Selasa, Juni 30, 2009

Setitik Airmata Tak Mau Dusta

Suatu kali Jon Maslahat mengikuti acara pemberian bantuan dana pendidikan untuk murid-murid sekolah dasar dan guru honorer yang diselenggarakan oleh kantornya. Salah satu acara setelah pembukaan adalah pembacaan kalam Illahi yang terjemahannya adalah sebagai berikut :


(1) Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama
(2) Itulah orang yang menghardik anak yatim,
(3) dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
(4) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(5) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.
(6) orang-orang yang berbuat riya.
(7) dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (Surat Al-Maa’uun / 107 :1-7).

Suasana begitu sendu dan banyak yang terisak, termasuk Pak Radaslama yang berdiri di sebelah kanan Jon Maslahat. Pak Radaslama adalah mantan pejabat tinggi suatu instansi pemerintah yang kini menjadi penasehat akhli di perusahaan di mana Jon Maslahat bekerja.

Jon Maslahat, seperti kena stroom. Ia mulai terhanyut oleh suasana sendu itu, namun hatinya berkata : “Jangan ikut cengeng..., Jon ! ”.

Ia pun lalu berusaha menahan diri sekuat tenaga. Ia mencoba dan terus mencoba. Tetapi suasana sendu yang begitu dominan menyebabkan pertahanan Jon Maslahat akhirnya bobol. Air matanyapun lalu menitik.

Setelah sejenak berhasil mengendalikan kecengengannya, Jon Maslahat - yang suka menimba pengalaman orang lain - memberanikan diri bertanya kepada Pak Radaslama : “Mengapa bapak menangis?”.

Pak Radaslama - sambil mengusap matanya - menjawab : “ . . . . Saya . . . saya . . sangat . . . sangat . . tersentuh . . . . Saya sering membaca surat Al Maa’uun itu pada saat shalat namun rasanya hanya sekadar membaca dengan bibir. Tidak tahu kedalaman maknanya yang benar-benar luar biasa. Coba anda simak ayat tiga. Di situ tercantum perintah untuk menganjurkan memberi makan orang miskin. Jika perintah itu tidak kita laksanakan, maka kita akan termasuk golongan pendusta agama. Jadi jelasnya, kita tidak cukup hanya memberi saja, namun juga harus menganjurkan untuk memberi makan orang miskin”.

“Bapak benar........”. Kata Jon Maslahat. Namun omongan itu tidak berlanjut karena pembawa acara meminta Pak Radaslama maju ke depan untuk ikut menyerahkan paket bantuan.

Satu jam kemudian acara selesai. Jon Balekon pulang membawa kenangan berupa sentuhan Al-Maa ‘uun. Ia berharap agar selalu tersentuh untuk menganjurkan di samping terus memberikan kelebihan kepada yang memerlukan pertolongan (020296)

Digubah untuk program posdaya dari tulisan ”Menganjurkan & Tidak Hanya Memberi” dalam Serial Makna Hidup ”Ngeh Lalu Oye” , Sastrawan Batangan, April 2004 http://www.mariberposdaya.blogspot.com)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar