Selasa, Juli 14, 2009

Posdaya | Kiat Menambah Erat Silaturahmi Teman Dan Kerabat

Kisah Susi dan Cokrodikumpo



Suatu hari, Susi, setelah hampir 25 tahun lulus dari sebuah SMA di suatu kota di Jawa Timur, membaca berita di koran bahwa Rio, teman sekelas saat kelas 3 SMA menjadi bupati di suatu daerah. Susi pun lalu mengabarkan hal ini kepada Bambang, temannya yang lain. Bambang lalu menginformasikan kepada Tetty, temannya yang juga teman Susi. Terus bersambung sehingga hubungan yang selama ini terputus pasca lulus sekolah sedikit demi sedikit bersambung kembali. Dari yang hanya 2 orang berhubungan yaitu Susi dan Bambang, lalu bersambung kepada Tetty, Ditya, Hamid, Lidya, dan kawan-kawannya yang lain. Dan entah siapa yang memulai, akhirnya mereka sepakat untuk mengadakan reuni di rumah Susi. Di situ mereka, 20 orang sesama teman, sepakat membentuk semacam komunitas kecil yang dilengkapi dengan pengurus kecil-kecilan, milis, fizbuk dan websaet. Pertemuan demi pertemuan berlangsung. Ketemu, makan-makan, arisan, piknik bareng. Makin lama makin seru. Namun hanya bertahan 4 tahun karena kemudian semua itu hanya menjadi cerita. Apa sebab ?

Lain lagi yang terjadi pada keluarga besar Rumeksa Cokrodikumpo. Rumeksa adalah lurah sebuah desa di Jawa Tengah tahun 1925-an. Rumekso dan isterinya yang sudah meninggal menurunkan 9 orang anak yang semuanya berkeluarga dan kemudian beranak. Kini kalau ditotal, jumlah keturunannya (sudah termasuk generasi 5) yang hidup sekitar 300 orang. Mereka kompak sebab di kala generasi pertama (anak pertama) Rumeksa masih hidup, terbentuk ikatan kekeluargaan sebagai perwujudan dari keinginan agar keturunannya tak bercerai berai. Sudah hampir 30 tahun ikatan itu terbentuk namun sampai sekarang kegiatan anak cucu Rumeksa tersebut masih berlangsung semarak. Apa sebab ?


Mengapa Dibentuk ?


Kasus Susi dan kawan-kawan membentuk komunitas sebagaimana diceritakan di atas awalnya timbul karena beberapa orang sesama teman kangen bernostalgia masa SMA setelah sekian lama tak jumpa. Sedangkan kasus pak Rumeksa dan keluarga adalah komunitas yang dibentuk karena awalnya beberapa generasi pertama khawatir kalau anak turunnya tidak saling kenal lagi.

Jadi komunitas silaturahmi yang dibentuk di atas terjadi karena ada sejumlah orang merasa mempunyai kepentingan yang sama yaitu ingin lebih mempererat dan atau merawat hubungan pertemanan atau kekerabatan. Dalam komunitas silaturahmi lainnya seperti keprofesian, kebudayaan, keagamaan, sesama tetangga, sesama asal daerah atau etnis, biasanya ada keinginan tambahan seperti misalnya memperjuangkan hajad atau kepentingan bersama di bidang agama, budaya, kesejahteraan, persamaan hak dan sebagainya.

Karena adanya kepentingan bersama yang bukan hanya sekadar pertemuan saja, maka tidaklah mengherankan jika kemudian dalam komunitas itu kita jumpai adanya usaha pemberian beasiswa kepada anak anggota yang kesulitan ekonomi, pendirian usaha bersama semacam koperasi untuk menyejahterakan anggota dan usaha-usaha lain untuk mendapatkan dana abadi bagi kepentingan komunitas.

Saat ini kecepatan untuk bertemu kembali setelah berpisah menjadi meningkat karena peran teknologi komputer dan internet. Kalau dulu reuni terjadi setelah 20 tahunan berpisah, maka kini 5 tahun setelah pisah pun tidak lagi menjadi masalah. Fasilitas semacam FaceBook, Frenster, website, e-mail dsb amat sangat membantu komunikasi antar manusia itu.


Mengapa Menjadi Surut bahkan Pecah ?


Pertemuan demi pertemuan biasanya berlangsung dengan acara yang makin lama makin seru. Seperti pengantin baru, keinginan untuk sering berjumpa amat besar. Apalagi bila ada satu atau beberapa anggota komunitas yang diberi kelebihan rezeki sehingga tempat, konsumsi dan beberapa kebutuhan berkumpul lainnya tidak lagi menjadi masalah.

Untuk menarik anggota komunitas agar mau berkumpul, ada saja yang diusahakan agar tampil. Ada yang mengawalinya dengan sekadar ngobrol bareng sambil berkaraoke, dan dilanjutkan dengan bareng-baerng mendengarkan musik di kafe, ngobrol bareng di vila di pegunungan milik salah satu anggota atau sengaja memang disewa, duduk-duduk di pantai sembari menikmati matahari terbenam. Ada pula yang mengadakan arisan, mengundang guru, mengundang penceramah. Macam-macam, tergantung kreativitas, kemampuan dan kesepakatan kelompok.

