Di dunia persyarafan, apalagi Alzheimer, nama dokter H.Samino Sp.S (k) sangat populer. Pria berwajah lembut, mantan direksi RSCM, dosen di FKUI/RSCM dan saat ini menjadi Direktur RS Islam Jakarta ini, kemarin, 15 Maret 2009, menorehkan salah satu bukti cintanya buat sang isteri, Endang Samino, yang telah melahirkan 3 anaknya. Bukti Cinta itu tidak lagi seombyok kembang, apalagi sebuah klinik atau rumah sakit baru seperti yang dewasa ini banyak muncul di mana-mana, tapi sebuah karya mewakili diri pribadi dan profesinya. Karya itu berupa pemberdayaan masyarakat sejahtera agar peduli secara sistematis kepada 66 balita dan 137 lansia miskin di Desa Semampir, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, kampung halaman leluhur keluarga besar isterinya.
Sementara balita ditangani oleh bidan desa dan kader puskesmas, dokter Samino ikut turun memeriksa kesehatan lansia yang rata-rata karena miskin jarang disentuh oleh dokter. Itulah sebuah hajad dari keluarga yang melibatkan tidak saja posyandu, puskesmas, aparat desa tapi juga masjid. Dalam kaitan ini masjid diharapkan menjadi basis spiritual untuk turut menyadarkan warga bahwa pada diri mereka terdapat hak orang miskin sehingga para jamaah mau bergotong royong menangani masalah kemiskinan dan kebodohan di lokasi itu.
Dokter Samino – yang persis di depan rumahnya di Jalan Nenas, Utan Kayu Jakarta Pusat memiliki bangunan yang disediakan untuk kegiatan masyarakat – menyatakan bahwa kegiatan ini bisa dikerjakan oleh komunitas apa saja. Bisa komunitas arisan / perkumpulan keluarga, alumni, RT atau RW atau komunitas profesional seperti ikatan dokter atau ikatan isteri dokter yang sadar bahwa pada harta dan profesi mereka ada hak orang miskin. Murah meriah tetapi manfaatnya amat sangat besar karena akan mengurangi beban anak cucu akibat kawan-kawan mereka di masa kecilnya kurang gizi dan kurang mutu pendidikan.
Dokter Samino - berdasarkan hasil studinya mengenai Al Quran dan Al Hadits dan ia yakin bahwa itu juga disebutkan dalam kitab agama lainnya–menyatakan bahwa kewajiban manusia tidak hanya bicara dan berdoa saja tetapi harus selalu memberi di kala lapang dan sempit dan sekaligus menganjurkan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Kalau keduanya tidak dilakukan, baik memberi maupun mengajurkan, maka manusia seperti itu akan dipandang Allah sebagai manusia yang tidak beriman dan sekaligus mendustakan agama. Kebanyakan orang memberi tapi diam-diam karena takut riya. Padahal suruhan Tuhan, manusia selain memberi juga harus menganjurkan. Kalau tidak menganjurkan mana mungkin kemiskinan dan kebodohan bisa ditangani sendiri. Kesimpulannya adalah bagaimana caranya memberi dan menganjurkan tetapi tanpa riya. Untuk itulah pentingnya mohon perlindunganNya agar terhindar dari syaitan yang menyebabkan riya dalam setiap usaha untuk menganjurkan.
Itulah kisah tentang tanda cinta seorang suami kepada isterinya. Tidak lagi berupa kembang yang sehari dua hari bisa layu, tetapi kegiatan yang bermanfaat dunia akhirat. Memberi dan menganjurkan untuk memberi. Siapa menyusul agar tidak dimurkai Allah karena mendustakan agama ?
Catatan : 1) Ditulis berdasarkan dialog dengan dr Samino dan isterinya (yang juga Pengurus Besar IIDI) di Jakarta tanggal 17 Maret 2009 dan berbagai informasi lain mengenai kegiatan posdaya keluarga besarnya di Purworejo tanggal 15 Maret 2009; 2) Di Palembang, Cimahi dan Gresik, menurut kabar, banyak dokter meluangkan waktunya untuk menjadi sukarelawan di posyandu yang menangani langsung pengobatan gratis bagi masyarakat. 3) Firman-firman yang terkait dengan apa yang diutarakan dokter Asmino di antaranya terdapat pada QS 3:133-134; 63:10; 65:7; 61:2-3;; 107:1-6; 69:25-34, beberapa hadits, Kitab Suci Injil, Weda dan lainnya; 4) Lokasi kegiatan di Posyandu Mekarsari dan Masjid An Nur (koordinator : KH Abdul Aziz) serta di Posyandu Sehat Kuat (koordinator Sutarto SPd) yang semuanya berada di Desa Semampir, Kec. Pituruh; Kab. Purworejo. 5) Tim Teknis Posdaya yang ikut bekerja di lapangan terdiri dari : Soleh Kusmana S.Ag, Eko Prihandono, Fikriyansa, dan Diaz G.
Saran koreksi :
BalasHapusPada Catatan dr. Samino tertulis dr. Asmino.
Ibu Endang (Pengurus Besar IIDI) bukan IIDI Pusat.
Terima kasih