyediakan pustakawan berdedikasi yang disamping memiliki kualifikasi kepustakaan, ia juga berkemampuan mengembangkan program. Ukuran kemampuan ini di antaranya adalah dapat membuat berbagai proyek berdasarkan buku atau informasi yang ada sehingga mendorong dan memotivasi pengguna untuk tidak hanya sekadar membaca, namun juga tergerak dan terbiasa untuk melakukan penelitian dan menulis. Sementara pada kesempatan lain, pustakawan tersebut, berbekal buku, akan berkeliling ke luar perpustakaan di lokasi BSB+ yang belum memiliki perpustakaan sendiri. Dan apabila memungkinkan, dapat pula ‘menjemput bola’ dengan cara mengunjungi warga masyarakat dengan tujuan memperkenalkan kegiatan perpustakaan.

Perpustakaan BSB+ yang saat ini dikelola Yayasan Alang-alang telah terdaftar di Jaringan Perpustakaan Anak 1001buku sejak awal tahun 2007. Perpustakaan ini menyediakan buku-buku dan risalah yang selektif, menghindari materi yang tidak bermanfaat, seperti komik atau buku cerita atau majalah hiburan.


6. BSB+ - Kelompok Remaja Produktif (RePro):


Kegiatan ini bukanlah sebuah balai latihan kerja, namun lebih menekankan sikap-sikap dasar praktis yang akan dapat menjadikan para remaja lebih adaptif dalam menghadapi tuntutan dan kebutuhan dunia pekerjaan.

Sebagaimana diketahui bahwa keterampilan didasari ilmu atau pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan akademis (teori) dan praktek tidak akan secara otomatis menciptakan kondisi siap kerja kalau perilaku mereka masih belum siap untuk itu. Dengan demikian diperlukan suatu proses untuk menyiapkan perilaku siap kerja yang tidak bisa diperoleh di sekolah-sekolah formal pada umumnya.

Dalam program ini, peserta didorong untuk memahami dan mempraktekkan kebersamaan dan sinergi, berdasarkan potensi setiap diri, baik secara individual mau pun berkelompok. Kepada para peserta diberikan berbagai kegiatan yang lebih menekankan kepada orientasi proses dan tidak dituntut untuk meraih suatu hasil dengan cepat. Dengan arti kata lain, para peserta akan menilai dirinya sendiri dan bukan mencari-cari penilaian dari orang lain.

Peserta akan menyadari bahwa dirinya harus ‘berusaha’ lebih baik; sesuai motto “Hari ini lebih baik daripada kemarin – Esok lebih baik lagi daripada hari ini”. Dengan demikian ia akan memiliki “self-esteem” dan rasa ‘percaya diri’ yang akan membuatnya lebih produktif, karena telah memiliki motivasi serta ‘kepandaian’ berinovasi dan berkreasi.


7. BSB+ - Orang Tua Peserta (OrTa):


Peran-serta Orang Tua dalam membangun keluarga yang sejahtera, sebagai unit terkecil dari suatu negara, dapat dikatakan sebagai faktor penentu. Oleh sebab itu BSB+ pun melibatkan para orang tua (OrTa) peserta dalam suatu program agar tidak terjadi kesenjangan dalam pengembangan anaknya yang telah memperoleh berbagai ketrampilan.

Dalam program ini, orang tua peserta khususnya para ibu diajak untuk mengamati kegiatan anak-anak mereka yang menjadi peserta BSB+. Melalui pendekatan ini mereka dapat memperhatikan, mempelajari, memahami dan menerapkannya di rumahnya masing-masing dan kemudian meneruskan kepada lingkungannya. Melalui pendekatan ini pula kemampuan kegiatan anak-anak mereka menjadi terdukung.

Selain itu mereka diberi pula sejumlah keterampilan dan wawasan yang berkaitan dengan upaya untuk menciptakan pendapatan tambahan dan manajemen rumah tangga. Keterampilan yang dapat diberikan kepada peserta terutama difokuskan pada pemanfaatan apa saja yang ada di sekitar mereka, seperti kain perca untuk membuat tas, hiasan, boneka, sarung teko, dan lain-lain. Pada dasarnya pelatihan ini berorientasi pada usaha membangun pola hidup yang produktif dan menjauhi kebiasaan konsumtif.

Termasuk dalam program tersebut adalah sejumlah penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh para ahli, yang di antaranya adalah dokter spesialis dan ahli gizi. Para ahli ini adalah sukarelawan yang telah menyadari bahwa menyedekahkan sebagian harta yang dimiliki itu bisa berupa berkontribusi dalam bentuk keahlian yang mereka miliki dalam konteks berlomba-lomba untuk berbuat baik.

Jadwal pertemuan dengan para OrTa berbarengan dengan skedul Bimbingan, tentunya bila ruang dan tempat memungkinkan.


8. BSB+ - Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA):


Kegiatan ini adalah kerjasama yang ditawarkan oleh Yayasan Alang-alang kepada lembaga-lembaga TPA yang sudah berjalan, dalam rangka memperkenalkan metoda BSB+. Kegiatan ini berupa pelatihan bagi guru-guru TPA/guru ngaji dengan materi berupa pemahaman kitab-kitab Allah (Paham Qurani) dan bagaimana melaksanakan praktek BSB+.

Berdasarkan pengalaman dengan sejumlah lembaga TPA yang telah menerapkannya, pada umumnya para ustadz dan ustadzah menjadi lebih mampu mengatasi sejumlah hambatan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak muridnya.