Semua kegiatan itu sering membawa dampak positip. Ada yang sudah lama menjanda karena ditinggal mati suaminya kemudian ketemu jodoh dan kawin dengan temannya yang duda. Ada yang belum kawin-kawin namun akhirnya kawin karena ketemu jodoh. gara-gara reuni komunitas itu. Banyak pula anak mereka kemudian berjodoh sehingga bisa disebut meneruskan persahabatan orang tuanya secara langsung. Tetapi negatifnya juga ada ketika cinta lama bertemu kembali menjadi cinta terlarang karena masing-masing atau salah satu di antaranya masih terikat perkawinan resmi dengan pasangannya. Dan kasus yang terakhir ini seringkali dianggap”mengganggu” keharmonisan komunitas.

Apapun kegiatan, kalau tidak pandai merawatnya apalagi jika ’energi’ banyak dihabiskan di awal, akan menjadi surut setelah sempat mencapai titik puncaknya. Mengapa demikian ? Dari berbagai pengamatan ada beberapa hal yang menjadi alasannya :

  • Pertemuan demi pertemuan menjadi suatu yang hal yang rutin sehingga membosankan, artinya pertemuan hanya berisi makan-makan, guyon masa lalu dan sejenisnya.
  • Ada perseteruan antar anggota yang tak dapat diselesaikan oleh komunitas tersebut
  • Pertemuan menjadi ajang pamer sehingga menjadikan yang lain yang tak terbiasa malas untuk hadir
  • Ada kelompok dalam kelompok sehingga menimbulkan kecemburuan anggota kelompok yang tidak ikut dengan kelompok itu.
  • Ada yang memanfaatkan pertemuan untuk politik sehingga pembicaraan santai sering menjadi cacian terhadap kelompok politik lainnya.
  • Ada anggota kelompok yang ”arogan” atau ada anggota yang perilakunya anomali merepotkan anggota kelompok lainnya.
  • Ada urusan saling menuntut hak
  • Tidak ada motor penggerak

Khusus yang terakhir, yaitu motor penggerak, boleh dikatakan yang paling banyak andilnya. Bagaimanapun jeleknya kondisi silaturahmi, selama ada motor penggerak yang tidak pernah mengeluh dan putus asa, komunitas akan tetap bergerak menuju stabilitas. Namun boleh dikatakan orang semacam ini sulit ditemukan alias langka.


Bagaimana Agar Lebih Erat ?


Belajar dari beberapa komunitas yang berhasil merawat dan bahkan mengembangkan kegiatan rekan sealumni sehingga menjadi kegiatan sebagaimana diharapkan pada awalnya, maka ada beberapa

  • Sambil guyon, bersama-sama selalu mengantisipasi faktor-faktor penyebab perpecahan dan bagaimana mencegahtangkalnya.
  • Setelah dua tiga kali bertemu, upayakan ada kegiatan sosial bersama terutama yang murah meriah dan tidak sulit
  • Tidak emosional membesarkan organisasi yang seringkali susah merawatnya
  • Tidak mendahulukan formalitas, misalnya dengan menjadikan komunitas berbadan hukum yayasan.
  • Kalaupun bikin bisnis bareng, jangan ada yang jadi pelaksana. Biarkan semua jadi ’komisaris’ atau pemilik bisnis dengan saham yang diusahakan sama sehingga dalam komunitas tak ada perbedaan perasaan.
  • Ada sponsor walaupun diusahakan semuanya memberikan kontribusi
  • Ada lebih dari 1 orang sukarelawan yang menjadi motor penggerak
Seni merawat silaturahmi komunitas ini perlu dipahami oleh semua anggota. Terutama oleh motor penggeraknya.


Mengapa Kegiatan Sosial Bersama Dapat Mengakrabkan ?


Kegiatan sosial berintikan kegiatan ’memberi’. Melalui kegiatan memberi ini, apalagi dilakukan secara ikhlas, kegembiraan akan terjadi. Sebuah kitab suci menyatakan bahwa kalau orang berbuat baik, maka malaikat akan datang menggembirakannya. Jadi Kalau banyak yang berbuat demikian maka akan banyak malaikat yang datang menggembirakan. Karena gembira meliputi banyak orang maka suasana menjadi cerah dan akrab.

Kondisi di atas berbeda dengan kalau komunitas diarahkan ke bisnis. Apalagi di antara mereka ada yang menjadi pelaksana sehingga terbentuk organisasi yang umum ada di perusahaan. Resiko yang mungkin terjadi adalah kalau si pelaksana curang atau tidak mencapai sesuai target yang diharapkan. Tentu akan timbul pergunjingan yang akan melemahkan tali persahabatan.

Bukannya bareng-bareng berbisnis dihindari. Tetapi yang dihindari adalah dampaknya – kalau bisnis tidak memuaskan – terhadap persahabatan. Jadi kalaupun berbisnis, yang sama-sama berminat sebaiknya membuat acara di luar itu.

Di sisi lain adakah kegiatan sosial yang justru merenggangkan hubungan ? Tentu saja selalu ada perkecualian dalam hal apapun. Contoh kegiatan sosial yang sering justru merenggangkan persahabatan sebagaimana dimaksud adalah kegiatan sosial yang didasari oleh tugas bawahan atau kegiatan sosial yang dipaksakan. Dengan kata lain kegiatan sosial, agar tidak menimbulkan ekses seperti itu, perlu dikerjakan secara sukarela dan semua pelaksananya bekerja atas dasar kemitraan.


Murah Meriah Berkegiatan Sosial Bersama Melalui Posyandu


Posyandu, yang di Indonesia jumlahnya sekitar 267 rbu, adalah tempat warga kelas menengah-ke bawah datang untuk mendapatkan pengetahuan dan fasilitas kesehatan dasar sementara golongan mampu jarang datang ke tempat ini. Kader atau pengurus posyandu umumnya banyak tahu siapa saja pengunjung yang termasuk kategori miskin karena yang datang itu adalah tetangga mereka sendiri. Data tahun 2008 menunjukkan bahwa jumlah warga miskin di Indonesia sekitar 33 jutaan, di mana 4 juta di antaranya adalah balita.

Anggota komunitas tentu berasal dari banyak lokasi. Kalaupun dia tidak tinggal di lokasi yang di sekitarnya banyak orang miskin, tidak jauh dari rumah atau komplek perumahan di mana ia tinggal, selalu akan dijumpai kampung yang penduduknya kebanyakan miskin. Di situlah kegiatan sosial bisa dikerjakan melalui posyandu yang biasanya ada.

Dengan mengalokasikan kegiatan sosial bersama melalui posyandu sesungguhnya banyak hal bisa didapat oleh komunitas. Di antaranya adalah :

  • Mengikuti anjuran agama agar tidak bicara saja tetapi berpraktek langsung sesuai kemampuan untuk menangani kemiskinan.
  • Tidak usah repot-repot membentuk seksi sosial yang membuat berat para pengurusnya
  • Belajar mulai dari yang murah karena kalau dihitung paket gizi sehatnya umumnya terdiri dari bubur kacang hijau atau susu dan buah (Ditaksir sekitar Rp 2.500 per orang sehingga kalau jumlah peserta posyandu 150 orang, maka nilai bantuan sekitar Rp 375.000,- per kali kegiatan atau per bulan)
  • Meningkatkan kelembutan hati, kegembiraan dan kerukunan kelompok sesuai dengan teori ’malaikat datang kepada orang yang berbuat baik’
  • Dapat mengikutkan anak-anak anggota komunitas untuk berpartisipasi yang secara langsung berdampak pada kelembutan hati

Secara teknis urutan kegiatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

  • Pilih satu atau lebih daerah termiskin yang dekat dengan tempat ringgal anggota komunitas.
  • Jika wilayah sudah terpilih, datangi pengurus posyandu untuk mencari tahu kondisi kemiskinan di wilayah itu sekaligus meminta data pengunjung posyandu (ibu hamil, balita dan lansia miskin). Jangan berjanji apa-apa. Katakan hanya sekadar ingin mengetahui betapa besar peran posyandu.
  • Bahas data posyandu bersama anggota komunitas.
  • Tentukan sumbangan gizi (bubur kacang hijau, buah, susu dll) sesuai kemampuan terutama untuk yang miskin. Bukan besar sumbangannya yang penting tapi diupayakan rutin.
  • Serahkan bantuan kepada kader posyandu dan pantau realisasinya.
Jika sudah terbiasa dengan kegiatan gizi tersebut, maka kegiatan bisa ditingkatkan kepada penanganan kebodohan anak miskin dengan cara memberikan honor tambahan kepada guru yang menangani PAUD (pendidikan anak usia dini) anak miskin tersebut.

Kegiatan tersebut di atas merupakan salah satu bentuk kegiatan Posdaya atau pos pemberdayaan keluarga yang awalnya digagas oleh Prof Haryono Suyono. Dalam kegiatan ini warga sejahtera memberdayakan dirinya untuk memberdayakan warga prasejatera. Ada 8 fungsi keluarga yang dalam hal ini dijadikan sebagai ajang pemberdayaan yakni agama, budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi dan kesehatan, pendidikan, ekonomi atau kewirausahaan dan lingkungan.

Dengan cara menggiring komunitas sahabat dan kerabat agar tidak hanya sekadar ketemu muka dan bergembira tetapi juga berpartisipasi dengan cara yang gampang dan murah meriah melalui posyandu ini, diharapkan hubungan persahabatan dan kekerabatan akan bertambah erat. Mengapa ? Orang bijak mengatakan bahwa setan akan pergi menjauh jika kita ikut memerangi kemiskinan dan kebodohan. Semoga.


Sastrawan Batangan, 15 Juli 2009
http://www.mariberposdaya.blogspot.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar