Nenek yang pertama bernama Carolina Sahri, 69 tahun, yang sejak 1986 mengurusi 27 posyandu dengan 4.000 balita dan ibu hamil di 31 RW Desa Tlajung Udik, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, tak jauh dari Cikeas, kediaman SBY. Ia lebih sering berjalan kaki mengunjungi posyandu-posyandu yang dikunjungi oleh banyak ibu hamil dan balita miskin itu (di antaranya ada 100 balita bergizi buruk), karena kalau tidak, honornya yang Rp 200 ribu akan tekor.
Sementara nenek yang kedua bernama Constan Saya, 87 tahun, yang adalah ibu dari Carolina Sahri. Constan Saya ini sendirian sebulan sekali dengan cara 4 kali berganti angkot/bus dari Kebon Jeruk, Jakarta Selatan mengantar uang Rp 150.000,- ke Carolina yang ada di Kampung Kedep di Gunung Putri itu. Untuk apa dia ke sana mengantar uang yang berasal dari patungan para keponakannya itu ? Untuk biaya sewa rumah Carolina.
Inilah subsidi dari dua nenek tua, yang termasuk kategori minus ini, kepada masyarakat sejahtera yang sebagian besar belum bangun dari tidurnya untuk tidak hanya membicarakan tetapi juga peduli secara nyata dan langsung kepada orang miskin agar mereka memberdayakan diri keluar dari kemiskinannya.
Terketuk hati ingin membantu ? Carolina - lulusan SGKP tahun 1960 di Palembang - bilang : ” Tidak usah jauh-jauh. Salurkan kacang ijo atau sop bergizi ke posyandu di kampung sekitar tempat tinggal anda atau di kampung masa kecil anda. Di sana selalu ada anak dalam kandungan dan balita miskin. Mereka kelak akan jadi kawan atau anak buah dari anak cucu kita masing-masing. Kasihan kan kalau anak cucu kita berhadapan dengan mitra dan anak buah yang di masa kecilnya kurang gizi sehingga bodoh, susah diatur dan cenderung merusak. Kacang ijo dan sop itu adalah bentuk bantuan yang nyata dan langsung buat bangsa...”
”Saya yakin anda telah membantu bangsa ini melalui profesi masing-masing..tapi jangan lupa yang kecil, yang murah meriah tetapi sangat mendasar ini, yang karena kecil dan tidak bergengsi banyak dilupakan orang. Mengapa saya minta masyarakat segera turun tangan? Dari informasi yang saya terima ada 4 juta balita miskin, 700 ribu kurang gizi. Kemampuan pemerintah hanya 39 ribu per tahun....Lalu sisanya siapa yang tanggung jawab ....? Kalaupun sudah memberi, perlu pula mendorong atau menganjurkan orang lain agar melakukan hal yang sama. Kalau kita mati siapa yang akan melanjutkan kepedulian ini dan lagi bukankah persoalan ini menyangkut jumlah banyak dan wilayah yang luas ? Saya dengan tubuh tua ini masih mau...kenapa anda tidak.....? Sekali lagi tak usah jauh-jauh membantu saya ! Cari posyandu termiskin di wilayah terdekat dengan anda.......itu berarti membantu saya” Katanya.
(Ditulis berdasarkan hasil beberapa kali wawancara dengan Carolina Sahri dan Constan Saya dan yang terakhir dilakukan tanggal 17 Maret 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar