Kesan yang timbul jika bertemu sekilas tanpa dialog dengan pria beruban hampir seluruh rambutnya ini adalah keseriusan hidup. Namun jika sempat berbincang dengannya beberapa menit saja, timbul kesan tambahan. Pria yang telah bercucu dan yang ketiga anaknya telah menikah ini termasuk tipe humoris Perancis. Disebut demikian karena kalau sedang melucu tidak terlihat melucu. Baru belakangan ternyata lucu. Tertawa “he..he…he…” akibat kelucuan bapak ini biasanya baru berkumandang belakangan.
Nah dengan modal itulah pria – yang leluhurnya berasal dari Gorontalo - ini menapaki jalan hidupnya. Berbagai peran sebagai laki-laki pemimpin rumah tangga dengan tanggungan 1 isteri dan 3 anak telah dilalui sembari tetap konsisten menjalankan kewajibannya untuk menafkahkan sebagian dari harta (tenaga-pikiran dan materi) yang dimilikinya kepada orang lain yang miskin. Baik orang miskin yang meminta maupun yang tidak mendapatkan bagian.
Kekonsistennya sebagai penggerak swadaya masyarakat telah mengukir hasil yang patut bahkan harus dicontoh. Terbukti bahwa pemerintah pun telah memberikan penghargaan kepadanya. Di antaranya adalah :
- Penghargaan Gubernur Jawa Barat tahun 1995 karena partisipasi masyarakat dari bawah
- Posyandu WijayaKusuma yang dibinanya memperoleh predikat teladan no 2 se Indonesia tahun 1997
Penghargaan-penghargaan itu tentunya tidak datang begitu saja. Idris benar-benar makin serius memberdayakan dirinya untuk memberdayakan masyarakat sejak tahun 1987, sesaat setelah ia makin menyadari fungsi dan perannya bahwa ia manusia yang berbeda dengan makhluk lainnya. Ia pun paham bahwa tidak mungkin manusia bisa menyelesaikan semua hajad – termasuk masalah kemiskinan dan kebodohan - hanya seorang diri saja. Perlu mitra, perlu kawan, perlu dana, perlu dukungan kekuasaan dan dukungan lain sejenisnya. Atas dasar pemahaman ini ia mendorong terbentuknya Forum Silaturahmi Malam Minggu di RW 08 Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor pada tahun 1988..
Gayung bersambut karena di dalam forumnya Idris mendapatkan mitra yang juga sama kesadaran dan keinginannya. Maka dengan berjalannya waktu Idris bersama para mitranya merintis berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat sejahtera untuk peduli secara nyata dalam memberdayakan masyarakat prasejahtera. Beberapa kegiatan pemberdayaan di RW-nya yang tercatat adalah :
- Santunan orang sakit
- Santunan kematian
- Sunat masal
- Posyandu
- Sembako untuk 60 KK 3 bulan sekali berupa per KK beras 5 liter, indomie 5 bungkus, gula pasir 1 kg, minyak goring 1 kg.
- MCK untuk masyarakat RW-08
- Penghijauan dengan 60 pohon kayu manis
- Beasiswa sejak 1989 siswa tidak mampu (Saat ini SMA 3 orang dan SMP 5 orang. Dulu siswa juga diberi beasiswa tetapi karena saat ini sekolah gratis maka tidak ada lagi program beasiswa untuk siswa SD)
- Program 3 orang lansia sejahtera membantu makanan 1 orang lansia prasejahtera (pagi-siang-malam) sehingga tidak ada lansia prasejahtera kelaparan
- Menstimuli terbentuknya forum silaturahmi di beberapa RW lain
Khusus untuk kegiatan penanganan gizi melalui posyandu, rupanya usulan Idris dan mitranya mendapat sambutan dari Direksi GoodYear, sebuah pabrik ban PMA yang lokasinya berada di wilayah Kelurahan Kebon Pedes. Direksi GoodYear yang peduli, sejak tahun 1998 secara khusus tiap bulan mendrop bantuan gizi bagi masyarakat prasejahtera melalui kelurahan yang kemudian didistribsuikan kepada 17 posyandu di wilayah Kelurahan Kebon Pedes. Bantuan untuk setiap posyandu tersebut berupa 3 kg kacang ijo dan 1,5 kg gula. Sedangkan susu dancow bubuk 450 gr per posyandu tetap berasal dari swadaya warga masyarakat di wilayah kelurahan setempat.
Bagaimana saat ini ? Kegiatan yang dirintis Idris dan mitranya telah mengakar dan menjadi sistem yang terus berlangsung. Harapan Idris bahwa sistem itu menjadi tradisi budaya masyarakat yang tidak luntur oleh waktu dan tidak hilang karena pengurusnya uzur atau meninggal.
Kini Idris - yang menyadari bahwa dirinya adalah manusia biasa yang sudah tidak muda lagi dan pada akhirnya akan kembali menghadap Illahi – masih tetap serius, santai dan banyak tersenyum gembira. Mengapa gembira ? Karena kini banyak anak muda berbondong-bondong mempedulikan dirinya masing-masing untuk melakukan hal yang sama. Bahkan lebih canggih lagi. Kalau dulu Idris memulainya dengan menyusun daftar parasejahtera dengan tulisan tangan dengan bantuan kalkulator lalu membuat fotokopinya. Kini komputer dan internet telah makin banyak berkontribusi mempermudah urusan pendataan dan pelaporan.
Itulah Idris, yang harapan orang tuanya saat memberinya nama tidak sia-sia. Idris bagaimanapun telah mengaktualisasikan ajaran nabi-nabi terdahulu, termasuk Nabi Idris tentunya.
Catatan :
Informasi kegiatan di Kelurahan Kebon Pedes dapat diperoleh dari Forum Silaturahmi Malam Minggu RW 08 (0251-8342993) dan Forum Silaturahmi Malam Kamis RW-09 Kebon Pedes (Tata Suminta / 0251-8377230)
JonPosdaya, Februari 2009