Jumat, Maret 06, 2009

Mentari Kang Soleh “Goparana” Kusmana

Profil Sarjana Agama Pemberdaya Yang Minta Maaf

Kalau ada pertandingan antar orang non pemerintah yang diukur dari berapa banyak posyandu yang pernah dikunjungi dalam rangka pemberdayaan masyarakat sejahtera agar memberdayakan prasejahtera, maka Soleh Kusmana hampir dapat dipastikan akan termasuk manusia Indonesia yang dapat rekor tinggi. Bisa-bisa atau boleh jadi MURI akan memberikan piagam penghargaan kepada lelaki setengah baya ini. Tentunya kalau MURI mau mencatatnya dalam rangka mempercepat terciptanya banyak pemberdaya swasta lainnya yang memang amat sangat diperlukan di Indonesia ini.

Soleh, lulusan IAIN Sunan Gunung Jati Bandung yang kini aktif sebagai pemberdaya dalam Tim Teknis Posdaya yang dikelola para sukarelawan dan berkantor di Kota Bogor, diketahui memang sudah lama berkecimpung dalam program tersebut. Dalam rangka inilah, dia pernah menjelajahi daerah Riau, Jambi, Sumsel, Lampung, Banten, Jabar, Jateng DIY dan Jatim.



Dalam melaksanakan program posdaya itu Soleh -yang berkolaborasi dengan kawan-kawannya dari berbagai latar belakang - berusaha membumikan pemahaman dan pelaksanaan keyakinan beragamanya sesuai dengan bumi di mana mereka berada yaitu Indonesia. Karena itulah disamping memohon perlindungan kepada Allah swt agar bangsa Indonesia terhindar dari godaan iblis dan syaitan (taudz) serta membacakan ayat-ayat suci yang terkait dengan keharusan manusia bertakwa untuk berbuat baik kepada semua orang, tidak merusak, berbuat adil dan tidak mengurangi hak orang lain (di antaranya Surat 3:133-134, 28:77, 26:179-183), Soleh tidak lupa pula mengajak para hadirin untuk mengumandangkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Sumpah Pemuda sebagai salah satu cara perekat kebangsaan. Bersama-sama merekapun mendoakan para pahlawan kemerdekaan, pahlawan pembangunan, pahlawan agama, pahlawan budaya dan semua orang yang memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia



“Mari kita laksanakan Mentari agar tidak disebut Allah mendustakan agama dan agar shalatnya tidak dianggap lalai” Kata Soleh dalam setiap kesempatan presentasinya.



“Lho apa “Mentari itu, kang ? Tanya salah seorang peserta pada suatu kesempatan.

Mentari itu adalah singkatan dari Memberi & Menganjurkan Tanpa Riya, sebagai ringkasan dari kalimat suruhan Allah swt yang tercantum dalam QS 107 (Al Maun) ayat 1-7” Jawabnya sambil selanjutnya mengatakan bahwa firman itu berarti bahwa siapa saja yang tidak menganjurkan kepada orang lain agar orang itu memberikan sebagian dari hartanya untuk memberi makan orang miskin berarti orang itu mendustakan agama. Apalagi kalau tidak memberi. Sementara kalau memberinya dengan riya, maka dia akan termasuk kategori orang celaka. Jadi sekali lagi kita kudu memberi dan menganjurkan tanpa riya yang disingkat mentari untuk memudahkan mengingat” .



Ketika ditanya mengapa ke Posyandu ? Soleh menjawab bahwa umumnya posyandu dikunjungi ibu hamil dan balita miskin. Orang kaya jarang datang ke situ. Sementara itu posyandu sendiri masih belum menjadi milik masyarakat seutuhnya. Apa buktinya ? Lihat saja dari 250 ribuan posyandu di Indonesia, ada berapa posyandu yang masyarakat di sekitarnya telah peduli kepada ibu hamil dan balita apalagi lansia miskin. Itulah sebabnya menurut kabar terakhir sampai dengan November 2008 yang lalu, sedikitnya tercatat 4 juta anak Indonesia yang menderita kurang gizi terancam jatuh derajadnya ke gizi buruk. Celakanya, dari 700.000 penderita gizi buruk, kemampuan pemerintah menangani hanya 39.000 anak gizi buruk per tahun. Lantas apa masyarakat sejahtera (kaya) hanya diam ? Anak orang kaya tentunya relatif cukup gizi bahkan banyak yang gendut kelebihan gizi. Tetapi di masa depan anak-anak mereka akan punya PR besar karena generasi seumurnya banyak yang bodoh dan cenderung kufur. Bayangkan saja kalau si anak orang kaya itu menjadi anggota parlemen, birokrat atau pengusaha yang berhasil tentunya akan berhadapan dengan masalah yang besar”

“Nah itulah sebabnya diperlukan banyak pemberdaya swasta yang sukarela“ Kata Soleh yang kalau sudah bicara beberapa kali mengeluarkan kata “maaf”. Mungkin saking santunnya, Soleh takut orang lain tersinggung atau sakit hati saat dia bicara

“Kang Soleh dana untuk kegiatan berasal dari mana ? Tanya “MariBerposdaya”
“Dari para sejahtera yang sadar bahwa pada dirinya ada hak orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian sebagaimana tercantum pada QS 51:19” Jawab Soleh.

Selanjutnya Soleh menjelaskan bahwa program posdaya yang dikerjakan bersama timnya memiliki karakteristik yang dapat digambarkan sbb :

  • Yang dapat mengeluarkan seseorang dari situasi kemiskinan itu adalah orang miskin (prasejahtera) itu sendiri (QS 13:11). Adapun fungsi kaum sejahtera (kaya/ berkecukupan) adalah memfasilitasi melalui pemdekatan “Silih Asih-Silih Asuh-Silih Asah”
  • Tahap pertama yang dilakukan adalah memancing kaum sejahtera yang ada di sekitar posyandu (seRT / seRW / sedesa ) dengan memberikan makanan sehat kepada ibu hamil, balita dan lansia prasejahtera selama jangka waktu tertentu (antara 2-6 bulan). Dana berasal dari kaum sejahtera yang bermitra dengan Soleh sedangkan logistik berasal dari warung-warung terdekat milik masyarakat setempat.
  • Setelah jangka waktu tertentu itu kaum sejahtera yang ada di sekitar posyandu akan mendanai sendiri kegiatan tersebut untuk seterusnya yang berarti tugas Soleh dkk untuk tahap pertama telah selesai
  • Soleh dkk – melalui kader yang ada di posyandu –melaksanakan kegiatan tahap kedua, yaitu memancing tumbuhnya tradisi peduli pendidikan luar sekolah untuk mengisi waktu agar produktif. Fokusnya adalah penyelenggaraan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan BSB (Bermain sambil Belajar) bagi anak-anak dan remaja prasejahtera yang ada ditempat itu. Dana untuk para pengajarnya tetap berasal dari kaum sejahtera yang bermitra dengan Soleh dkk sampai jangka waktu tertentu di mana masyarakat sejahtera di lokasi itu akan meneruskan pembiayaanya.
  • Tahap ketiga adalah mentradisikan kegiatan gotong royong antar siswa sekolah (untuk memupuk kerukunan serta meningkatkan kebersihan, kenyamanan dan kelestarian lingkungan). Koordinator gotong royong adalah guru-guru honorer yang dibantu masyarakat sejahtera
  • Tahap keempat – setelah atau bisa juga pararel dengan tahap kedua - adalah mentradisikan masyarakat agar mau memberikan beasiswa kepada anak prasejahtera. Inipun dilakukan dengan cara pancingan selama jangka waktu tertentu.
  • Tahap kelima – setelah atau pararel dengan tahap keempat – adalah memberikan pelatihan gratis kepada para pengusaha kecil (warung posdaya) dibidang administrasi pergudangan, kebersihan, keuangan, pemasaran dan kemitraan agar bertambah sejahtera.
  • Tahap keenam adalah pemberian modal kerja kepada serikat dagang warung warga Posdaya untuk mensejahterakan para anggota dan para masyarakat pra sejahtera
  • Tahap ketujuh adalah berlangsungnya tradisi pemberian pengobatan dan perawatan gratis kepada masyarakat pra sejahtera melalui kemitraan dengan rumah sakit, apotik dan para dokter yang bertakwa kepada Tuhan Semesta Alam.

“Itulah tahap-tahap pemberdayaan yang kami lakukan. Murah meriah ! “Kata Soleh sambil tersenyum

Lantas apa yang khas dari Soleh dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan? Dari pengamatan “MariBerposdaya “ selama mengikuti sepak terjangnya di beberapa posyandu terlihat bahwa ibu-ibu kader posyandu sering tertawa geli saat Soleh menjelaskan alasan, pengertian dan teknis berposdaya. Apalagi kalau sedang membahas dan menghitung paket makanan sehat yang akan diberikan, Soleh amat fasih menjelaskannya dengan humor. Terutama saat menjelaskan berapa “telur” yang diperlukan ibu hamil. Ibu-ibu umumnya tertawa senang setelah mencermati omongan Soleh yang sopan tapi belakangan ternyata lucu.

Soleh, saat dialog dengan “MariBerposdaya”, menyatakan sangat bersyukur dapat berfungsi sebagai pemberdaya atau pendorong atau penganjur . Dengan kata lain, katanya, ia tidak termasuk kelompok omdo (omong doang) yang dimurkai / dibenci Allah sebagaimana tercantum dalam QS 61:2-3.

Sebagai putra Bangsa Indonesia kelahiran Subang dengan 1 isteri dan 4 orang anak, ia menyatakan ingin melanjutkan perjuangan Goparana leluhur pendiri Subang dan juga Cianjur. Temannya yang tahu lantas menyisipkan nama “Goparana” pada namanya sehingga menjadi Soleh “Goparana” Kusmana.

Keinginan untuk ikut memajukan daerahnya rupanya bersambut walaupun dia tetap harus berkeliling ke beberapa tempat terutama di Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Di desanya di Subang, telah tumbuh benih benih pemberdayaan melalui program Posdaya Berbasis Masjid dan program BSB (Belajar Sambil Bermain). Dalam program itu artis Adipura – asal Subang - dan beberapa keluarga sejahtera yang tak mau disebut namanya di Jakarta juga turut serta .

“Selamat berjuang Kang Soleh Goparana Kusmana. Jangan lupa Akang memberi maaf disamping minta maaf” Itulah kata pamitan jurnalis MariBerposdaya kepada Soleh.

Soleh - yang tak mau ketinggalan teknologi informasi sehingga saat ini punya website http://gemarposdaya.blogspot.com/ - tersenyum cerah dan mengucapkan : “Selamat jalan. Maapin saya”.

Catatan : Soleh dapat dihubungi untuk penjelasan lebih rinci melalui salah satu anggota Tim Teknis Posdaya, sdr Eeng Hendarusman (0251-8318491) atau melalui website/blog http://gemarposdaya.blogspot.com


8 komentar:

  1. Ass Wr Wb Pak Soleh. Saya dari Riau mengucapkan selamat berjuang. Sudah lama kita tak jumpa sejak tahun 2004.

    sAYA monitor terus pak

    BalasHapus
  2. Pak Soleh, semoga bersama Goparana-goparana yang lain bersama-sama memajukan Subang dan Indonesia.

    Saya yang pernah ketemu Pak Soleh di Cipanas Cianjur

    BalasHapus
  3. halo indonesia,

    kalo semua pendakwah yang umumnya disegani dan dituruti kata-katanya mau seperti kang soleh kusmana ini....selain berdakwah juga terjun langsung mengajak umat sejahtera menangani prasejahtera kayaknya kemiskinan dan kebodohan masyarakat indonesia bakalan cepet terselesaikan. Bukankah kita punya buannyakkkkkk sekali pendakwah......belum lagi sarjana sosial.....yang juga banyak.

    Turunan Purworejo Yang Kini Ada Di Jabar

    BalasHapus
  4. jalan terus kang...perangi setan dengan rawon setan....
    bagi bagi kaplingan surga nya dong, jangan diambil semua....sisain dikkiiiiiiiiiiiiiiiiit aja untuk kami....he..he...he..

    BalasHapus
  5. Terima Kasih Oarang Cipanas Yul Kiata BErbagi Umutk Bekal Kita.

    BalasHapus
  6. Terima Kasih Orang Riau, Yuk Kita memberi, Semakin Banyak banyak yang kita beri semakin banyak akan kita terima, salam untuk orang Payarumbai, PEmatang Reba, Belilas, Rengat, Kota Lama dan PT WMI,

    BalasHapus
  7. Salam oramg Purworejo, Saya Sekarang Lagi di Purworejo, Tepatmya di Rumah Pak Sutarto, di Keburusan Pituruh, untuk tugas di desa Semampir, membawa dari Ibu Endang Samino, dan PA Sutanto untuk Kampung Halaman Semampir. Salam untuk Camat Pituruh Bapak Sudaryono.

    BalasHapus
  8. Teruskan perjuangan AA, dinda mendukung..dr ta2 bgr.

    BalasHapus