9. BSB+ - Silaturahmi:


Silaturahmi mempunyai manfaat yang sangat besar. Sejumlah pelajaran yang berharga dapat dipetik dari silaturahmi tersebut, dalam rangka memperkaya wawasan serta membangun kepekaan terhadap segala jenis ciptaan Tuhan, agar dapat menjadi rahmat bagi semesta alam. Oleh sebab itu dalam BSB+ kegiatan silaturahmi merupakan salah satu kegiatan mutlak yang harus diprogramkan.

Silaturahmi yang saat ini dilakukan antara peserta, pembimbing dan warga sekitar berlangsung sebulan sekali, secara bergiliran. Program yang diterapkan, antara lain adalah : hiburan, kebersihan dan perawatan lingkungan. Di samping itu, secara rutin pula dilakukan pendistribusian berbagai bentuk bantuan sembako, suplemen kesehatan, alat kebersihan pribadi, alat kebersihan rumah, dan sejenisnya yang ditujukan kepada peserta atau warga yang berdomisili di sekitar mereka.

Pada kesempatan tersebut, para peserta mengunjungi kaum duafa, panti asuhan anak yatim/piatu, para jompo, dengan tidak membatasi diri untuk bersilaturahmi dengan penganut kepercayaan/agama lain. Beberapa institusi lain yang dikunjungi adalah panti penyandang cacat (khususnya cacat ganda), kelompok anak jalanan/pemulung, sebagai sarana untuk dapat berbagi dengan sesama dan agar dapat mengenali lebih dekat berbagai aspek kehidupan.


10. BSB+ - Peduli Pendidikan:


Sebagai suatu lembaga yang memiliki sejumlah kegiatan internal, BSB+ juga perlu berkiprah secara eksternal sebagai bagian dari masyarakat lainnya, khususnya di dunia pendidikan. Caranya adalah dengan menyalurkan sebagian dari prasarana yang dimilikinya kepada lembaga pendidikan formal/non-formal lainnya atau kepada peserta yang sangat memerlukannya.

Kegiatan ini mencakup pemberian beasiswa atau material penunjang, seperti misalnya seragam sekolah, alat tulis, buku pelajaran, biaya transportasi, uang makan, biaya ekstra-kurikuler atau apa saja yang bermanfaat bagi siapa pun yang sangat membutuhkannya.

Dengan adanya kegiatan ini maka BSB+ menjadi lembaga yang inklusif atau non-eksklusif walaupun BSB+ sendiri masih membutuhkan banyak hal lain. Dengan kegiatan ini pula BSB+ akan merupakan lembaga yang juga memberikan kerahmatan bagi semesta alam.


11. BSB+ - Berzakat


Berangkat dari pengertian bahwa zakat bermakna mensucikan harta yang dimiliki, maka para peserta BSB+ diajak untuk membiasakan diri memberikan sebagian dari uang-jajan atau tabungan mereka, sebagai bagian dari melaksanakan perintah Tuhan.

Kebiasaan ini akan membangun kepekaan terhadap kelompok yang secara ekonomis berada di bawah mereka dan mendorong semangat dan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan diri agar dapat memberikan yang lebih banyak lagi dalam rangka memberdayakan kelompok yang kurang beruntung itu. Kegiatan ini sinkron dengan program posdaya (pos pemberdayaan keluarga) yang dewasa ini gencar digalakkan oleh berbagai kalangan semenjak digagas untuk pertama kalinya oleh Prof Dr Haryono Suyono.

Pada tataran berikutnya, kegiatan tersebut di atas akan meningkatkan budaya hidup yang berbasis pada kemanfaatan. Yaitu dengan cara mengatasi godaan untuk menguasai dan memiliki benda atau harta yang tidak bermanfaat atau yang di luar kebutuhan pokok.


12. BSB+ - Peduli Kesehatan:


BSB+ sebagai lembaga masyarakat tentu saja memiliki tanggung jawab sosial atau social responsibility. Dengan cara kerjasama dengan kelompok tertentu, kegiatan ini lebih dikhususkan kepada bantuan kesehatan bagi para penderita penyakit tertentu atau malnutrisi. Kontribusi diberikan dalam bentuk dana kesehatan untuk pengobatan atau rawat-inap atau donasi dalam bentuk in-natura alias makanan sehat; khususnya yang bersifat darurat.

Mengingat keterbatasan kemampuan, pos ini memang bukan prioritas utama. Dengan kata lain akan dilakukan bila ada warga masyarakat sejahtera yang hendak menyalurkan zakat mereka dan secara spesifik meminta agar disalurkan untuk keperluan khusus ini. Dalam pelaksanaannya, prioritas diberikan kepada kelompok warga masyarakat miskin yang termasuk kategori berpotensi untuk produktif.

Aspek penting dalam kegiatan ini adalah melakukan pendataan atau survei yang seksama sebelum melakukan pendistribusian agar maksud dan tujuan program dapat dipertanggungjawabkan.


13. BSB+ - Rumah Keluarga Akrab Imam-Takwa (Rumah KAIT)


BSB+ memperkenalkan konsep Rumah KAIT sebagai wahana untuk menghidupkan kembali suatu kelembagaan “ruang bersama” yang dimiliki, dimanfaatkan dan dikelola warga. Suatu pusat komunitas, yang terbuka dan bermanfaat sepanjang hari – 24 jam sehari – 7 hari seminggu.

Berdasarkan pengalaman, baik yang dialami sendiri maupun yang dialami para sahabat lainnya, dimana ketergusuran telah menjadi keseharian, Rumah KAIT akan menjadi solusi bagi tersedianya suatu tempat permanen bagi kegiatan produktif dan konstruktif dalam melaksanakan sejumlah kegiatan warga sebagai berikut :
  • Penyuluhan dan Pelayanan bagi Perempuan Usia Subur /PUS, Pasangan Suami Isteri (Pasutri), Ibu Hamil (BuMil); Anak dibawah Tiga Tahun (Batita); Anak dibawah Lima Tahun (Balita); Orang Tua (OrTa);dan Remaja Produktif (RePro);
  • Kegiatan BSB+ & BSBL+
  • Kegiatan Pemaknaan & Pendidikan Al Qur’an
  • Perpustakaan
  • Kegiatan Kesenian Lokal (Tari, Musik, dll.)
  • Kegiatan Kebogaan
  • Kegiatan lain terkait dengan pengembangan budaya setempat.
Perlu dipahami bahwa Rumah KAIT bukanlah suatu gedung serba guna yang bisa disewakan untuk perhelatan, kampanye politik atau kegiatan lain yang dapat mengganggu atau bahkan menghambat terlaksananya kegiatan-kegiatan diatas.


14. BSB+ - Pelatihan Calon Pembimbing (PCB):


BSB+ tidak akan pernah terwujud tanpa adanya pembimbing yang memiliki pengetahuan yang cukup serta teruji dan terlatih. Dan untuk memperolehnya diperlukan suatu ‘pendidikan’ khusus yang akan mencetak mereka, yaitu melalui Pelatihan Calon Pembimbing (PCB).

Pelatihan ini memang tidak mempunyai struktur yang kaku. Bagi seorang calon yang telah mempunyai pengalaman dalam berhubungan dengan anak-anak akan berbeda dengan yang belum pernah sama sekali. Namun, belum tentu pula seorang Guru TK, misalnya, akan menjamin keberhasilannya sebagai seorang Pembimbing, mengingat adanya hal-hal yang mungkin tidak diperolehnya melalui pendidikan formal serta ‘paket’ pencapaian target sebagaimana yang dipersyaratkan dalam penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-kanak atau Pra-Sekolah.

Ketidakkakuan program pelatihan ini tertuang dalam kurikulum yang lebih mengedepankan pengalaman dan penjelajahan melalui serangkaian kerja praktek langsung kepada peserta dan calon peserta BSB+. Calon peserta adalah mereka yang sama sekali belum pernah mengenal program BSB+, sehingga perlu pendekatan dan sentuhan khusus sebelum mereka dapat bergabung dalam program bimbingan. Dan kaitannya dengan Pembimbing baru, khususnya yang berasal dari fasilitas BSB+ yang akan dibentuk, maka mereka akan menghadapi sejumlah permasalahan, termasuk beradaptasi terhadap berbagai hal yang baru, yang belum pernah mereka alami sebelumnya.

Fleksibiltas juga tercermin dalam penentuan lama waktu pelatihan, mengingat faktor dana yang sering menjadi hambatan. Tentunya, dengan lebih banyak waktu untuk menimba pengalaman dan mengolah penjelajahan, akan memberikan bekal lebih bagi Calon Pembimbing. Sedangkan dana, walau pun bukan rintangan besar, namun tetap dibutuhkan untuk menutupi biaya-biaya transportasi dari dan ke tempat pelatihan, konsumsi dan materi pelatihan. Insyaallah, berkat pertolongan Allah, maka faktor ini akan bisa diatasi, melalui kontribusi dari berbagai pihak yang peduli pencerdasan anak bangsa golongan marjinal.

Berdasarkan pengalaman, latar belakang edukasi formal dari para Pembimbing yang telah berhasil bukan hal yang perlu dipermasalahkan. Ada pun persyaratan utama untuk menjadi Calon Pembimbing dan kemudian akan menjadi Pembimbing yang tangguh dan dapat diandalkan, adalah rasa kasih sayang serta keteguhannya dalam memelihara kasih sayang itu. Dengan kasih sayang itulah, para Pembimbing akan mengatasi berbagai ujian dan cobaan yang menerpa mereka dalam menjalankan dan menyelenggarakan program BSB+.


15. BSB+ - Pelatihan Home-Service Provider (PHSP):


BSB+ PHSP adalah salah satu jawaban konkret dalam menyediakan tenaga terampil dalam bidang yang hingga saat ini di Indonesia belum dilirik secara profesional, yaitu ‘Butler’& ‘Governess’ services. Pada dasarnya, profesi tersebut masih disalahpersepsikan sebagai “pembantu rumah tangga” yang hina dan identik dengan perbudakan. Padahal menjadi asisten rumah-tangga atau petugas perawatan rumah dan taman atau assisten pembimbing anak serta penjaga dan perawat lansia, memerlukan keterampilan dan wawasan yang luas. Selanjutnya dengan meningkatnya jumlah keluarga sejahtera di Indonesia, terlebih lagi dengan datangnya era globalisasi di mana maka kedatangan orang asing ke Indonesia makin banyak maka kebutuhan akan profesi ini akan meningkat secara signifikan di masa mendatang.

BSB+ PHSP pada saat tulisan ini dibuat, memang belum terealisir, namun memiliki potensi masa depan yang amat besar. Program ini menyajikan sejumlah pelatihan bersertifikat berdasarkan modul-modul yang terkait dengan berbagai jenis keterampilan (skill) tertentu; yaitu, antara lain, mengoperasikan serta merawat berbagai peralatan rumah-tangga modern seperti mesin cuci, mesin pendingin (refrigerator/freezer), alat-alat manual, elektrikal dan elektronik lainnya. Disamping kemampuan untuk berkomunikasi dengan pihak lain serta membuat jadwal repair/maintenance. Atau kemampuan untuk mengelola kas kecil rumah-tangga dengan menggunakan komputer yang mereka dapat gunakan pula untuk berkirim email dengan majikan. Dan banyak lagi keterampilan lainnya, yang merupakan bagian dari kehidupan modern.

Peserta program ini adalah ‘alumni’ program BSB+ yang sekurangnya memiliki ijazah pendidikan formal. Dan yang pasti, data dan informasi penting tentang mereka telah tersedia dan dapat dipertanggungjawabkan, termasuk sikap mental dan kredibilitas setiap pesertanya.


16. Sumber Daya Manusia

Untuk mendukung kegiatan Yayasan Alang-alang dan binaannya, pada saat ini secara permanen ada 12 orang staf pegawai yang terdiri dari 1 orang koordinator pembimbing, 6 orang fasilitator di lapangan, 1 orang tenaga perpustakaan, 2 orang pembimbing seni, 1 orang staf administrasi manajemen dan 1 orang home service.

Jadwal para pembimbing di lapangan relatif padat. Sabtu dan Minggupun mereka masuk karena menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada.

Secara teratur dan berkala, para Pembimbing di Yayasan Alang-alang dari waktu ke waktu memperoleh kesempatan untuk mengikuti sejumlah kegiatan dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan pengembangan kepribadian, baik in-house maupun eksternal. Pelatihan tersebut meliputi antara lain:

• Pemahaman Kitab Suci (Al Qur’an; dll)
• Manajemen & Perencanaan;
• Public Speaking;
• Grooming & Appearance;
• Keterampilan Olah Tubuh, Seni Tari, Seni Musik, Seni Rupa, dll.;
• Outbound & Outdoor Survival Activities;
• Kunjungan ke Situs Sejarah, Museum, Planetarium, dll.;
• Table Manners & Etiquette;
• Benchmarking.


17. Pendapat Masyarakat

Ayang dan Nabilla (9 tahun, siswa SD penduduk desa Bendungan Ciawi, peserta BSB Alang-alang sejak usia 4 tahun) ketika ditanya kesannya tentang BSB+ Alang-alang ini menyatakan bahwa mereka senang mengikuti program BSB+ ini. Alasannya, kata mereka, adalah tersedianya bacaan di perpustakaan yang susah mereka dapat kalau mengandalkan orang tua mereka. Di samping itu mereka senang karena BSB menjadikan mereka anak kreatif.

Ketika ditanya apakah banyak anak seusia mereka yang tidak ikut ? Mereka menjawab ”sedikit” dan itupun karena mereka malas. Dengan kata lain hampir sebagian besar anak-anak di kampung sekitar kantor Yayasan Alang-alang itu mengikuti program BSB.

Sementara itu menurut Suwardi, penduduk Desa Bendungan yang rumahnya tidak jauh dari gedung BSB Ciawi, kehadiran BSB+ Alang-alang amat membantu warga miskin. Terutama amat terasa bila mereka membutuhkan pendidikan TK untuk anak mereka yang tarip masuknya di situ mahal (mencapai Rp 1 juta). Manfaat lainnya dengan adanya Yayasan Alang-alang ini adalah waktu luang anak-anak menjadi terisi. Demikian pula waktu luang ibu-ibunya.


Sastrawan Batangan / Jon Posdaya, 23 Mei 2009


Referensi

  • Rahmawati, 2005. Astuty Center Ingin Memajukan Kegiatan Belajar Sambil Bermain 21 October 2005 KBI Gemari, diakses 20 Mei 2009
  • Anonim, 2006. Daftar Perpustakaan Aktif per 29 January 2006, Perpustakaan 1001buku, diakses 20 Mei 2009
  • Anonim, 2009. Ibu Ani Resmikan Rumah Pintar Stasiun Ilmu Tanjung Priok Selasa, 28 April 2009 dalam http://www.presidenri.go.id, diakses 20 Mei 2009
  • Anonim, 2009. Desa Banjarwaru terus menggeliat dari keterpurukan. , Radar bogor, 05-05-2009 13:16 WIB diakses 20 Mei 2009
  • Berbagai materi tertulis dan beberapa kali wawancara dengan pemilik yang terakhir tanggal 19 Mei 2009 di Kantor Pusat

Lampiran-lampiran


Lampiran-1 : Pengurus & Pembimbing Yayasan Alang-alang & Binaan (No, nama, Jabatan)

  1. Melati Djunaedi, Pendiri & Ketua
  2. Ismadi Dwiansyah, Koordinator Pembimbing
  3. Anna Effana, Pembimbing
  4. Siti Huzaemah, Pembimbing
  5. Nova Agnesha, Pembimbing
  6. Siti Wulannifah A, Pembimbing
  7. Nuralfianti, Pembimbing
  8. Suhartini, Pembimbing
  9. Sitta Alia Azizia, Perpustakaan
  10. Karina Maharani, Administrator Manajemen
  11. Silvia Erveliani, Kesenian
  12. Syamsudin Katjrit, Kesenian
  13. Daeng Ali Mahmud, Home service
  14. Irsan Siswanto U., Pemilik lokasi BSB+Serambi Utama, Cipayung
  15. Nasehati Nasucha, Pemilik lokasi BSB+Lebah Madu Cigombong
  16. Utary Tjandra, Pemilik lokasi BSB+ Saung Gunung, Jogjogan
  17. Rini Latief, Pemilik lokasi BSB+ Yayasan Tunas Bangsa, Cipanas
  18. Anita Wibisono, Pemilik BSB+ Matahari, Depok

Lampiran 2 : Jadwal Kegiatan BSB+ Yayasan Alang-alang (No, Hari, Waktu, Lokasi, Usia Peserta)

  1. Selasa, 09.00 - 11.00 WIB, BSB+ lebah Madu, Cigombong, Bogor, 3 - 6 thn
  2. Selasa, 09.00 - 11.00, BSB+ Serambi Utama, Cipayung, Bogor, 3 - 6 thn
  3. Selasa, 08.00 - 10.00, BSB+ Yayasan Tunas Bangsa, Cipanas, Cianjur, 3 - 6 thn
  4. Selasa, 14.00 - 16.00, BSB+ Yayasan Tunas Bangsa, Cipanas, Cianjur, 7 - 15 thn
  5. Rabu, 09.00 - 11.00, Rumah Pintar Stasiun Ilmu, Tjg Priok, Jakarta Utara, 4 - 6 thn
  6. Rabu, 08.00 - 10.00, BSB+ Yayasan Tunas Bangsa, Cipanas, Cianjur, 3 - 6 thn
  7. Rabu, 14.00 - 16.00, BSB+ Yayasan Tunas Bangsa, Cipanas, Cianjur, 7 - 15 thn
  8. Kamis, 09.00 - 11.00, Rumah Pintar Stasiun Ilmu, Tjg Priok, Jakarta Utara, 4 - 6 thn
  9. Kamis, 08.00 - 10.00, BSB+ Matahari, Depok, 3 - 6 thn
  10. Jumat, 09.00 - 11.00, BSB+ Kelinci, Ciawi, Bogor, 3 - 6 thn
  11. Jumat, 13.00 - 16.00, BSB+ Kelinci, Ciawi, Bogor, 7 - 17 thn
  12. Jumat, 09.00 - 11.00, BSB+ Saung Gunung, Jogjogan, Bogor, 3 - 6 thn
  13. Jumat, 13.00 - 16.00, BSB+ Saung Gunung, Jogjogan, Bogor, 7 - 17 thn
  14. Sabtu, 09.00 - 11.00, BSB+ Kelinci, Ciawi, Bogor, 3 - 6 thn
  15. Sabtu, 13.00 - 16.00, BSB+ Kelinci, Ciawi, Bogor, 7 - 17 thn
  16. Sabtu, 09.00 - 11.00, BSB+ Saung Gunung, Jogjogan, Bogor, 3 - 6 thn
  17. Sabtu, 13.00 - 16.00, BSB+ Saung Gunung, Jogjogan, Bogor, 7 - 17 thn
  18. Minggu, 09.00 - 11.00, Perpustakaan+, Rumah Kait Ciawi, Bogor, 7 - 9 thn
  19. Minggu, 13.00 - 16.00, Perpustakaan+, Rumah Kait Ciawi, Bogor, 10 - 17 thn
  20. Minggu, 08.00 - 10.00, BSB+ Yayasan Tunas Bangsa, Cipanas, Cianjur, 3 - 6 thn
  21. Minggu, 14.00 - 16.00, BSB+ Yayasan Tunas Bangsa, Cipanas, Cianjur, 7 - 15 thn

Lampiran-3 : Alamat e-mail


Untuk berkomunikasi dengan Yayasan Alang-alang dapat menghubungi Karina Maharani, Administrator Manajemen BSB+ Alang-alang , dengan e-mail alang.alang97@yahoo.co.id


Baca selanjutnya.....

Kamis, Mei 14, 2009

Sarung Bolong Dari Kampung Bojong

0 komentar

Dari arah kampung Bojong,
berjingkat-jingkat ia berjalan di pagi buta,
kala orang tidur dengan sebagian mulutnya ternganga,
mengendap-endap ia masuk ke halaman rumah itu,
ditebarnya pandangan ke seluruh sudut rumah,
waspada,
siapa tahu ada yang melihatnya.
Aman, tak ada yang melihat.


Ia lalu melipat sarung bolongnya,
ia lalu menutup sebagian wajah dengan sarungnya,
ia lalu memastikan langkahnya,
ia lalu mematangkan geraknya,
dan iapun lalu mendongkel jendela dapur.
Berhasil dan masuk.

Di dapur,
ia umak-umik berdoa,
doa khusuk seperti orang mau berangkat perang,
“Bukankah ini untuk menafkahi anak isteriku ?”
“Lho mengapa koq dengan cara seperti ini ?”
“Habis mau apalagi lha wong tak punya apa-apa”
“Tanah tak punya, keterampilan tak ada, modal tak ada”
“Yang ada adalah keberanian”
“Yang ada adalah orang yang teledor sehingga rumahnya bisa dimasuki”

Doanya didengar oleh Tuhan,
si empunya rumah bangun,
si pencuri terkejut,
si empunya rumah juga terkejut hendak berteriak,
si pencuri tersenyum,
si empunya rumah juga tersenyum tak jadi berteriak,
si empunya rumah mengurut dada maklum,
terjadilah dialog lima kalimat tentang arti hidup,
si pencuri mengangguk-angguk.
Sang pencuri diberi hadiah sekarung beras,
seekor ayam hidup plus uang sepuluh ribu,
dengan janji ia boleh kembali untuk bekerja di tempat itu
kapan saja ia mau.

Sejak itu tak ada lagi sarung bolong di tengah malam,
yang umak-umik berdoa di dapur.
Di kampung itu telah berkurang kemiskinan sebuah keluarga,
karena telah terbuka satu lapangan kerja.

Cibinong, 10 November 1996/ Selasa, 10 Maret 2009
SastrawanBatangan

http://puisiposdaya.blogspot.com

Baca selanjutnya.....

Selasa, Mei 05, 2009

|Posdaya| CSR : Dahulukan Kurang Gizi, Kelaparan dan Kebodohan Dasar

1 komentar

CSR & Berbagai Ragam Programnya

Banyak warga masyarakat kenal kata “CSR”, kependekan dari ‘Corporate Social Responsibility’. CSR, kalau mau gampangnya dapat diartikan sebagai kegiatan suatu perusahaan, yang karena ’terpaksa’ atau ’sadar’, peduli kepada masyarakat.

Setiap perusahaan boleh dikatakan bebas menentukan pilihan program CSR-nya. Karena kebebasan itulah maka di lapangan kita jumpai CSR yang berbentuk beasiswa bagi anak pintar (bukan untuk anak miskin), membangun dan mengoperasionalkan sekolah, membantu kebersihan dan kelestarian lingkungan, melatih keterampilan para pemuda putus sekolah, membantu modal dan pelatihan manajemen usaha kecil dan sejenisnya.

Dalam kenyataannya di lapangan, kegiatan CSR seringkali terkontaminasi oleh kepentingan perusahaan, yakni promosi. Atau dengan kata lain promosi ”nebeng” CSR. Karena ada unsur promosi ini maka seringkali acara seremonial memakan biaya yang tidak sedikit. Bahkan kadangkala biaya seremonial itu sendiri lebih tinggi daripada kegiatan sosialnya. Sebagai contoh pernah ditemui kegiatan sunat masal di mana biaya seragam panitia dan konsumsi para tamu pejabat jauh lebih tinggi daripada total biaya untuk sunatnya sendiri.

Alasan Ber-CSR

Sebagaimana disebutkan, ada dua alasan ekstrim sebuah perusahaan melakukan CSR, yakni karena ”terpaksa” dan karena ”sadar”. Dikatakan ”terpaksa” bilamana perusahaan beranggapan bahwa gara-gara ada peraturan pemerintah atau undang-undang, perusahaan terpaksa melaksanakan program tersebut. Sebab kalau tidak mengikutinya akan terkena berbagai sangsi.

Dikatakan sadar kalau perusahaan, dalam hal ini tentu saja dimotori oleh pimpinan / pemilik perusahaan, tanpa harus ada peraturan dan undang-undang pun, menyadari bahwa mereka perlu bahkan harus peduli kepada masyarakat walaupun perusahaan mereka telah menyetor pajak. Mengapa ? Paling tidak ada satu atau lebih alasan dari lima alasan berikut ini.

Yang pertama setiap individu dalam perusahaan – sebagai manusia yang religius – memahami bahwa pada hartanya terdapat hak orang miskin yang meminta dan yang tidak mendapat bagian sehingga di saat lapang dan sempit harus memberikan hak mereka. Distribusi dalam pemberian sebagian harta itu tentu saja dilakukan secara berimbang antara keluarga dan masyarakat dengan menggunakan ”akal sehat” berdasarkan tuntunan yang ada dalam kitab suci masing-masing. Masyarakat yang mana? Tentunya masyarakat yang ter”dekat”. Dekat lokasi rumah, dekat lokasi kerja, dekat karena hubungan kerabat dan kriteria ”dekat-dekat” lainnya.

Yang kedua, setiap invidu paham bahwa persoalan kemiskinan dan kebodohan, bagaimanapun canggihnya sistem sosial dan pendidikan yang dirancang parlemen dan kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah, tetap tidak akan bisa menyelesaikan masalah secara tuntas. Selalu ada ”bolong-bolong”nya sehingga perlu partisipasi rakyat – apapupun latar belakangnya – untuk menutupi kekurangan tersebut.

Yang ketiga, setiap individu paham bahwa kalau tidak segera bertindak, anak-anak dalam kandungan dan balita-balita miskin yang kurang gizi saat ini kelak akan menjadi kawan atau anak buah dari anak-cucu setiap individu itu. Dapat dibayangkan betapa susahnya anak-cucu setiap individu tersebut bermitra dan bekerja dengan mereka yang bodoh karena di masa kecilnya kurang gizi dan kurang tersentuh pendidikan.

Yang keempat, setiap individu paham bahwa eksistensi perusahaan di mana mereka bekerja selalu tidak lepas dari pengorbanan orang lain yang tidak selalu bisa ditukar dengan uang. Karena itulah semua individu dalam perusahaan perlu membalas budi agar suatu saat nanti tidak terjadi ”balas dendam”, suatu kondisi alamiah yang biasanya terjadi bilamana budi diabaikan.

Yang kelima, setiap individu paham bahwa cepat atau lambat disparitas atau kesenjangan yang terjadi antara yang berlebih dan yang kekurangan akan menghasilkan kecemburuan. Kecemburuan tanpa akal karena kebodohan akan menimbulkan sifat merusak. Bayangkan saja bilamana fasilitas kehidupan yang telah dibangun untuk meningkatkan kesejahteraan hancur dalam sekejab dirusak secara emosional hanya karena cemburu saja.

Dengan dasar alasan itulah, sambil berjuang mengusulkan kepada pemerintah agar memperbaiki sistem sosial-ekonomi bagi masyarakat, setiap individu yang paham dalam perusahaan merasa perlu untuk ber-ISR (Individual Social Responsibility). Sokur-sokur perusahaan tempat bekerja mau mengkoordinasikannya sehingga dari ISR-ISR terbentuklah CSR yang merupakan vektor dari kepentingan semua pihak yang berkaitan dengan perusahaan. Dengan demikian terdapat kaitan antara kepentingan individu dengan kepentingan perusahaan. Tidak semata-mata untuk kepentingan promosi perusahaan atau kepetingan per individu saja.

Mengkaitkan CSR Dengan Masalah Mendasar Negeri Ini.

Jika sudah dipahami mengapa individu secara sendiri-sendiri maupun bersama dalam perusahaan perlu ber-CSR, maka pada tahap berikutnya dalam melaksanakan CSR-nya perusahaan perlu pula melihat persoalan yang penting dan mendesak yang kini dialami bangsa ini. Tidak bermasalah walaupun ada unsur promosi di dalamnya, yang penting CSR benar-benar tepat sasaran..

Ada banyak persoalan besar di negeri ini. Selain pemilu dan pilkada yang masih menyita banyak waktu dan biaya yang besar (apalagi kalau diulang), korupsi yang masih belum tuntas diberantas di level tengah-bawah, juga masih adanya 16,6 % rakyat (sekitar 30-an juta jiwa) dalam keadaan miskin. Termasuk dalam jumlah itu adalah 3-4 juta balita miskin yang 790 ribu di antaranya dalam keadaan kurang gizi kronis. Karena pemerintah hanya mampu menangani (bukan mencegah) 39 ribu balita kurang gizi saja maka masih tersisa 3 jutaan balita yang belum jelas siapa yang menanganinya agar tercegah dari kurang gizi kronis.

Dikatakan belum jelas siapa yang menanganinya adalah karena keberdayaan masyarakat untuk peduli secara nyata masih rendah. Beberapa bukti yang dapat diperoleh dari lapangan di antaranya adalah :
  • Menurut berita, dari sekitar 250 ribuan posyandu yang ada di Indonesia, diperkirakan hanya 50% saja yang aktif. Padahal posyandu adalah ujung tombak pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.
  • Kebanyakan posyandu hanya diurus oleh kadernya saja sehingga kalau kadernya kaya mereka dapat berpatungan untuk membantu mencegah gizi kurang yang dialami para pengunjung posyandu yang notabene adalah tetangga mereka sendiri. Masalahnya adalah kalau para kader tersebut hidupnya saja kekurangan atau pas-pasan, tentunya layanan yang akan mereka berikan – secara sukarela – itu akan berkurang kualitasnya.
  • Umumnya masyarakat baru mau urunan kalau untuk membangun rumah ibadah, kegiatan 17 Agustusan atau kegiatan seremonial lainnya. Di sisi lain mereka susah diajak patungan untuk menangani masalah sosial yang bersifat pencegahan seperti masalah mencegah kurang gizi atau bodoh tersebut. Kalau bersifat penanggulangan, misalnya terjadi bencana, gotong royong masyarakat umumnya tak diragukan lagi.
  • Ada beberapa kasus di mana terjadi ibu membunuh anaknya karena kelaparan (di Bekasi tahun 2008) atau ibu dan anaknya mati kelaparan tanpa ketahuan tetangganya (Makassar tahun 2008). Patut diingat orang miskin cenderung minder (introver) yang lalu menjauhi masyarakat. Akibatnya mereka seringkali lolos dari perhatian masyarakat sekitar yang memang lama kelamaan cenderung makin berbudaya egois
  • Masih banyak rumah ibadah yang memisahkan urusan dunia dengan urusan akhirat. Urusan dunia ditangani oleh RT/RW dan pemerintah sementara urusan akhirat ditangani rumah ibadah. Kalaupun ada kegiatan sosial, umumnya masih seremonial. Setahun bisa dihitung dengan jari. Bukan merupakan kegiatan rutin untuk menanggulangi dan mencegah kemiskinan dan kebodohan. Padahal awalnya dulu, di masa rasul ada, melalui rumah ibadah yang sederhana, kegiatan sosial selalu pararel dengan kegiatan menyembah Yang Maha Kuasa.
Akibat dari tingkat keberdayaan yang masih rendah ini sementara pemerintah tidak sanggup sendirian menangani kemiskinan dan kebodohan, maka ada ancaman potensial bahwa 20 tahun ke depan akan banyak muncul orang yang menjadi beban bangsa karena di masa kecilnya gizinya buruk dan tidak tersentuh oleh pendidikan yang memadai.

Berkaitan dengan ancaman itu, maka banyak pihak menyarankan agar program CSR perlu bersentuhan dengan masalah kemiskinan dan kebodohan pada level dasar tanpa harus memanjakan si miskin dan si bodoh tersebut. Dengan kata lain CSR diusulkan agar selalu berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat baik yang mampu (sejahtera) maupun yang miskin (prasejahtera) agar mereka bersinergi saling membantu menuju kehidupan yang lebih sejahtera daripada sebelumnya.

Paket CSR Yang Dapat Difungsionalkan Untuk Mencegah Kemiskinan & Kebodohan

Sebagaimana disebutkan bahwa kemiskinan dan kebodohan hanya bisa diminimalkan oleh yang miskin dan yang bodoh sementara bantuan dari kaum yang mampu hanya bersifat sebagai pemicu agar si miskin dan si bodoh dapat memberdayakan dirinya. Dengan kata lain dalam proses pemberdayaan ini, kaum mampu (sejahtera) lebih berfokus pada upaya untuk lebih memberikan ”pancing” dan membangun ”telaga” ketimbang memberikan ”ikan”. Tetapi hal ini tidak lantas diartikan bahwa yang jompo miskin, tak bisa apa-apa, sakit-sakitan, dipaksa untuk menggunakan ”pancing”. Untuk kasus semacam itu, mau tak mau yang perlu diberikan adalah ”ikan” untuk dikonsumsi.

Berdasarkan tipe paket tsb, CSR yang berorientasi kepada kemiskinan dan kebodohan dasar dapat diklasifikasikan dengan contoh – contoh sebagai berikut:

Paket ”ikan” :
  • Bubur kacang ijo/ susu, telur rebus dan buah2an untuk ibu hamil dan balita miskin (melalui posyandu)
  • Pemeriksaan kesehatan dan pemberian makanan bergizi untuk jompo miskin (melalui posyandu)
Paket “pancing” :
  • Pengadaan lembaga PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) untuk balita miskin dan pemberian honor tambahan kepada para guru / fasilitatornya
  • Pengadaan mainan / buku anak-anak PAUD
  • Pengadaan lembaga BSB (Bermain Sambil Belajar) untuk memanfaatkan waktu luar sekolah atau luar kerja agar produktif serta pemberian honor tambahan kepada para fasilitatornya.
  • Pembiayaan pemagangan anak-anak remaja
  • Pembiayaan fasilitator pelatihan ibu-ibu di bidang industri rumah tangga
  • Beasiswa untuk anak-anak miskin
  • Dana gotong royong kerjabakti untuk membersihkan fasilitas umum / sosial masyarakat.
Paket ”telaga ” :
  • Membangun unit usaha kecil mikro di lokasi-lokasi di mana masyarakat miskin dapat ikut bekerja
  • Membangun prasarana umum yang dapat memberikan stimulasi usaha (biasanya dilakukan pemerintah)
Perusahaan dapat menitipkan paket-paket bantuan CSR tersebut kepada masyarakat via Posyandu atau Posdaya (lembaga revitalisasi Posyandu). Dengan sistem cek dan ricek data serta difungsikannya warga masyarakat sebagai pengawas, maka tingkat keberhasilan misi tersebut diperkirakan akan meningkat.

Berupaya Agar CSR tidak Meninggalkan Kemanjaan Tapi Justru Tradisi Keberdayaan

Dari pengalaman yang ada selama ini, seringkali program – apapun jenis programnya - putus di tengah jalan karena terkena penyakit ”hangat-hangat tahi ayam”. Aktif di permulaan, melempem di pertengahan dan mati suri di ujungnya. Penyebab utamanya, kalau ditelusuri, adalah ketiadaan motor dan kurangnya konsistensi dukungan masyarakat terutama dari para tokohnya.

Menyiasati kemungkinan kondisi demikian, beberapa usaha yang bisa dilakukan oleh perusahaan terkait dengan CSR-nya antara lain adalah
  • Meminta partisipasi dari tokoh agama setempat agar selalu menjelaskan kepada masyarakat bahwa peduli orang miskin adalah tugas setiap orang yang kelak akan dipertangungjawabkan di pengadilan akherat. Sokur-sokur kalau kegiatan peduli tersebut diangkat sebagai tradisi rutin mingguan masjid atau rumah ibadah lainnya tanpa pandang SARA
  • Menyertakan seluruh masyarakat alias tidak memonopoli sendiri kegiatan CSR. Sebagai contoh di Kebon Pedes Bogor, Direktur Good Year menyumbang kacang ijo sedangkan masyarakat menyiapkan susu untuk ibu hamil dan balita miskin
Bilamana kegiatan di atas dapat dilaksanakan, maka itulah kepeloporan perusahaan untuk ikut memfasilitasi masyarakat agar memberdayakan dirinya sehingga bisa keluar dari kondisi kurang gizi, kelaparan dan kebodohan. Dan itu berarti sumbangan yang sangat besar artinya bagi negeri ini

Rujukan :
  • Karno Raditya, 2008. Posyandu dan Gizi Buruk di Indonesia, Majalah PAB Indonesia Nov-2008 dalam, www.kabarindonesia.com Sabtu 7 Maret 2009,
  • http://drakeiron.wordpress.com/2008/11/16/info-posyandu/ diakses 2009-04-30
Bogor, Mei 2009
SastrawanBatangan / JonPosdaya / SriPosdayawati / MariBerposdaya / Posdaya

Baca selanjutnya.....